10

6K 580 100
                                    

5 Tahun Kemudian...

"Taehyung-ah ambilkan ahjussi ini cangkul bermerk (...)." perintah Bos Taehyung.

"Ne." jawab Taehyung semangat.

Cerita kehidupan sederhana seorang Yook Taehyung atau Kim Taehyung kini berjalan ke Tahun ke 14 selama kehidupannya. Ia kini tumbuh menjadi remaja kuat dan tangguh. Bekerja sana sini untuk menghidupi keluarganya, sambil terus belajar untuk bisa membaca dan menulis.

Selama 5 tahun belakangan, ia sama sekali tak memikirkan bagaimana di Seoul, bagaimana Jungkook, dan bagaimana kedua Ahjussi yang menyayanginya. Ia hanya terlalu fokus dengan pekerjaannya sehingga lupa semuanya.

Dan hari itu, sesuatu yang besar terjadi.

Mobil mewah berwarna silver mendarat mulus di sebuah lapangan di satu perkampungan di Daegu.

Dari sana, sebuah kaki putih terlihat turun dari pintu kemudi, lalu stelahnya menampakkan seorang wanita paruh baya berjalan kaki menyusuri desa itu.

Entah kenapa, mobil Yoongi juga ikut mendarat disana, ia hanya sudah tak bisa melihat siapa pemilik mobil yang juga terparkir disana. "Ah, aku merindukan Taehyung. Sudah setinggi apa dia?" monolog Yoongi. "Apa aku harus membelikan sesuatu?" Yoongi kemudian keluar lalu berjalan kaki mencari sebuah supermarket.

"Nyonya Yook, ada yang ingin bertemu." panggil Tuan Park, pemilik sawah yang di kerjakan oleh Nyonya Yook.

"Siapa?" tanya Nyonya Yook.

"Entahlah, seorang wanita." jawab Tuan Park.

Nyonya Yook kemudian membersihkan tangan dan kakinya menuju rumah kecil di pinggir sawah. "Anda siapa? Mencari saya?" tanya Nyonya Yook, bingung.

"Oh, Anyonghaseyo. Saya Kim Heechul, apa masih ingat?" tanya Nyonya Kim seraya menurunkan kacamata hitam miliknya.

"Oh, ada apa?" tanya Nyonya Yook kemudian. Nada bicaranya sudah berubah.

"Mm, saya mau melihat anak saya, apa boleh?" tanya Nyonya Kim.

Nyonya Yook kemudian sedikit berfikir. Bukan apanya, masalahnya ia tak ingin ketahuan memperkerjakan Taehyung.

"Dia sedang di sekolah." jawab Nyonya Yook, asal.

Nyonya Kim kini hanya bisa menutup mulutnya dan sedikit menyesal. Kini beban menyekolahkan anaknya ditanggung orang lain. "Boleh saya membawanya hari ini?" tanya Nyonya Kim.

"Maaf Nyonya, perjanjian kita adalah sampai anak anda berusia 17 atau 18 tahun, yang artinya masih sekitar 3 atau 4 tahun lagi anda bisa mengambilnya." bentak Nyonya Yook. "Kalian itu sebenarnya mempunyai hati tidak? Kalian tak pernah sekalipun mengunjunginya atau bahkan mengiriminya uang."

"Tapi..." belum juga Nyonya Kim melanjutkan kalimatnya, Nyonya Yook sudah memotong.

"Nenek Kim sudah meninggal 5 tahun yang lalu. Dia hanya berpesan bahwa anak itu bisa anda bawa kalau memang saya mengijinkan." jelas Nyonya Yook. "Saya yang memberinya makan dan mati-matian merawatnya sampai sembuh." jujur, Nyonya Yook berkata begitu secara natural karena sedang memikirkan sesuatu.

"Dia? Dia sembuh? Benarkah?" tanya Nyonya Kim antusias.

"Ya, tentu. Dia bersekolah dan mengerti pelajaran." jawab Nyonya Yook.

"Tolong ijinkan saya bertemu dengannya." mohon Nyonya Kim.

Nyonya Yook kemudian berfikir, dan mulai memikirkan hal yang aneh. "Baiklah. Tapi besok. Kau bisa membawanya besok." ucap Nyonya Yook. Jelas hal itu membuat Nyonya Kim sangat gembira.

So That I Love You (REVISI) [END]Where stories live. Discover now