Kepingan Tiga Belas

1.5K 99 6
                                    

Setengah jam sudah langit membentangkan jubah hitamnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setengah jam sudah langit membentangkan jubah hitamnya. Di kamar Petty harap-harap cemas sebab Dinar belum kembali. Tadi siang memang Dinar dan Tante Merry berniat ke event organizer yang mengurusi pernikahan. Mungkin mereka singgah di tempat lain. Petty mondar-mandir mirip anak bebek yang mencari induknya. Dia takut jika nanti terlambat membawa Dinar ke lokasi dinner. Apalagi saat ini Rishi sudah menunggu.

Bosan bolak-balik wanita itu berhenti di depan cermin. Sejenak Petty mengamati riasan wajahnya. Sapuan make up-nya tampak natural, namun cukup mencuri perhatian. Rambutnya tergerai rapi. Wanita itu mengenakan gaun malam berwarna hitam. Potongannya sederhana dan tidak bermotif, ada sentuhan bunga lili di bagian pinggang. Gaun tersebut panjang menutupi mata kaki. Lima menit mematut diri, Petty sukar menjelaskan bagaimana bisa berpenampilan seolah-olah dialah yang akan menjadi tamu penting. Pelan-pelan Petty menuju lemari, dan hendak mengganti gaun. Wanita itu mengacak baju-baju yang terlipat. Begitu sebuah kaus melekat di tangannya, wanita itu berpikir lagi, bukankah ada banyak orang yang mengunjungi rooftop untuk dinner ini? Mereka pasti mengenakan pakaian terbaik demi menyesuaikan suasana. Perlahan Petty meletakkan kaus, dan menutup kembali lemari.

---

Malam ini Rishi luar biasa sibuk di rooftop. Dia memastikan semua properti diletakkan sesuai rancangannya. Meja-meja, peralatan makan, lampu-lampu, dan panggung. Rishi berdiri di depan meja paling tengah, dia memutar tubuhnya melingkar. Meneliti inci demi inci kondisi di rooftop. Sempurna. Meja-meja diberi jarak, susunannya rapi, seolah terbagi menjadi dua bagian, kiri dan kanan, dan satu meja spesial yang dibekali dua kursi menjadi pemisah. Lampu-lampu memancarkan kilau sinar, dari tiang ke tiang, dari tembok ke tembok. Bendera-bendera yang ditempelkan di tembok juga memberi warna tersendiri.

Sementara itu di panggung, Starlight sedang mengecek alat sekaligus latihan. Lagu yang terdengar sekarang adalah lagunya Kahitna, Cantik.

Selain personel Starlight malam itu rooftop juga disesaki teman-teman Rishi. Mereka datang berpasang-pasangan. Sekitar lima puluh lebih sudah tiba. Mereka mayoritas tercengang usai mendapati konsep dinner di atas gedung. Beberapa pengunjung wanita bahkan setengah menyesal karena datang tanpa kamera, atau lupa berdandan ekstra, mereka mengira ini dinner biasa. Lalu sebagian pengunjung pria salut dengan perjuangan Rishi, mereka tidak menyangka Rishi luar biasa mati-matian mengadakan dinner lengkap dengan live music plus panorama seratus persen pemandangan kota.

Malam itu Rishi tampak gagah. Rambutnya klimis dan kelihatan basah. Banyak gel dia sapukan untuk mendapatkan kilau yang menawan. Pria itu berbalutkan tuksedo hitam, potongannya yang pas menonjolkan otot-otot tubuhnya yang atletis. Dasi kupu-kupu yang menempel di leher kemeja dalam semakin menambah kesan perlente. Sepatunya pun licin dan kilau menandingi permainan cahaya lampu dari properti dinner.

Rishi naik ke panggung. Dia merebut mik dari vokalis Starlight. "Perhatian, semua... tolong nanti selama dinner sering-seringlah pasang wajah ramah," Rishi mengumumkan. Dia sedang mengajarkan skenario kepada seluruh kawan-kawannya. "Dan juga nanti ketika calon istri saya datang, kalian wajib memberikan tepuk tangan, mengerti?"

Hello You [Completed]Where stories live. Discover now