Good Life (1)

2.2K 178 21
                                    

Arthit tak pernah sekolah.

Tapi ia bersyukur masih bisa membaca dan menulis. Cukup bisa berhitung perjumlahan sederhana, serta mengetahui beberapa ilmu pengetahuan dasar. Yang ia ingat dari masa kecil nya hanya Bibi Pam saja yang merawatnya--ia dan ke empat teman-teman sebayanya.

Pam adalah perempuan yang baik. Walau kadang ia sering dihadiahi pukulan kalau mengacau. Pam hanya tinggal sendiri--bersama dirinya dan juga May, Tim, Tum dan Prae.

Arthit adalah bungsu yang dirawat Pam bersama 4 anak lainnya--walaupun memang usia mereka sama.

Tim dan Tum adalah anak kembar. Arthit kadang iri karena mereka berdua terlahir dengan wajah tampan. Tim adalah yang lahir duluan--sedangkan Tum harus mengalah karena lahir selanjutnya.
Menurut cerita-- Pam memungut mereka dijalan, ketika waktu itu Tim sedang mengorek-orek tempat sampah mecari sesuap nasi--bersama Tum yang waktu itu sedang menjinjing karung goni.

May. Ia sangat manis--walau kadang sangat cerewet hingga membuat siapa saja pusing. May lah yang paling dekat dengan Arthit ketimbang yang lain--bahkan ketimbang Pam sekalipun.
May sangat dewasa, ia akan melakukan apapun jika menyangkut dirinya dan keempat sahabatnya. Singkat cerita May juga dipungut oleh Pam--bedanya May hidup dijalanan berdampingan dengan pekatnya asap kendaraan.

Prae. Arthit butuh usaha ekstra untuk mengajaknya bicara. Prae sangat cantik, namun sifat pendiamnya itu sangat mengganggu bagi orang-orang yang belum mengenal baik dirinya. Sama seperti May, Prae dipungut oleh Pam ketika bocah itu sedang menyanyi dipinggir jalan menghampiri mobil-mobil yang sedang berhenti dilampu merah.

Sedangkan dirinya-- ia bertemu Pam ketika usianya 7 tahun--sedang kelaparan dan kurus kering. Arthit tak ingat apa ia punya orang tua atau tidak. Yang pasti ingatan masa kecilnya memang sudah sekeras itu.

Arthit dan 4 sahabatnya hanya anak asuh Pam yang harus menghidupi diri sendiri. Pam sama miskinnya dengan mereka. Namun kadang, wanita paruh baya itu masih berbaik hati memberikan uang satu atau dua bath hanya untuk sekedar membeli sepotong pakaian.

○○○

Tum membawa kantung plastik besar. Memasuki kamar mereka yang tak terlalu luas untuk ditempati 5 remaja. Wajah Tum berbinar walau Arthit dapat dengan jelas menangkap gurat kelelahan. Tim adiknya pun bangkit dari aktivitas melipat pakaian kering--dengan cepat mengambil tentengan yang kakak nya bawa.

"Kau tidak mencuri kan?"
Selidik Tim ketika ia membuka isi plastik itu. Disana terdapat 5 bungkus Pad Thai yang aromanya menggoda.

Tum menjitak kepala Tim. May yang entah sejak kapan ikut nimbrung diantara mereka sontak tertawa.
"Ini upahku membersihkan kotoran sapi milik Tuan Lim."

"Auh, jadi ini dari kotoran?"

"Kalau kau tidak mau makan berikan padaku!"

Arthit selalu merasa terhibur tiap kali kakak beradik itu bertengkar. Sama sekali tidak ada yang mau mengalah-- terutama Tim yang sifat kekanak-kanakan nya paling menyebalkan.

"Oon. Ini punyamu."
Tum tersenyum cerah, menyerahkan bungkusan pertama padanya. Arthit dapat merasakan bahwa bungkusan makanan ini masih hangat terlebih aromanya.

"Terimakasih naa~"
Balasnya senang. Ia tak ingat kapan terakhir kali bisa makan pad thai seperti ini.

"May dan Prae ini punya kalian. May tidak suka pedas kan? Ah, Prae aku tambahkan bawang goreng untukmu."

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Jan 09, 2019 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

Kongpob & Arthit (Sotus Fanfiction)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora