Naura Salsabila Azzahra

62.8K 4.5K 41
                                    

Hari Senin tepat pukul sepuluh, Naura Salsabila Azzahra atau biasa dipanggil Naura mendapat informasi buruk dari pembimbing ekskul jurnalistik SMA Nuri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari Senin tepat pukul sepuluh, Naura Salsabila Azzahra atau biasa dipanggil Naura mendapat informasi buruk dari pembimbing ekskul jurnalistik SMA Nuri. Hanya informasi tugas sebenarnya, tetapi bagi dirinya hal itu adalah informasi buruk yang ia terima selama ia mengikuti ekskul jurnalistik. Bu Ningsih memberinya tugas untuk membuat sebuah biografi. Tugas yang tidak disukai Naura karena baginya, tugas itu adalah salah satu tugas yang sangat merepotkan.

Memang benar merepotkan. Naura tidak mau karena proses membuat biografi itu sangat ribet. Ia harus membuat beberapa pertanyaan terlebih dahulu. Selanjutnya, ia harus melakukan wawancara untuk mendapatkan data-data sebelum membuat biografinya. Belum lagi, dirinya harus mendapat bukti berupa foto hasil wawancara dengan seseorang itu jika ingin mendapat nilai ekskul sempurna.

Parahnya lagi, seseorang yang akan ia wawancarai adalah Arkano Alfarezi Prasaja. Seseorang yang sejatinya adalah mantan pacarnya sendiri.

"Sialan. Tugas macam apa itu? Lala, help me. Aku enggak mau bikin biografi. Memangnya enggak ada orang lain apa selain Arka?"

Naura menutup wajah dengan kedua tangannya. Matanya terpejam. Napasnya memburu. Kakinya ia hentak-hentakkan pada lantai kelas. Ia sungguh kesal siang itu.

"Lala..."

Lala menggigit jari telunjuknya. Matanya menatap prihatin ke arah Naura. Ia bingung ingin menjawab apa. Ia bukan salah satu anak jurnalistik karena ia sendiri mengikuti ekstrakurikuler tari. Lala tidak tahu bagaimana cara menenangkan Naura dari rasa kesalnya itu. Tidak mungkin jika ia mengatakan kepada sahabatnya itu untuk menjalani saja tugas yang diberikan Bu Ningsih. Pasti Naura semakin kesal.

"Gimana? Aku juga enggak tau, Ra," ucap Lala. Kasihan juga sahabatnya itu.

Naura menghela napasnya. Bibirnya mencebik.

Ia sudah memprotes kepada Bu Ningsih dan mengatakan jika tugasnya mungkin bisa dialihkan kepada murid yang lain. Namun, Bu Ningsih tetap kukuh pada pilihannya.

"Gila aja, La. Aku harus dekatin Arka biar bisa selesaiin tugas biografinya. Aku enggak mau. Pede banget nanti dia. Pasti Arka pikir, aku enggak bisa move on terus kepingin balikan sama dia dengan modus tugas biografi? Ah! Aku enggak mau."

Lagi-lagi Naura uring-uringan. Gadis berparas manis itu mencoret-coret note book berwarna biru miliknya.

Lala meringis melihat note book kesayangan sahabatnya itu tercoret-coret.

"Ya ampun, Ra. Itu note book kesayangan kamu, kan?" gumam Lala.

Naura yang mendengar ucapan Lala mendadak tersadar. Naura mengangkat note book-nya.

"Aaa... Lala!"

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mantan Rasa Pacar [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang