TWENTY TWO : BROKEN PROMISE

715 102 10
                                    

"Baby? Baby girl, can you hear me?"


Aku mendengar sebuah suara menelusup masuk ke dalam gendang telingaku, lalu aku merasakan sentuhan jari-jari yang terasa lembut di dahi ku, mempermainkan helaian rambutku. Aku mengerjapkan mataku, mengedip dua kali sebelum akhirnya kedua mataku bisa terbuka dengan sempurna. Aku mengernyit, merasa silau selama beberapa saat, dan merasa takut namun tenang dan lega kembali saat aku melihat sepasang mata hezel menawan yang menatapku dengan cemas.


"Baby girl, apakah kau bisa mendengarku?" Dia mengulangi perkataannya



"Aku..."



"Sshh, babe. Everything's alright." Dia menenangkan ku dengan jemarinya yang masih mengusap rambutku, menyentuh dahi ku. "I'm so sorry, darling. Sorry." Dia bergumam, memandang padaku dengan penuh rasa bersalah. Namun perhatianku tidak tertuju pada kata-katanya, melainkan pada luka memar yang berada di pelipisnya. Memar yang tidak terlalu parah, sebenarnya. Memar itu hanya memar berwarna ungu pucat yang akan hilang dalam waktu beberapa hari



"Kau terluka?"



Stefan mendengus. "You better look at yourself, babe."



Aku mengerutkan keningku. "Apa maksudmu?"



"Kau terluka, lenganmu. Itu semua karena kelakuan si brengsek Drawfod yang berani-beraninya melukaimu." Stefan berhenti sebentar, memejamkan mata lantas menarik napas dalam, aku tahu dia berusaha mengendalikan amarahnya. "I'm sorry, Baby girl."



"Tidak." Aku menggeleng. "Aku baik-baik saja, Stefan. Dan bisa kau jelaskan padaku siapa Drawfod?"



"It's complicated, baby. And I think it's better if you know nothing."




"Kau mulai lagi dengan semua rahasia sialanmu itu." Desisku dengan marah



"Baby girl..." Stefan menghela napas, kemudian meletakkan tangannya di pipi kananku, mengusap kulitku dengan lembut. "Tolong mengerti. I just want to keep you safe."



"Aku baik-baik saja."



Stefan mendengus. "Baik-baik saja? Lihat sekelilingmu, kau berada di rumah sakit, damnit!"



"Stefan—"



"Tidak. Kau terluka, dan itu semua karena aku. Karena kau berada di dekatku." Stefan mengehela napas lagi, kali ini ekspresi wajahnya tambah muram, dia mengeratkan genggaman tangannya pada tanganku



"It happened. It's okay. Aku masih hidup dan sanggup untuk memukul kepalamu kalau kau bertindak menyebalkan lagi." Kataku bergurau, berharap sedikit mengubah situasi ini menjadi sedikit lebih santai



"You know what baby girl, I don't think I can even forgive myself if something bad really happen to you." Stefan menunduk, menyembunyikan wajahnya di balik lengan sambil tetap menggengam tanganku



Aku mengigit bibir, merasa kesal lantaran tidak dapat berbuat apa-apa. "I'm fine. I really am." Jemariku bergerak mengusap rambutnya, merasakan helaian halus itu di kulit tanganku



Stefan menghela napas sebelum mengangkat wajahnya, membuat kami bersitatap lagi, dia kemudian melemparkan senyum tipis, mengankat tanganku lantas mendaratkan sebuah kecupan manis di punggung tangnku sebelum akhirnya menegakkan punggungnya, bersandar di kursi. "Allen dan Leena menunggumu di luar, dua gadis itu tidak sengaja melihat kau pingsan. Mereka yang membantuku membawamu kemari."



(His) Dark Secret [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang