Chapter 1: Mantan

63.1K 4.6K 173
                                    

Memiliki mantan satu sekolah itu tidak ada enaknya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Memiliki mantan satu sekolah itu tidak ada enaknya. Apalagi berada pada satu angkatan yang sama. Rasanya tidak nyaman.

Naura berada di kelas MIPA 1 dan Arka berada di kelas MIPA 2. Kelas mereka bersebelahan. Jika berjalan di koridor, mereka pasti berpapasan dan setiap ada kegiatan, kelas mereka selalu berdampingan.

Naura berusaha menjauh. Ia ingin melupakan Arka. Namun, anehnya intensitas pertemuan mereka malah semakin sering.

Setiap beriringan di koridor, laki-laki itu selalu bersikap jahil terhadap Naura. Entah mengacak-acak rambut Naura, meletakkan buku di atas kepala gadis itu, hingga melemparkan roti atau jajanan apapun dari kantin kepada Naura secara tiba-tiba. Arka sering mengganggu Naura jika gadis itu tengah melakukan piket kelas. Ketika Naura menghapus tulisan di papan tulis, Arka pasti dengan sengaja mencoret-coret kembali papan putih itu. Setiap Naura menyapu, Arka selalu saja dengan sengaja membuang sampahnya di kelas. Hal yang paling mengesalkan adalah jika sepatu Arka kotor penuh tanah. Jejak kaki laki-laki itu pasti tertempel di mana-mana.

Naura kesal. Tetapi, dirinya lebih kesal jika tanpa sadar sudah dibuat luluh oleh sikap Arka. Naura dengan mudah memaafkan Arka hanya karena laki-laki itu menggantikannya mengerjakan tugas piket. Arka bahkan dengan suka rela menawarkan diri membantunya mengerjakan PR matematika. Sekalipun tanpa Naura minta.

Naura dibuat bingung oleh Arka. Ia ingin move on. Tetapi, sikap Arka seolah-olah mereka masih dekat seperti saat mereka berpacaran dulu.

Banyak yang penasaran mengapa Arka dan Naura putus. Padahal, di pandangan mereka, hubungan Arka dan Naura baik-baik saja. Naura pun juga merasakan hal yang sama. Gadis itu ingin tahu alasan Arka tiba-tiba memutuskannya. Alasan putus di tengah hubungan yang tidak terjadi gempuran masalah apapun.

***

Hujan mengguyur tanah yang dipijak Naura sore itu. Jam sudah menunjukkan pukul 16.20 WIB, tetapi Naura masih terjebak di gerbang sekolah. Padahal, bel pulang sekolah sudah berbunyi sekitar lima puluh menit yang lalu. Naura menghela napasnya. Menatap sekali lagi jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kiri, Naura kembali mendongakkan kepalanya. Tangannya terangkat menyentuh tetesan air yang mengalir dari atap gerbang.

Berteduh di gerbang sekolah memang bukan pilihan yang tepat. Rintik-rintik hujan mengenai kaki Naura. Membuat sepatu abu-abu yang dikenakannya sedikit basah. Naura mencebikkan bibirnya melihat sepatu kesayangannya itu kotor oleh bercak tanah. Ia sangat sayang kepada sepatunya itu. Sepatu itu hadiah pemberian almarhumah bundanya saat ia berulang tahun ke 14. Dua tahun ini, ia sangat menjaga sepatunya agar tidak rusak dan jangan sampai terlihat kotor. Ia berjanji kepada sepatunya, pulang sekolah ini ia akan segera membersihkannya.

"Mas Nara lama banget, sih, jemputnya. Kalau dari tadi udah sampai, pasti sepatunya jadi enggak basah dan kotor begini."

Naura berdecak. Ia kesal dengan Mas Nara, kakak laki-lakinya. Naura yakin sekarang pasti Mas Nara sedang berada di warung bakso bersama Mbak Kesya, pacarnya. Karena story di akun sosial media kakaknya itu adalah foto Mbak Kesya dengan background etalase berisi mi mentah dan bakso dengan beberapa jenis ukuran.

Mantan Rasa Pacar [END]On viuen les histories. Descobreix ara