ONE : BREATHLESS

2.3K 196 12
                                    

Bernapas. Itu adalah hal yang harus aku lakukan sebelum aku mati kehabisan oksigen, tapi sialnya bernapas adalah sebuah hal sepele yang mustahil dilakukan pada detik ini. Ketika tubuh maskulin yang berotot itu berada tepat di hadapanku, aku hampir lupa caranya bernapas dengan benar. Sialan dengan si keparat Foster dan tubuh sempurnanya. Harusnya aku tidak mengikuti kelas olah raga hari ini, tapi sekali lagi karena kesialan lainnya aku harus berakhir di neraka ini bersama si keparat Foster.


Oh hebat. Tukasku sarkas dalam hati. Ketika lensa hezel si keparat Foster kembali menatapku dengan sorot dingin nan penuh cemooh yang begitu kental, napasku semakin kacau. Oh God! Bagaimana bisa dia memberikan pengaruh yang begitu besar bagiku?


"Apa yang kau lihat?" hardikku dengan nada sinis


Laki-laki itu tidak menjawab, hanya menatapku dengan lensa hezelnya yang dingin sebelum akhirnya menyingkir dari hadapanku dan kembali bergabung dengan teman-temannya. Aku menghembuskan napas panjang sambil meremas ujung kaosku dengan gemetar. The fuck Yuki Ashford! Stop being like a weirdo! Gadis batinku memaki keras, membuatku meringis sambil merutuki kebodohanku yang semakin menjadi. Lamunanku buyar ketika Mr. Joece meneriakiku dari tengah lapangan sambil membawa dua buah bola basket di kedua tanggannya. Dengan cepat aku segera berlari menuju lapangan dan berdiri tepat di samping Leena yang melambai padaku.



Mr. Joece mulai menjelaskan peraturan bermain dengan suara lantang, sambil sesekali melempar bola basket pada murid laki-laki yang tidak mendengarkan kata-katanya. Sementara aku hanya berdiri dengan bosan, sesekali memutar bola mata jengah melihat Billy yang sibuk menggoda Charlotte dengan gombalan kelas jalanan yang dimilikinya. Guru berkepala botak itu membagi kami menjadi beberapa tim, dan hal terburuk dari semua itu adalah si keparat Foster yang berada di tim yang sama denganku. Sambil menghela napas kasar, aku menyingkir dari lapangan untuk duduk di kursi pemain cadangan.



Sedetik begitu bokongku mendarat di atas kursi, tiba-tiba saja aku merasa seseorang seperti tengah mengawasiku, dan benar saja ketika aku menemukan siapa itu, lensa cokelatku langsung bertemu dengan lensa hezel sialan milik si keparat Foster. Hal terburuk dari semua itu adalah respon yang diberikan tubuhku akibat tatapannya. Panas dan perutku seperti diremas. 



Oh ayolah. Adakah hal yang lebih konyol lagi selain ini?





***





Begitu jam makan siang tiba aku sudah duduk manis di cafeteria sambil menyedot lemon tea milikku, beberapa menit kemudian Allen dan Leena datang dengan wajah kusut. Aku jadi bertanya-tanya apa yang baru saja terjadi pada mereka, namun aku harus menelan kembali semua pertanyaan dalam kepalaku, begitu melihat si keparat Foster dan teman-teman menyebalkannya muncul dari pintu cafeteria dengan lagaknya yang angkuh. Kemudian seperti sudah dikomando muncul si jalang Ellie berserta para dayang-dayang bodohnya entah darimana. Aku memutar bola mata jengah ketika Ellie menghampiri si keparat Foster lantas bergelayut manja pada lengan kekarnya. Ergh. Aku benci megakui ini, tapi rasanya aku ingin sekali mencekik leher jalang pirang itu sekarang.



"Yuangka Kyara Ashford! Did you hear me?" suara Allen menginterupsiku yang tengah melamunkan hal konyol, dia melambaikan tangannya di depan wajahku dengan ekspresi kesal



"What?" balasku bodoh



"Oh Godness. Kau sedang apa sih?" Allen kembali menukas dengan nada kesal



"Mr. Hottie is here." Leena menyahut dengan nada genit sambil menunjuk pada gerombolan laki-laki itu dengan dagunya



Allen mendengus. "Oh ayolah, Yuki. Ini sudah empat tahun dan kau masih belum melupakan kejadian di lapangan basket itu?"



(His) Dark Secret [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang