Small Arthit

2K 197 29
                                    

Line!

Kong

Kongpob

Datang ketempatku, please.

Minta saja dengan wanita simpananmu itu.

Aku tidak peduli pada P'Arthit.

Ini darurat.

Sesuatu terjadi padaku. Aku tidak bisa pergi kemanapun.

Please.

Kau satu-satunya yang bisa kuminta tolong.

Kong?

Tolong aku.

Ping!

Ping!

Bukankah kita sudah putus?
Kau bahkan berani menghubungiku ketika semalam aku melihatmu bermain bersama wanita.

P'Arthit aku serius.

Jangan hubungi aku lagi.

Wow. Kau benar-benar mengabaikanku kali ini.

Baguslah.

Hei.

1 panggilan tidak terjawab

Baiklah, Sialan! Aku kesana.

Kongpob membanting ponselnya asal. Suara gemelatuk ponselnya yang terbentur material keras mobilnya pun ia memilih abai. Sudah sekitar 3 kali ia kembali membaca pesan singkat yang dikirimkan oleh-- katakan saja mantan pacar-- semenjak beberapa jam lalu ia berinisiatif mengakhiri semuanya. Terlalu mudah memang, terlebih Arthit kadang yang tak mengerti apa maunya, tak mengerti bagaimana perasaannya, memilih bermain dibelakang punggungnya sendiri.

Tepat ketika semalam ia, berbekal daya baterai yang hanya tinggal beberapa persen, mencari Arthit kemanapun yang ia bisa. Khawatir tentu saja, hubungan mereka bahkan telah menginjak tahun kelima. Pantas bagi Kongpob menaruh hak atas Arthit, terlebih ketika saat itu waktu sudah menunjukkan hampir tengah malam.

Sampai ketika ia--dengan wajah panik serta hati yang ketar ketir tidak karuan--mendapati tubuh lemas Arthit dibopong oleh sosok lain yang antah berantah siapa ia. Wanita cantik-- Kongpob ingat betul jika angin bertiup sedikit saja, maka celana dalam wanita itu akan nampak oleh matanya.

Aroma alkohol menguar, Arthit menggumam tak tentu arah--berantakan, terlebih ketika ia melihat saat itu--wanita itu mengatakan 'Terimakasih atas malam yang indah'. Mau tak mau Kongpob murka.

Kita putus saja.

Pukul 7 pagi ia mengirimkan pesan singkat itu. Tak peduli apa reaksi Arthit, tak peduli apapun. Yang penting--yaa ia cukup tahu untuk sikap Arthit kali ini.

Dan selanjutnya Arthit membalas demikian.

Apa yang orang itu butuhkan? Kongpob penasaran dimana Arthit meletakkan wajahnya sehingga--setelah permainan ini-- pria itu masih berani meminta bantuannya.

Kongpob bertekad ini yang terakhir. Lagipula ia adalah lekaki gentle yang pantang bersembunyi dibalik ruang obrolan. Ia akan memutuskan Arthit secara langsung, tak peduli Arthit akan merengek atau apa.

Kongpob & Arthit (Sotus Fanfiction)Where stories live. Discover now