Chapter 1 :"Tahun Pertama Sekolah"

662 61 23
                                    

"Tunggu, kenapa suara kakak tiba-tiba terngiang-ngiang di kepala ku?"

Rifa tiba-tiba bertanya di hadapan cermin meja tata riasnya dengan rasa penasaran sekaligus ingin tahu untuk mencari tahu. Sambil memegangi kepalanya, Rifa memijit pelan bagian kepalanya yang dirasa sedikit sakit. Sebelumnya, ia juga pernah mengalami hal yang sama seperti saat ini, namun ia juga tidak tau dan tidak mengerti apa maksudnya.

'Seakan-akan ada bencana alam yang menimpaku nantinya, kupikir kakak ku memang serius mengatakan hal itu padaku.' Rifa membatin.

Sebelumnya, Rifa sudah menghela napas panjangnya terlebih dahulu sebelum bersiap-siap untuk pergi ke sekolah sihir barunya saat ini. Mungkin sekolah sihirnya saat ini bisa dibilang setingkat SMA sebelum mereka lulus dan mendapatkan sertifikat agar bisa masuk ke Serikat sihir mana yang akan mereka minati.

Jujur, jantung Rifa berdegup sangat cepat saat ini. Bahkan saat mengunci rumah—yang terlihat seperti kompleks perumahan—pun Rifa masih sedikit bergetar sanking gugupnya.

Apakah ini yang dinamakan cint-- ekhem, maaf, apakah ini yang dinamakan demam panggung?

Setelah mengunci pintu rumahnya, Rifa berjalan santai menuju sekolah barunya dengan perasaan senang. Tapi, lain di dalam lain juga di luar. Walaupun Rifa sangat bersemangat dan antusias sekali di hatinya, namun hal itu berbanding terbalik dengan anggota tubuhnya saat ini. Rifa berjalan kaku dengan keringat menetes di bagian kening dan pelipisnya.

Dasar Rifa.

"Duh, bagaimana ini? Aku gugup sekali. Mana sekolah masih belum sampai pula," gerutu Rifa sambil terus berjalan kikuk layaknya robot berjalan.

"Tapi ...." Rifa menghirup udara sejenak kemudian menghembuskannya, "Udara disini tidak buruk juga. Malah sepertinya, aku akan betah disini dalam waktu yang lama."

Rifa sedikit melirik sungai yang mengalir dengan tenang di pinggir jalan.

"Lumayan juga. Air sungainya cukup bersih di daerah 'ini', warnanya tidak keruh. Tidak seperti air sungai yang ada di daerah 'sana' yang keruhnya memang benar-benar minta diampuni."

Sambil menutup mata Rifa berjalan pelan untuk menikmati hembusan angin sepoi-sepoi yang menyejukkan hati dan raganya. Sepertinya, Rifa bisa berjalan santai (untuk) kali ini.

Dan tanpa Rifa sadari, Rifa sudah sampai di depan pintu gerbang sekolahnya yang menurut Rifa sangatlah menyeramkan. Bagaimana tidak? Bangunannya saja di bangun secara tidak wajar kelebaran, kebesaran, dan keluasannya. Wajar saja mata Rifa sedang menatap horor sekolahnya sendiri. Dan yang pasti, untung saja tidak terlambat.

'Anjir! Sekolah ku kok gini amat?! Apa mereka sedang membangun kandang Gajah limited edition?!' jerit Rifa dalam hati.

Sambil menatap kagum sekaligus takut dengan bangunan sekolahnya sendiri, Rifa paksakan kakinya untuk melangkah menuju mading sebelum sampai ke tujuannya.

Kenapa harus mading? Jadi begini ... para saudara yang pernah bersekolah di tahun pertama, tujuan utama kalian agar bisa sampai ke kelas kalian dengan cepat dan menemukan tempat duduk lebih cepat memangnya alternatif paling cepat itu harus lewat mana? Mading bukan? Ya sudah.

Kalau Rifa sampai mencari ruangan kelasnya sendiri dengan kemampuannya sendiri, baru sampai 10 detik saja Rifa pasti akan tersesat.

[ ⏸️ ] Detective FIVITD : Their Magic and MysteryWhere stories live. Discover now