Chapter 8: Arka yang Sebenarnya

29.1K 2.6K 36
                                    

"Bu, saya beneran enggak bohong

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Bu, saya beneran enggak bohong. Ibu percaya sama saya."

"Ibu enggak bisa, Naura. Ada bukti yang sudah sangat jelas jika kamu membawa make up itu ke sekolah. Fatma dan anggota OSIS yang lain yang menjadi saksinya."

Naura menghela napasnya. Sungguh, ia sudah lelah meyakinkan Bu Hesti mengenai pelanggaran yang jelas-jelas tidak dilakukan oleh dirinya. Naura putus asa. Namun, sebagian hatinya masih merasa tidak terima.

"Sudah, kamu tetap akan ibu beri poin. Jika tidak terima ibu bisa menambahnya menjadi dua kali lipat. Bagaimana?" ujar Bu Hesti duduk di meja kekuasaannya sembari memegang buku hitam berisi daftar siswa yang melakukan pelanggaran.

Naura yang duduk di hadapan Bu Hesti menghela napasnya kembali.

Poin lagi... Poin lagi...

"Kamu sekarang pergi ke Koperasi Sekolah. Ambil buku-buku baru yang ada di kardus lalu kamu bawa ke perpustakaan. Jangan lupa untuk dirapikan pada rak-rak sesuai jenis atau pun judul."

Merasa kesal dengan Bu Hesti, Naura lantas segera beranjak dari duduknya. Namun, karena ia masih ingat jika ia adalah seorang murid yang harus hormat dengan guru ia pun menyalami Bu Hesti dan mengucapkan salam. Setelah itu baru ia keluar dari ruang BK.

***

Jarak antara koperasi dengan perpustakaan itu tidak bisa dibilang dekat. Jika ingin sampai ke perpustakaan, Naura harus melewati lapangan sekolah dan laboratorium-laboratorium yang jumlahnya ada enam ruangan dari koperasi. Jujur, Naura sudah tidak kuat. Padahal, ia belum berjalan seberapanya.

Naura memberhentikan langkahnya. Melihat ada sebuah bangku panjang yang ada di depan ruang laboratorium Kimia, ia pun segera meletakkan kardus berisi buku-buku yang di bawanya di sana kemudian ia duduk di samping kardus itu.

Naura merenggangkan otot-otot tangannya. Menjalani hukuman itu ternyata melelahkan. Selama ini, Naura jarang mendapat hukuman. Di sisi lain Naura yang jarang melanggar aturan, sudah sedari dulu Naura diajarkan untuk bersikap disiplin oleh Ayah Rudi yang notabenenya adalah seorang TNI.

Ngomong-ngomong mengenai hukuman, ia tidak sendiri melakukan hukuman itu. Anak-anak perempuan salah satunya Disa yang melanggar dengan membawa alat make up ke sekolah dihukum untuk memindahkan dan merapikan buku di perpustakaan. Murid laki-laki yang ketahuan membawa rokok dan merokok di sekolah dihukum lari keliling lapangan seperti apa yang dilakukan Arka dan Danis. Bedanya mereka disuruh untuk berlari di lapangan olahraga yang lebih luas.

Anak-anak yang tidak tertib dalam berseragam dihukum untuk membersihkan seluruh toilet di sekolah. Sedangkan khusus Arka dan Arif yang tertangkap basah berkelahi di gudang belakang sekolah dipanggil untuk bertemu Pak Wahid di ruang kepala sekolah. Mereka dipanggil bukan berarti mereka bebas dari hukuman. Sudah pasti mereka akan mendapatkan hukuman yang lebih berat. Apalagi masalah yang mereka perbuat tidak sepele dan menurut Naura sudah tidak bisa ditorelir lagi.

Mantan Rasa Pacar [END]Where stories live. Discover now