Chapter 19 : Giliranku Mengatakannya✔️

2.8K 259 0
                                    

"Jadi begitu.. aku tidak menyangka kau sudah menghadapi banyak hal."

Padahal dia masih kecil, tapi sudah menghadapi banyak hal. Yah.. bagaimanapun juga, jiwaku sudah berumur dua kali lipat, tidak, tiga kali lipat dari umurnya. Jadi, setidaknya, aku sendiri juga memahami betapa berat kehidupannya. Ternyata, tidak semua orang tampan atau cantik itu memiliki hidup yang bahagia ya. Betapa menyedihkannya dia.

Dari banyak cerita yang aku baca, terkadang hal yang sedih adalah ketika salah satu karakter sudah tidak memiliki orangtua. Saat membacanya, aku hanya berpikir, "Ah, kasihan ya."

Lalu dengan cueknya melanjutkan cerita, tapi ketika mendengar kisah dari orang di depan mata yang sudah tidak memiliki orang tua lagi, kau pasti akan merasa bersalah entah karena apa. Menyadari, betapa beruntungnya kita yang masih memiliki orangtua. Bagaimana pun juga, Alano masih kecil, tapi sudah dipaksa menjadi dewasa. Aku benar-benar kagum padanya. Aku yakin, kalau aku yang mengalaminya.. kemungkinan besar aku akan menyerah. Mengingat diriku di kehidupan yang sebelumnya membuatku merasa malu menghadapi Alano.

Dia benar-benar hebat! Baiklah! Aku sudah memutuskannya! Aku tidak akan mengikuti skenario dunia lagi seperti dulu. Aku yang sekarang harus berbeda! Aku ingin menciptakan skenario ku sendiri! Aku tidak ingin menyesal lagi! Aku tidak ingin merasakan hal yang sama seperti dulu! Aku harus lebih berusaha! Aku harus bisa berubah kali ini! Pikirku yang tanpa sadar mulai melupakan keberadaan Alano.

"Mana? Hey.." Alano menepuk bahuku, mengembalikan kesadaranku.

"Ah. Maaf." Aku menggaruk kepala, agak salah tingkah.

"Jadi, bagaimana kalau kau menceritakan rahasiamu?"

"Ah.. itu ya.." Aku mengalihkan pandangan, mulai berpikir serius.

"Apa kau benar-benar punya rahasia? Atau rahasiamu memang terlalu banyak jadi kau bingung?" Alano menatapku heran.

"Mmm.. aku bingung bagaimana menjelaskannya."

"Oke. Kita mulai dari pertanyaan ini, kau pikir kenapa aku tidak memintamu untuk mengajariku sihir? Sebenarnya.. aku sudah menguasainya, jadi aku tidak perlu mempelajarinya lagi, aku hanya perlu berlatih dan mengembangkannya lagi.. dan.." Ucapanku menggantung.

Alano terdiam, "Sudah menguasainya? Apa maksudmu? Sihir di dunia ini tidak terbatas, masih banyak hal yang belum kita ketahui. Bukankah kau baru berumur 6 tahun? Apa kau yakin kalau sudah menguasai semuanya hanya dalam 6 tahun? Yaah.. Maksudku bukan dari saat kau baru lahir, tapi maksudku. Waktumu datang ke dunia ini masih sangat singkat, apa yang kau pelajari seharusnya tidak ada seujung jari jika dibandingkan dengan pengetahuan yang ada di dunia ini. Dan maaf kalau aku berbicara terlalu panjang, tapi.. apakah itu rahasiamu?"

Uuh.. baru bicara segitu saja sudah disela sepanjang ini. Bagaimana kalau aku mengatakan hal itu padanya? Batinku jadi semakin pusing.

"Tentu saja bukan. Yang menjadi rahasia itu yang selanjutnya. Sebenarnya, aku bisa memakai semua jenis sihir." Kataku sambil menatap Alano ragu.

Dia terdiam, kemudian mengerutkan dahinya. "Maksudmu?"

Ah. Dia tidak paham.

"Hmmm.. mungkin kau akan lebih cepat paham kalau aku mencontohkannya ya." Kataku lalu memejamkan mata, aku mulai membayangkan semua jenis sihir yang muncul di depanku. Kali ini aku sudah belajar banyak hal, aku berusaha untuk fokus mengendalikan energi yang akan keluar, sehingga tidak lepas kendali seperti dulu.

Perlahan-lahan sebuah api dengan 8 warna muncul secara bergiliran. Mulai dari warna merah yang berarti api, jingga yang berarti tanah, kuning yang berarti cahaya, hijau yang berarti angin, biru yang berarti air, biru kristal yang berarti es, ungu yang berarti petir, dan hitam yang berarti kegelapan.

Reincarnated [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang