10.1 Unblock

24.8K 4.1K 203
                                    

Selamat membaca💃
***

"Aduh!"

Purna mengerang saat dahinya menabrak sesuatu yang keras. Dia mengusap dahi sembari mendongak. Kanser, lagi! Sejak kemarin hobi sekali si dahi bertabrakan dengan dada Kanser. Mana keras, lagi!

"Maaf, Na."

Purna hanya mengangguk karena Kanser pun segera berlalu. Sudah dua hari sejak pembohongan yang dia lakukan. Keduanya merasa sangat canggung. Saling menghindar. Seperti tadi, Purna baru mau berjalan ke depan, sedangkan Kanser akan ke ruangannya. Bertabrakan seperti tadi tidak lantas membuat keduanya bicara seluwes kemarin.

Egomart! kembali dengan jumlah karyawan yang lumayan. Empat orang per-shift sudah cukup daripada sebelum ini. Purna tahu ini hari terakhir dia bekerja di sana. Selain karena dia memang merasa lelah, juga janjinya bahwa dia akan keluar jika Egomart! sudah mendapat karyawan yang cukup.

Inggrid masih di Jakarta—Purna terus bertanya pada Leo—demi menghindar bertemu di Egomart! Itu juga salah satu alasan dia harus berhenti. Purna tidak suka bermain kucing-kucingan.

Purna bekerja seperti biasa hari itu. Shift malam biasanya membuatnya bahagia, karena selepas pukul 10, dia akan duduk bersebelahan Kanser di meja kasir, saling mengejek dan berbagi cerita. Namun sekarang tidak lagi. Kanser jarang ke depan, sama seperti dulu. Hanya mengecek beberapa kali saja.

Tentu, bukankah karyawan sudah memenuhi? Jadi Kanser tidak perlu bertahan di meja kasir untuk bekerja seorang diri.

Purna juga sama. Dia diam cukup lama di gudang. Merenung. Kapan waktu yang tepat untuk memberitahu Kanser tentang semuanya? Memberitahu Kanser bahwa hari ini dia resign saja belum sempat.

Waktu berlalu cukup singkat bagi Purna. Kini dia berdiri di depan ruangan Kanser untuk memberitahukan niatnya. Sepertinya Kanser sudah antisipasi dan tahu keputusan itu. Bukankah Kanser yang menawarinya berhenti saja, dua hari yang lalu?

"Duduk," perintah kanser saat melihat Purna.

"Pak, saya ... ehm, ini hari terakhir saya kerja di sini."

Kanser hanya mengangguk singkat. Lelaki itu menatap sekilas pada Purna. "Terima kasih. Dan ini." Dia memberi sebuah amplop kepada Purna. "Kamu boleh pulang."

Ini sama sekali tidak dipikirkan sebelumnya oleh Purna. Walaupun memang tidak ada lagi hubungan pekerjaan antara keduanya, seharusnya tidak sekesal ini mengetahui bahwa Kanser begitu cuek padanya.

"Permisi!" ujar Purna lumayan keras. Setelah meraih amplop di meja, dia berjalan cepat keluar ruangan Kanser.

Di gudang, dia mengambil barang-barangnya dan memastikan bahwa tidak ada yang tertinggal. Ini menjadi lebih mudah baginya mengingat perasaan tak berbalasnya pada Kanser cukup di sini. Purna orang yang realistis, tidak susah baginya melupakan orang yang pernah singgah di hatinya jika sudah lama tidak bertemu.

"Purna ...."

Panggilan itu menghentikan Purna yang berjalan menuju pintu minimarket. Dia menoleh dan mendapati Kanser berdiri di belakangnya.

"Hati-hati."

Oke! Purna hanya mengangguk dan membuka pintu minimarket.

Sedangkan Kanser terdiam di sana dengan berbagai pemikiran yang berkecamuk. Mengetahui kenyataan bahwa Purna sudah memiliki kekasih padahal dirinya sering menggoda gadis itu membuatnya merasa bodoh. Iya, dia yang selalu bertingkah aneh pada Purna, sedangkan gadis itu seperti bingung dengan tingkahnya.

Kanser menghela napas pelan sebelum melirik jam di pergelangan tangannya. Pukul setengah tiga pagi. Dia tahu apa yang harus dilakukan. Langkahnya sudah menuju garasi dan mengeluarkan mobil dari sana, berusaha mengejar Purna yang sudah tidak terlihat. Tapi Kanser tahu di mana biasanya Purna menunggu ojek online sepulangnya bekerja. Dulu dia selalu menguntit gadis itu, memastikan baik-baik saja sampai kos.

EGOMART!: Selamat Pagi, Selamat Datang di Egomart!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang