27

5.1K 555 85
                                    

"Pagi hyung." sapa Taehyung.

"Jangan pernah panggil aku hyung. Aku bukan hyung mu." jawab Namjoon.

Begitu terus setiap harinya. Tak ada yang mau mendekati Taehyung karena menurut mereka Taehyung itu adalah pembawa sial, yang jika dekat dengan Jungkook, maka Jungkook akan sakit. Ya. Memang itu benar, tapi bahasanya yang sedikit kasar untuk seorang saudara.

Kehidupan Taehyung di rumah itu hampir sama dengan kehidupannya di Daegu. Bedanya, di Daegu ia perlu bekerja. Sementara di Seoul, tepatnya di kediaman Nyonya Kim, ibu kandungnya, Taehyung hanya perlu bersembunyi di kamar kalau Jungkook hendak keluar untuk makan atau sekedar menonton tv. Itu perintah Namjoon dan Seokjin.

Kepercayaan masalah Taehyung itu adalah anak pembawa sial diperkuat setelah beberapa masalah yang dialami oleh keluarga Kim, mulai dari seringnya Namjoon dan Nyonya Kim bertengkar, hingga diberinya Seokjin dan Namjoon sebuah peringatan dari bosnya karena terlalu sering pulang meminta izin dengan alasan adiknya sakit.

"Yak. Anak pembawa sial, kau tau? Kalau bukan karena ibuku yang gila itu, kau tak akan ku biarkan tinggal disini. Semenjak kau disini, adikku malah semakin sakit, dan kesialanmu makin merajalela."

Itu adalah potongan perkataan Seokjin yang ia tujukan pada Taehyung.

"Yak. Anak sial, sudah kubilang, kalau mengepel itu jangan terlalu banyak sabun, kalau kami jatuh atau Jungkook jatuh kau mau tanggung jawab?" bentak Namjoon sambil menendang ember berisi air pel hingga akhirnya berantakan. "Bereskan itu." lanjut Namjoon.

Taehyung sendiri tak meraskan adanya penindasan atau perbedaan antara dia dan Jungkook. Pertama, ia sudah terbiasa dengan bentakan, kedua, dia sudah biasa bekerja bahkan lebih keras dari ini. Dan yang ketiga, ia tak merasa anak sial.

Suatu hari, mereka sedang berkumpul di ruang tv tanpa Jungkook.

"Hyung." panggil Taehyung. Tapi tak ada sama sekali yang menjawab.

"Tolong ajarkan Tae tentang tumbuhan, Tae ingin tau." lirih Taehyung.

"Disini tak ada hyung-mu, pergi dan cari hyung mu." ucap Namjoon kemudian berdiri meninggalkan ruangan itu.

Taehyung kemudian berdiri. "Apa yang harus Tae lakukan agar kalian menyayangi Tae?" tanya nya membuat langkah Namjoon berhenti.

"Cukup pergi dari sini." jawab Seokjin.

"Aaaaakkkhhhhh."

Teriakan Jungkook terdengar. Mereka kemudian dengan sigap menuju kamar Jungkook.

"Kookie." panggil Seokjin.

Keadaan Jungkook sedikit menggenaskan. Pucat dan keringat dingin, meringis kesakitan memegangi dadanya dan kulitnya sedikit berbeda. Seperti sedikit menguning.

Kedua kakak Jungkook kemudian berlari keluar rumah. Ada yang menggendong Jungkook dan ada yang bertugas menelfon rumah sakit, sekakian menyetir.

Tanpa mereka sadari, Taehyung juga sudah pingsan

#

"Taehyung-ah." panggil Nyonya Kim sambil menggoyang-goyangkan tubuh Taehyung. "Bertahanlah nak." katanya. Nyonya Kim mendapatkan Taehyung sedang pingsan di ruang keluarga lalu membawanya menuju rumah sakit.

Tepat sekali ketika Jungkook di diagnosa mengalami Hepatoblastoma (Kanker Hati) secara positiv, Taehyung dan Nyonya Kim juga tiba.

"Apa ini yang ingin kau tunjukkan?" bentak Namjoon.

"Diam Kim Namjoon." Nyonya Kim balik membentak.

"Jungkook bertambah parah."

"Taehyung juga anakku."

"Dia itu pembawa sial."

Plak.
Pipi Namjoon memanas di tampar sang ibu.

"Dia anakku, bukan pembawa sial." tutup Nyonya Kim kemudian menuju Dokter. "Tolong satukan kamar mereka." pinta Nyonya Kim.

"Yak. Apa kau gila?"

"Diam Kim Namjoon." bentak Nyonya Kim. "Mereka bukan kembaran, sakit Jungkook karena keturunan, bukan karena kesialan."

Ya. Namjoon ingat. Taehyung memang bukan kembaran Jungkook. Tapi Namjoon benci kala mengingat kematian Jiwon. Ia menyayangi Jiwon dan sampai saat ini belum bisa menerima kenyataan bahwa ada pengganti seorang Kim Jiwon.

Jiwon adiknya yang lucu dan tampan. Adik yang selalu bersama Namjoon ketika Namjoon pulang dari sekolah. Entah kenapa ia belum bisa menerima kehadiran saudara kembar Jiwon. Ia kadang berfikir, kenapa bukan Taehyung saja yang meningga saat itu?

#

Jungkook dan Taehyung kini sedang saling menatap. Dalam satu ruangan, terdapat dua tempat tidur yang sangat berbeda. Dimana, tempat tidur Jungkook sangat lengkap dengan makanan dan lain sebagainya. Sementara tempat tidur Taehyung tak ada apa-apanya.

"Apa sakit?" tanya Taehyung, dan langsung diangguki oleh Jungkook, lemas.

"Sakit sekali?" tanya nya lagi. Dan lagi, Jungkook hanya bisa mengangguk.

"Kau benci padaku?" tanya Taehyung lagi.

"Uhm." jawab Jungkook sambil tersenyum.

"Apa kau ingin aku pergi?"

"Ya." jawab Jungkook, singkat.

"Bisa kau bantu aku untuk terakhir kali?"

Jungkook tak menjawab, mata besarnya hanya terus menatap Taehyung yang sedang tersenyum.

"Berikan aku uang, aku akan ke Daegu bersama Hyung ku disana."

"Kenapa?" Jungkook malah bertanya.

"Hihihi. Jungkook-ie" Taehyung kemudian mengganti posisinya menjadi telentang dan menatap langit-langit ruangan rumah sakit.

"Jungkook-ie ku sedang apa? Apa dia sedang tertidur di ruangan yang sama denganku?" tanya Taehyung membuat Jungkook heran.

"Jungkook-ie ku, apa kau ingat? Kau memberikanku sepotong roti dan sebotol air mineral di malam itu. Kau tau? Aku sangat bangga dengan Jungkook-ie ku. Suaranya adalah suara paling indah yang pernah kudengar. Aku sedikit ingat wajah tembemnya ketika menawariku roti. Kau tau? Aku selalu lupa dengan nama atau wajahmu. Aku baru mengetahui ketika melihat jaket yang tergantung di depan ruang keluarga. Itu adalah jaket yang kau pakai malam itu. Aku bahagia menemukan Jungkook-ie ku, tapi ternyata ia tak menginginkanku." Taehyung kemudian bangun dan mulai melepaskan benda yang tertancap di badannya.

Seerrt


Pintu ruangan mereka terbuka. "Jungkook-ssi, bersiaplah. Sebentar lagi anda akan menerima donor." kata si perawat.

"Wah, selamat." ucap Taehyung.

"Itu bukan hal besar. Itu hanyalah sebuah hati. Aku hanya ingin jantung." jawab Jungkook.

*Dikasih hati, minta jantung. Edtah Kookie

"Setidaknya sakitnya akan berkurang." ucap Taehyung. "Oh ya, aku akan segera pergi sebelum ibumu datang." katanya sambil berlari.

'Jungkook-ie, semoga kita tak pernah bertemu lagi.' lirih Taehyung dalam hati.

#

"Appa. Tae siap."










TBC...

Maaf kalau jelek n gaje.

Vote n comment.

Terimakasih sudah mampir ❤❤❤

So That I Love You (REVISI) [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora