Chapter 11: Minta Bantuan

29.7K 2.6K 40
                                    

Tiga hari sudah berlalu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tiga hari sudah berlalu. Arka masih menjalani skorsing. Seperti yang diinginkan Pak Prasaja, Arka tidak pernah keluar rumah kecuali untuk pergi ke minimarket atau pun jalan-jalan di sekitar rumahnya. Semenjak papanya memarahi Arka karena berani kabur saat itu, Arka diawasi dengan ketat.

Sangat berlebihan, tetapi itulah sifat papanya.

Arka melepas sepatunya dan meletakkannya di rak depan rumah. Baru saja ia selesai lari pagi bersama Pak Ujang. Saat masuk ke dalam rumah, tak sengaja matanya melihat mamanya tengah duduk di depan televisi.

"Mama enggak pergi ke rumah sakit?" tanya Arka menghampiri mamanya dan mendudukkan dirinya di sampingnya.

Bu Ulis tersenyum. "Enggak. Hari ini Mama di rumah."

Arka mengangguk. Merasa lelah, dirinya pun menyenderkan punggungnya di kepala sofa. Arka memejamkan kedua matanya.

Bu Ulis menatap Arka. Rautnya berubah sedih melihat kondisi anak semata wayangnya itu. Dalam lubuk hatinya, ia tidak tega Arka mendapatkan hukuman, baik dari sekolah dan suaminya. Namun, Bu Ulis tidak bisa membantu apa-apa karena Arka harus menanggung konsekuensi dari apa yang telah dilakukannya.

"Kamu pasti capek," ucap Bu Ulis.

Arka hanya diam. Namun, setelahnya ia mengangguk.

"Arka capek."

Bu Ulis mengulurkan tangannya, mengusap-usap lembut rambut Arka. Membuat Arka semakin nyaman.

Bu Ulis memaksakan senyum. "Jangan tidur. Mandi sana. Sarapan. Setelah itu ikut Mama pergi ke tempat bimbel yang dibilang Papa."

Mendengar itu, Arka lantas membuka mata. "Bimbel?" tanyanya terkejut. "Aku, kan, sudah les sama Mas Nara, Ma. Kenapa harus bimbel?"

"Waktu Mas Nara enggak efektif, Sayang. Dia, kan, harus kuliah juga. Belum lagi ikut organisasi. Papa bilang, Mas Nara cuma disuruh bantu sampai Papa dapat bimbel yang bagus buat kamu," jelas wanita itu.

Arka menggeram kesal. Ia merasa seperti telah dibodohi oleh papanya. Ia kira papanya akan berbaik hati dengan hanya menyuruhnya les dengan Mas Nara.

Mama memegang tangan Arka. Mencoba memberi pengertian kepadanya. "Turuti saja apa kata papamu. Lagi pula ini semua demi kebaikanmu. Papa rela mengeluarkan uang banyak agar kamu bisa belajar dengan baik. Ini semua demi masa depanmu."

Arka menatap mamanya. "Aku enggak mau. Aku udah nyaman belajar dengan Mas Nara, Ma. Aku paham kok apa yang dijelasin sama Mas Nara. Jadi, please, enggak usah ada acara bimbel-bimbelan."

Mama menatap penuh harap ke arah Arka. "Sayang."

Arka menghela napas.

"Kalau kamu masih mau les sama Mas Nara, ya, enggak apa-apa. Nanti Mama bilang ke Papa. Tapi, untuk bimbel ini, Mama mohon kamu ikut, ya? Dicoba dulu. Nanti kalau enggak ada perkembangan dan kamu enggak nyaman, bisa berhenti. Mau, ya? Anak Mama ini enggak mau, kan, kalau sampai Papa marah?"

Mantan Rasa Pacar [END]Where stories live. Discover now