Chapter 7: Razia Dadakan

31.4K 2.8K 40
                                    

Perlahan Naura sedikit menundukkan kepalanya

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

Perlahan Naura sedikit menundukkan kepalanya. Kedua indra penglihatannya senantiasa was-was melihat Bu Wardah, guru Ekonomi yang tengah duduk di meja guru dengan mata terpejam. Setelah dirasa aman, Naura mulai memanggil Galuh dengan suara pelan.

"Shuut... Galuh." Galuh yang duduk di bangku pertama dari depan atau lebih tepatnya serong kanan dua meja dari Naura tidak menolehkan kepalanya. Naura mendesah. Ia mengambil penghapusnya lalu melemparkannya ke arah Galuh. Berhasil. Penghapus itu mengenai kepala Galuh dan cowok terpintar di kelas itu kemudian menoleh. Naura melambaikan tangannya membuat Galuh memfokuskan pandangannya pada Naura.

Naura tersenyum. "Nomer empat, sepuluh, lima belas sampai dua puluh," ujarnya tanpa dosa.

Naura meringis saat dilihatnya Galuh berdecak pelan. Ia tau Galuh kesal. Setiap ulangan harian pasti murid-murid di kelas selalu mencontek padanya. Namun, walaupun begitu pada akhirnya Galuh tetap memberi contekan. Dibuktikan dengan gerakan jari-jarinya yang berubah-ubah sesuai jawaban Galuh.

Telunjuk itu berarti jawaban A. Telunjuk dan jari tengah itu jawaban B. Telunjuk, jari tengah dan jari manis itu jawaban C. Telunjuk, jari tengah, jari manis, dan kelingking itu jawaban D dan kelima jari adalah jawaban E.

Setelah Naura selesai berjibaku dengan soal-soal Ekonomi yang tak dimengertinya, tepat saat itu juga bel pergantian jam berbunyi. Naura mendesah lega, akhirnya ia dapat menyelesaikan soal ulangan itu. Walaupun dengan cara yang curang. Tidak apa, ia curang juga tak sendiri. Seratus persen ia yakin enam belas anak yang mengikuti ulangan di kloter satu ini semuanya mencontek. Entah itu melalui teman, buku yang disimpan di laci meja, atau bahkan ekstrimnya dari internet.

"Sudah bel. Ayo soal beserta jawabannya dikumpulkan," titah Bu Wardah sudah sadar dari bunga tidurnya.

Naura dan kelima belas anak di kloter satu mulai mengumpulkan soal dan jawaban mereka pada Bu Wardah. Mereka pun keluar dan selanjutnya kelima belas anak lagi yang belum ulangan masuk ke dalam kelas.

Guru-guru SMA Nuri dominan menggunakan sistem membagi dua kempok saat ulangan sekolah. Kelompok pertama yang mengerjakan ulangan terlebih dulu biasanya disebut kloter satu. Begitu pula dengan kelompok dua disebut kloter 2.

"Ah, leganya. Aku yakin nilai kali ini enggak bakal di bawah KKM," optimis Naura.

"Iya lah, orang situ nyontek," ucap Galuh berdiri di samping Naura. Naura tersenyum. "Yang ikhlas dong, Luh. Ngomong-ngomong, makasih, ya. Sebagai gantinya nanti aku traktir, deh, sebelum ngerjain Biologi."

"Oke. Gue pegang omongan lo." Setelah itu, Galuh pun berlalu dan melangkah menuju kantin.

Naura mengedarkan pandangannya. Di depan kelas ternyata hanya ia sendiri. Teman-temannya memilih pergi ke kantin sama seperti Galuh. Naura menghela napasnya. Ia lalu mendudukkan dirinya pada bangku panjang yang ada di depan kelas.

Ia merasa seperti kehilangan teman karena tidak ada Lala. Hari ini, sahabatnya itu tidak berangkat sekolah. Lala ijin karena sedang pergi bersama keluarganya untuk menghadiri acara pernikahan saudaranya yang ada di Solo.

Mantan Rasa Pacar [END]Where stories live. Discover now