14.2 Kabar Duka

19.6K 3.4K 166
                                    

Jangan lupa 🌟 dulu
Selamat membaca💃
***

Walau mendengar jelas teriakan itu, namun Purna tidak sanggup beranjak. Kepulan asap dan hawa panas seakan membakarnya. Pandangannya mulai mengabur saat dia merangkak seperti anak kecil. Di tengah usahanya yang sepertinya sia-sia, Purna masih berpikir satu kemungkinan. Seharusnya dia bisa membuka pintu ruangannya sendiri dengan kunci yang masih tergantung di pintu. Tapi seingatnya tadi tidak ada di sana. Dia benar-benar akan habis dilalap api sebelum mengucapkan apa pun untuk berpamitan kepada orang tuanya.

Tubuhnya yang meluruh tiba-tiba terangkat. Dia tidak bisa melihat dengan jelas wajah itu. Hanya bisa memejamkan mata memikirkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi padanya beberapa saat lagi. Dia bahkan mulai mendengar suara barang-barang terjatuh yang dia yakini adalah benda yang mulai terbakar. Dia meyakini itu karena tidak berani membuka mata. Tubuhnya terombang-ambing sebelum tiba-tiba terdengar teriakan dari orang yang menggendongnya.

Purna memberanikan diri membuka mata dan berteriak keras saat tubuhnya terbanting ke lantai. Saat itu dia melihat Endra sedang menghalau benda terbakar yang mengganggu jalannya. Purna benar-benar putus asa sekarang, api semakin menyulut ke mana-mana, bahkan di cekalan tangga yang kini digenggamnya erat-erat.

Dia kembali menjerit saat telapak tangannya terasa panas terbakar. Tatapannya menerawang ke bagian bawah restoran. Api belum sampai ke sana dan dia berharap memiliki kemampuan untuk berlari secepat kilat. Nyatanya tidak berhasil, gerakannya yang limbung lantas membuat tubuhnya justru terjerembab ke tangga, terguling sampai ke lantai dasar.

Endra menyusul ke bawah mengetahui bahwa Purna tergeletak di lantai satu dengan mengenaskan. Dengan tangan bergetar, dia mencoba membangunkan Purna, menepuk pipi itu berkali-kali. Tidak adanya respons membuat Endra mengangkat tubuh Purna dengan sigap.

"Maafin gue, Na. Maaf."

***

"Kamu jangan gegabah, Kanser!" Berkali-kali Leo menarik tubuh adiknya agar tidak mengumpankan diri pada api yang menyala di depannya. Dalam radius mereka yang cukup jauh saja rasa panas itu sudah sangat terasa. "Biarkan petugas saja."

"Tapi, Purna—"

"Memangnya kamu yakin dia ada di sana?!"

"Dia di sana, Le! Endra menghubungiku. Dia di sana!"

Leo tertegun mendengar itu. Wajahnya mengeras. Dia sangat mengenal Endra. Teman Kanser yang sering ditugaskan menjaga Cheryl di Jerman sebelum ditarik mundur oleh Kanser. Apakah ini alasannya? Kali ini untuk menjaga atau mematai-matai Purna?

"Kamu gila!" Leo tidak bisa meredam emosinya. "Buat apa kamu mengirim dia?"

Kanser tidak peduli. Dia berniat kembali berlari menerjang api kalau saja Leo tidak bisa membaca gerak-geriknya. Kembali tubuhnya diempaskan oleh Leo ke tanah. Kanser sangat tahu bahwa ego membuatnya lemah sendiri, bukannya terlihat kuat.

Suara langkah tergesa membuat Kanser meradang. Terlebih melihat Endra menggendong seorang perempuan yang dia yakin adalah Purna. Entah kekuatan dari mana, dia segera menghampiri Endra namun lelaki itu menatapnya tajam, penuh intimidasi.

"Lo akan mendekam di penjara selamanya, Kan."

Kanser tertegun dengan pernyataan itu. Tubuhnya masih terpaku di tempatnya berdiri, menatap nanar pada Purna yang sudah masuk mobil ambulance. Sebelum benar-benar pergi, Endra memberi tatapan menghunus padanya, lengkap dengan acungan jari tengah yang membuat Kanser lepas kendali.

Kanser berlari cepat dan meraih bahu Endra, memberi pukulan keras pada wajah lelaki itu bertubi-tubi. "Berengsek lo! Berengsek!"

"Lo yang bego, Kan!"

EGOMART!: Selamat Pagi, Selamat Datang di Egomart!Where stories live. Discover now