NINETEEN : THERE FOR YOU

877 119 11
                                    

Ten years ago.



"Domi! Kembalikan bonekaku!" Aku terus berteriak untuk yang kesekian kalinya sambil berlari sekuat tenaga mengejar Domi yang lagi-lagi merampas mainanku


"Catch me then!" ujar Domi sambil menjulurkan lidah, mengejekku yang hampir menangis karena kesal


Pada akhirnya aku menyerah, berhenti berlari lantas meletakkan telapak tanganku pada batang pohon, menyandar sejenak sambil mengatur napas ku yang kacau karena berlari terlalu lama. Bisa kurasakan mataku memanas, dan air mata mengumpul di pelupuk mataku, siap untuk jatuh membasahi pipiku tapi aku berhasil menahannya. Domi akan merasa lebih senang jika melihatku menangis yang artinya dia berhasil menjahili ku, aku benci dengan anak laki-laki itu. Dia selalu saja menggangguku, aku tidak tahu apa yang sudah kulakukan hingga membuatnya terus-terusan melakukan hal buruk untuk membuatku kesal.


Mungkin karena aku lemah. Aku bukan gadis pemberani yang bisa melakukan semua hal tanpa merengek ketakutan. Aku benci ketinggian, aku takut pada ulat bulu dan aku tidak pandai berenang. I'm a daddy's little girl. Sejak Mom pergi ketika aku berumur lima tahun, aku selalu takut sendirian. Itu sebabnya aku tidak pernah lepas dari pandangan ayahku, Dad juga overprotective selalu melarang ku untuk bermain terlalu jauh, dan karena itu aku lebih banyak menghabiskan waktu bermain di dalam rumah.


Tapi semua itu berubah ketika Stefan datang. Entah bagaimana Dad tidak lagi melarang ku untuk bermain diluar, aku bebas pergi bermain di taman asalkan Stefan bersamaku. Dan sejujurnya aku tidak keberatan, mengetahui dia bersamaku membuatku merasa aman. Hidup sebagai putri tunggal mungkin membuatku menginginkan sosok saudara, atau lebih tepatnya seorang kakak laki-laki.


Mengingat akan hal itu, membuatku bertanya-tanya, dimana Stefan? Dia biasanya selalu saja muncul ketika Domi dan teman-temannya menggangguku. Stefan akan melemparkan tatapan dingin dan kata-kata tajamnya yang seketika membuat Domi menciut. Tanganku mengepal erat, tiba-tiba saja kesal karena Stefan tidak disini untuk membantuku. Dia tidak akan selalu ada untukmu, Yuki. Stefan juga punya kehidupan. Gagasan itu muncul begitu saja, seakan menamparku dari kenyataan. Yah itu benar. Aku menggigit bibir bawahku, lagi-lagi menahan tangis yang siap pecah.


"Domi, please. Give my Mr. Teddy back!" Aku kembali berteriak, tapi Domi tak bergeming, dia masih duduk manis di ayunan sambil memutar-mutar tubuh Mr. Teddy dengan ekspresi mengejeknya


"I told you." Domi menyeringai. "You have to catch me, if you want your doll back."


"I'm tired! I can't run off like that again." Aku merengek, "please give my doll back."


"Nope." Domi menggelengkan kepalanya, seulas senyum misteri tiba-tiba saja menghiasi wajahnya, dan hal itu seketika membuat perasaanku tidak enak


Sebuah perasaan buruk tiba-tiba saja menyergap dadaku, membuatku bersiap-siap dengan apa yang selanjutnya akan terjadi. Kemudian benar saja dugaanku, Domi mulai bermain-main dengan tangan kanan Mr. Teddy, seolah ingin menariknya hingga putus. Mataku melebar, siap untuk berteriak dan menangis ketika tiba-tiba saja Domi mengaduh kesakitan dengan tubuh yang sudah berada di tanah. Aku tersentak, segera mengangkat kepala lalu melihat Stefan yang berdiri di belakang ayunan dan Mr. Teddy sudah berada di tangannya.



"I told you stupid fat head, stop bothering her. Don't you understand what I said?" Kata Stefan dengan nada dingin yang seketika membuatku merinding, aku bisa melihat kalau dia marah


"Sorry." Ujar Domi dengan suara pelan, nyaris tak terdengar


Stefan mendengus, dia berlalu begitu saja meninggalkan Domi yang masih duduk di tanah tanpa berniat untuk membantunya berdiri, lantas menghampiriku yang masih mematung, dengan mata memerah dan wajah sebab. Aku tidak sadar sudah menangis ketika ibu jari Stefan menghapus air mata di pipiku.



(His) Dark Secret [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang