18

5.4K 581 35
                                    

Ruang rawat Taehyung kini ramai. Sudah ada kedua orangtuanya, dan tiga Ahjussi kesayangannya.

"Ahjussi." panggil Taehyung.

"Ne." jawab Jimin.

"Ahjussi ambikkan buku pelajaranku dan ajarkan aku." pinta Taehyung.

Mendengar itu, Nyonya Min kini mendekat ke arah Taehyung dan mengusap rambutnya. "Kau harus istirahat sayang, nanti kalau sudah sembuh baru belajar lagi. Akan kita carikan sekolah yang paling bagus." ucap Nyonya Kim yang langsung disetujui oleh semuanya.

"Tapi Tae bosan Eomma, Tae ingin belajar." Taehyung mulai merengek.

"Tae, besok yah?" kini Yoongi mulai bersuara. "Lagian Jimin Ahjussi harus bekerja."

Taehyung akhirnya berhenti merengek, tapi wajahnya tak bisa ia kondisikan. Kentara sekali sedang merajuk, membuat semua yang berada disitu hanya bisa saling melempar pandangan.

"Ne. Baiklah." kata Jimin. "Tae mau minta diajari apa?" tanya Jimin.

Terlambat. Anak itu sudah lebih dulu merajuk. Ia kini menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebal miliknya.

"Sayang, kau bisa sesak nafas." Nyonya Min kemudian mencoba membuka selimut itu, tapi Taehyung menjadi keras.

"Ekhem" suara berat nan menakutkan milik Tuan Min terdengar. Jimin, Hoseok dan Yoongi memilih pamit dengan alasan kerja. Sementara Nyonya Min hanya berusaha memperbaiki duduknya.

"Sayang..." rayu Nyonya Min. "Kau membuat Eomma sedih kalau seperti itu." lanjutnya.

Mendengar suara Nyonya Min seperti melemah, Taehyung akhirnya mengalah. Ia memilih membuka sedikit selimutnya sambil menutup matanya.

"Maafkan Eomma, Ne?"

Tak ada jawaban. Hanya saja, tangan Taehyung yang berada didalam selimut diam-diam mencari tangan Nyonya Min untuk ia pegang. Hal itu cukup membuat Nyonya Min tersenyum. 'Kau buat Eomma selalu takut sayang'. Batin Nyonya Min.

#

Perdebatan tentang sekolah Taehyung kini menjadi topik utama. Menunggu Taehyung terlelap dan mereka akan membahasnya. Sudah ada si Dokter muda tidur di sofa, sementara Hoseok memilih ikut berdebat, siapa tau fikirannya dibutuhkan. Padahal ia tau, ia menghadapi tiga orang yang SANGAT keras kepala.

"Apa kita harus menjadi donatur terbesar dulu supaya mereka memperlakukan Tae dengan baik?" tanya Nyonya Min.

"Yah. Jaman sekarang itu memang sudah seperti itu." jawab Yoongi.

"Apakah sekolah umum?" Tanya Hoseok.

"Itu pilihan yang sulit. Kita tak bisa memasukkan dia di sekolah luar biasa karena dia tak seburuk itu. Tapi, kita juga tak bisa memasukkannya di sekolah umum karena biar bagaimanapun, ada kalanya ia akan lambat mencerna sesuatu. Dan pasti itu akan menjadi bahan bullian bagi temannya." jelas Tuan Min.

Sebenarnya, semua setuju. Tapi, berhubung tinggal sekitar dua bulan lagi penerimaan masuk sekolah, mereka memilih untuk menentukan. Bukan malah meng'iya'kan sesuatu yang masih bimbang.

"Pertama-tama, kita harus tau kemampuan menangkap Taehyung. Dan saya fikir, Eomma-nim lah yang banyak tau tentang ini." ucap Hoseok sambil melirik Nyonya Min.

"Dia itu sedikit aneh." jawab Nyonya Min. "Kadang ada satu saat kamu akan bilang dia menjadi cepat tanggap dan pintar, tapi ada juga kalanya ia akan menjadi sangat lambat mengerti tentang penjelasan. Terlebih lagi, dia ini sering merasa sakit, aku mungkin jadi kurang setuju kalau dia sekolah di umum."

Tuan Min kemudian memperbaiki duduknya. "Ketika ia tau sekolah luar biasa itu seperti apa, yakinlah ia akan marah pada kita semua." katanya.

Yoongi kemudian menggeleng. "Aku rasa tidak begitu." katanya. "Setauku, Taehyung itu orangnya lebih mudah menerima sesuatu. Tapi kembali lagi, mungkin itu tergantung pada moodnya. Dan sialnya, kita tidak bisa menebak."

Pernyataan itu, kemudian diangguki oleh semuanya. Sejauh ini belum ada kesimpulan yang mereka dapatkan dari rapat dadakan mereka.

"Tidak ada cara lain, selain menunggunya bangun dan bertanya sendiri padanya tentang pilihanya." ucap Tuan Min.

"Apa tak akan melukai hatinya?" tanya Yoongi

"Ayah tidak menjamin, tapi itulah konsekwensinya. Lagian, akhir-akhir ini ia tak bisa hidup tanpa ibumu, aku yakin walaupun dia marah pada kita, dia tak akan betah berlama-lama marah pada ibumu."

#

Pagi kini menjemput. Hanya ada Nyonya Min dan Taehyung di ruang rawat Taehyung.

"Eomma." panggil Taehyung pada ibunya yang sedang tertidur di kursi berbantalkan kasur Taehyung.

"Eomma." panggil Taehyung lagi. Tapi Nyonya Min tak bergerak sama sekali. "Apa Eomma sangat mengantuk?" tanya nya pada diri sendiri. "Tapi Tae mau minum."

"Ah, Ne sayang." Nyonya Min seperti terkaget. "Kau sudah lama bangun?" tanya nya.

"Eomma, tae mau minum. Apa Eomma marah pada Tae?"

"Haha, tidak sayang. Tidak akan pernah" jawab Nyonya Min.

#

Kehidupan Taehyung berlanjut hingga akhirnya ia memilih sekolah di sekolah luar biasa. Keluarga Min kini tau bagaimana menghadapi Taehyung. Mudah karena Taehyung itu hatinya lembut. Cukup katakan 'Eomma sedih' atau 'Ahjussi sakit' atau 'Kau membuat Appa sedih'. Ia tak akan tega mendengar itu. Keluarga Min tak sejahat itu, hanya saja itulah jalannya, kemudian, Taehyung akan mengerti sendiri.

Benar saja. Tak perlu merayu Taehyung untuk tak menggunakan tas bergambar cartoon, tak akan ada yang mengejeknya. Semua teman-temannya adalah anak dengan kekurangan yang beragam. Kau mau mati sekaligus disana tak akan ada yang peduli. Apalagi masalah tinggi badan Taehyung. Tak akan ada yang mengejeknya karena belajar dengan siswa kelas satu sekolah dasar.

Kehidupan Taehyung juga sudah berubah. Ia kini menjadi anak yang sedikit manja karena sikap over protectiv milik kedua orangtuanya. Ia kini benar-benar menjadi anak kota yang kaya. Mulai melupakan bagaimana dulu ia bekerja menghidupi keluarganya. Taehyung bukannya lupa, ia hanya sudah tak sedih ketika teringat ibu atau hyung nya, mungkin kini ia mengerti apa itu 'dibuang', dan terlebih lagi ia kini mendapatkan keluarga baru yang sangat menyayanginya.

Hanya ada satu yang sampai saat ini Taehyung lupakan, yaitu : Nama anak lelaki yang pernah memberinya roti dan air mineral.




TBC...

Vote n comment yah.

Terimakasih sudah mampir ❤❤❤

So That I Love You (REVISI) [END]Where stories live. Discover now