Bab 8 - Memperjelas Situasi [✅]

887 103 3
                                    

Rintikan salju perlahan mulai jatuh, membuat rambut Kisha, Aident juga Leo seperti dihiasi titik-titik putih. Udara dingin yang semakin menjadi menyeruak ke sekujur tubuh dan membuat menggigil siapa saja yang melewatinya. Aident dan Leo mungkin masih bisa menahan rasa dingin ini, tetapi tidak untuk Kisha. Pakaian lengan panjangnya yang tipis tak mampu menghalau udara dingin yang menembus pori-pori tubuhnya, di kala tengah menunggangi Leo menembus dataran bersalju yang suhunya sudah dibawah nol derajat. Giginya pun bergemeretak, bibirnya membiru lantaran kedinginan.

Omong-omong, mereka sudah berhasil melarikan diri dari kejaran para Orc sejak beberapa jam yang lalu. Walau tengah merasa kedinginan seperti ini, tapi Kisha masih memikirkan Leo. Sepertinya harimau itu sudah sangat kelelahan membawa dua orang di punggungnya selama berjam-jam. Itu terlihat dari langkahnya yang mulai melambat. Leo juga pasti kelaparan. Kisha tahu karena ia juga merasakan hal yang sama. Sebenarnya Kisha sudah mengusulkan untuk berjalan kaki saja setelah mereka berhasil menghilangkan jejak dari para Orc. Namun Leo juga cukup keras untuk tidak membiarkan kedua teman seperjuangannya berjalan kaki di tengah hujan salju yang semakin lama semakin melebat ini.

Aident bilang, tujuan mereka saat ini adalah Kastil Redena, dan itu masih sangatlah jauh dari tempat mereka berada saat ini. Mangkanya sekarang mereka harus mencari tempat untuk beristirahat terlebih dahulu. Tapi sampai detik ini, tidak ada rumah penduduk yang bisa dijadikan persinggahan sementara bagi mereka. Semua rata oleh salju, hanya bersisa puing-puingnya saja. Aident bahkan menatap miris sebuah desa yang dulunya makmur, kini hanya menjadi dataran tak berpenghuni.

Setelah melewati desa yang sudah tak bisa disebut desa lagi, mata Aident kembali menatap lurus ke depan. Di kejauhan, samar-samar ia melihat ada hutan yang cukup lebat tetapi tertutup oleh salju. Ia memicingkan matanya untuk memastikan, lalu setelah yakin akan kebenaran dari penglihatannya, ia pun tersenyum cerah.

"Leo," ucapnya memecah keheningan. "Kau lihat hutan di depan sana? Ayo kita beristirahat di sana sejenak."

Menangkap apa yang Aident temukan, Leo pun mengaum, ikut semangat dan mulai berlari kecil ke arah sana.
Setibanya di sana, Leo berhenti di bawah pohon yang sangat besar dan memiliki sebuah lubang yang dapat diisi oleh satu orang. Dalam benaknya ia merasa senang karena setidaknya Kisha bisa menggunakan lubang itu untuk menghangatkan diri.

"Aku akan pergi berburu," ucap Leo dengan suara berat khas-nya. "Tunggulah di sini sampai aku kembali. Aku akan mencarikan makanan untuk kalian juga."

Aident dan Kisha hanya mengangguk setuju. Leo pun segera berlari mencari mangsa untuk mengisi perutnya.

Aident menatap khawatir pada Kisha yang semakin terlihat pucat karena kedinginan. Hatinya tersentuh untuk melakukan sesuatu agar gadis itu tidak kedinginan lagi. Ia pun melepas mantelnya, kemudian memasangkannya asal pada bahu gadis itu.

Kisha menatap Aident sedikit terkejut. "Apa yang kau lakukan?" tanyanya.

"Sudah, pakai saja," jawab Aident memaksa. "Tubuhku masih cukup hangat dengan hanya memakai pakaian ini."

Kisha menatap pakaian dalam yang dikenakan Aident, sebuah sweter berlengan panjang yang cukup tebal, dilapisi dengan rompi berwarna coklat gelap. Seketika ia kembali teringat pada kejadian kejar-kejaran dengan Orc saat masih di bumi kemarin. 'Jadi pakaian itu dikenakannya bersama dengan mantel salju di tengah hari yang cukup terik waktu itu?!' batinnya tidak percaya.

"Kenapa?" tanya Aident merasa bingung karena Kisha terus menatapnya dengan mulut ternganga.

Sadar akan ekspresinya yang tak terkontrol, Kisha buru-buru mengerjapkan matanya dan segera memakai mantel yang di berikan Aident dengan benar. Ia mengambil inisiatif untuk masuk ke dalam lubang yang ada di dalam batang pohon itu dan duduk di sana sambil meringkuk menekuk lutut.

Mottania : The Legend's Ice Sword [TAMAT]Where stories live. Discover now