TWENTY ONE : THE BEGINING

794 112 28
                                    

Aku terbangun ketika merasakan hembusan napas hangat seseorang di belakang leherku, samar aku dapat mendengar deru napas halus di telingaku. Untuk sesaat aku kehilangan orientasi, merasa masih berada di dalam mimpi ketika tiba-tiba saja tubuhku ditarik hingga punggungku membentur sesuatu yang keras. Aku langsung tersadar dan hampir berteriak panik ketika suara bariton seorang laki-laki yang familiar terdengar tepat di telingaku.


"You awake?" Katanya dengan suara serak khas orang baru bangun tidur. "Good morning."

Aku menghela napas, hapal sekali dengan suara Stefan...

Tunggu sebentar.

Stefan?!


Aku mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya memutar balikan tubuhku hingga aku berhadap-hadapan dengan laki-laki itu sekarang. Napas ku tertahan di tenggorokanku begitu melihat pemandangan di hadapanku. Stefan Foster. Laki-laki sialan itu terlihat berkali-kali lipat lebih menarik dari biasanya, aku tidak tahu kenapa tapi rambut cokelatnya yang berantakan, wajah polosnya dan bibir merah yang terlihat jauh lebih seksi dari biasanya itu benar-benar membuatku kehilangan akal sehat. Oh Tuhan. Aku hampir gila dan mulai berpikir aneh-aneh ketika sudut bibir laki-laki itu terangkat, membentuk sebuah senyum simpul yang begitu indah. Tapi detik berikutnya aku menyadari ada sesuatu yang salah.


"Apa yang kau lakukan di tempat tidurku, Stefan Foster?" Kataku dengan suara parau yang mirip seperti cicitan tikus

"I'm back, don't you miss me, baby girl?" Stefan menatapku dengan lensa hezelnya yang menawan, jemarinya bergerak menyingkirkan anak rambutku, menyelipkannya ke belakang telingaku kemudian ibu jarinya mengusap pipiku


"But why are you here? How?"



"Aku sampai jam tiga pagi tadi, kemudian langsung kesini begitu aku meletakkan koperku." Stefan menghela napas, masih menatapku dan tangannya masih bergerak mengusap pipiku. "Sesuatu terjadi saat aku pergi."

Aku mengerjap, tidak mengerti kata-katanya. "Apa maksudmu?"


"Katakan padaku, apa yang bajingan itu lakukan sampai aku harus membunuhnya?"



Oh. Tidak. "Stefan— "



"That bastard touched you." Nada suaranya begitu dingin, untuk sesaat aku membuatku merasa takut. "I swear to God I will kill him when I meet him."


"Stefan." Aku menghela napas kemudian meletakkan kedua tanganku di sisi wajahnya, memaksa agar dia menatap mataku. "I'm fine. I do. He was drunk, Aldrean mungkin saja tidak tahu apa yang dia lakukan."


"Maafkan aku."


"Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja."



"No. I'm sorry that I left you, baby girl." Stefan meletakkan tangannya di atas telapak tanganku, mengusapnya lembut dengan ibu jarinya, sementara tangan lainnya meraup pipi kananku. "I promise that I wont let that happen again."



"I know." Kataku sambil tersenyum padanya, untuk sesaat kami hanya terdiam saling menatap satu sama lain tanpa bersuara menikmati keheningan yang tercipta



Stefan tiba-tiba saja menariku ke dalam dekapannya. Tangannya dengan erat memeluk punggungku, rahangnya bersandar di bahuku. Ketika pada akhirnya pelukan kami terlepas, dia menghela napas, menundukkan kepalanya hingga dahi kami saling menempel.



"I will never let everything hurt you, baby girl. Even if I should kill my self for your safety, then I will."



Detik itu juga aku benar-benar lupa caranya bernapas, jantungku berdetak sangat cepat dan otakku membeku. Damn you, Stefan Foster. Apa yang sedang kau lakukan padaku?




(His) Dark Secret [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang