P R O L O G

149 15 5
                                    

Sorak ramai yang didominasi teriakan para siswi SMA Savtina terdengar memenuhi lapangan, membuat permainan panas yang tengah dimainkan oleh dua tim itu semakin memanas.

"Over ke gue, Zal!" teriak Tristan.

Rizal menolehkan pandangan ke asal suara, lalu menendang bolanya ke arah laki-laki itu. Tristan hampir mendapatkan bola ketika tiba-tiba seseorang menabrak bahunya dengan keras.

Tristan yang awalnya tidak tahu apa-apa lantas terjatuh. Rizal yang berdiri tidak jauh dari Tristan segera berlari mendekati temannya itu, lalu membantunya berdiri.

"Lo bisa main gak, sih?!" bentak Tristan kepada laki-laki yang berdiri tepat di hadapannya.

Laki-laki berkaos putih itu malah tersenyum miring. Bukannya meminta maaf, dengan gaya santainya Fredo mengover bola yang ia dapat ke teman setimnya.

"Lo tau cara main curang untuk mendapatkan tahta pemenang?" Fredo melemparkan senyuman sinisnya.

Tristan yang melihatnya geram seketika. Tanpa menjawab perkataan Fredo, Tristan berlari mencoba mengambil alih bola dari tim lawan.

Tio berdecak. "Seharusnya lo gak ikut main kalau gak tau aturan," geram Tio sebelum menyusul Tristan.

Fredo mengedikkan bahunya acuh. "Ini bukan pertanding piala dunia, ngapain harus ikutin aturan?"

"Bangsat!" maki Tristan ketika lagi-lagi dari anggota tim lawannya sengaja menyenggolnya keras saat ia berhasil menggiring bola.

Untung saja Tristan dapat menyeimbangkan diri hingga lawan tidak berhasil merebut bola darinya. Tristan terus berlari sambil menggiring bolanya ke arah gawang lawan.

Rizal terus berada di sekitar Tristan sekedar untuk memastikan Tristan tetap aman saat menggiring bola. Beberapa kali Rizal menahan anggota tim lawan yang hendak menghadang Tristan.

Tanpa mereka sadari, dari arah belakang Fredo memberi kode kepada salah satu anggotanya yang dalam posisi siap di dekat gawang. Laki-laki itu mengangguk mengerti, lalu berlari kencang ke arah Tristan.

Semua orang refleks berteriak ketika laki-laki itu menendang kaki Tristan keras. Hal tersebut membuat Tristan terhempas kuat ke tanah sambil meringis kesakitan.

"Tristan!" teriak Andre.

Tanpa memperdulikan Tristan, tim Fredo terus melanjutkan permainan. Hingga sorak ramai para pendukung tim Fredo berteriak kemenangan ketika bola berhasil masuk ke dalam gawang lawan.

Fredo dan teman-temannya berkumpul sambil bersorak 'gol' di tengah lapangan. Terlihat jelas kebahagiaan yang terpancar jelas dari tim itu.

Andre yang tersulut emosipun seketika berlari ke arah Fredo. Tanpa diduga, Andre menarik kerah Fredo lalu mendaratkan tinjuan keras ke wajah laki-laki itu. Semua orang seketika terdiam.

Fredo menyentuh sudut bibirnya yang berdarah karena tinjuan Andre. Fredo menatap Andre dengan pandangan seakan tidak mengerti kenapa laki-laki itu tiba-tiba memukulnya.

"Lo bisa main gak?!" teriak Andre tepat di depan wajah Fredo. "Sengaja mau bikin Tristan pincang?!"

Fredo menepis tangan Andre dari bahunya. Tiba-tiba Fredo membalas tinjuan Andre. Laki-laki itu bahkan tidak segan-segan meninju habis Andre yang tidak bisa menangkis serangannya.

Dari tempatnya, Tristan menggeram marah. Tangannya terkepal kuat. Andai saja kakinya tidak sakit, sudah dipastikan Tristan tidak akan tinggal diam melihat Andre diserang habis-habisan oleh Fredo.

"Woe, bangsat! Lepasin temen gue!" teriak Tristan.

Fredo melepaskan cengkramannya dari kerah Andre yang  sudah babak belur di buatnya. Fredo menoleh ke arah Tristan seraya tersenyum sinis.

"Jangan berani macem-macem sama gue atau lo tau sendiri akibatnya."

Setelah meludahi Andre yang terkapar pingsan di tengah lapangan, Fredo mengajak teman-temannya untuk pergi. Namun baru beberapa langkah, Fredo tiba-tiba menghentikan langkahnya.

Fredo berbalik ke arah Tristan yang tengah dibopong oleh teman-temannya. Fredo berjalan maju lima langkah sebelum berkata, "Gue tunggu lo di kantin istirahat ke dua. Kalo gak dateng, siap-siap terima hadiahnya."

Tristan berdecak ketika Fredo dan sekawanannya pergi. Untuk pertama kalinya Tristan menyesali ajakannya untuk taruhan dengan Fredo, musuh bebuyutannya sejak masa SMP.

Bukan karena Tristan pengecut, tapi dia tidak tega melihat Andre ikut terkena imbas atas kekalahannya. Cowok itu bahkan tidak tahu apa-apa atas taruhan yang Tristan adakan.

Sorry, Ndre. Batin Tristan.

●●●

Hai!!! Akhirnya back lagi setelah sekian tahun rehat dari per-wattpad-an😭 Masih agak trauma karena permasalahan novel Cool Senior yang gak ada tanggung jawab dari pihak penerbit, aku gak dapat apa-apa dan diblokir di segala sosial media mereka. Sedih banget sih dan sakit kalo mau diceritain😌 Tapi gapapa, mau ulang lagi semuanya dari awal. Anggap aja kejadian sebelumnya sebagai pelajaran untuk kedepannya. Semoga cerita kali ini bisa sesukses novel aku sebelumnya ya🤗

COMPLICATEDWhere stories live. Discover now