Bab 11 - Penghuni Bangunan Bekas Kastil Elves [✅]

812 84 7
                                    

Malam terus berlalu, hingga kini telah berganti menjadi dini hari. Rasa lelah dan kantuk mulai menghantui Aident, Kisha, juga Leo di tengah perjalanan. Gigi-gigi mereka bergemeretak menahan dingin, napas mereka pun mengeluarkan uap halus yang langsung kembali membeku menjadi butiran salju. Kisha menatap Aident khawatir. Bibirnya terlihat semakin membiru walau tubuhnya berusaha tidak menunjukkan itu.

“Aident, apa kau mau memakai mantelmu? Kau terlihat sangat kedinginan,” ucap Kisha merasa tidak enak karena ia masih mengenakan mantel milik Aident, sementara sang empu terlihat menderita.

“Tidak perlu, kau lebih membutuhkannya,” jawab pria itu berusaha terdengar santai. “Lagi pula aku ini laki-laki. Kalau kau mengembalikan mantel pemberianku, maka itu sama saja kau menjatuhkan harga diriku.”

“Cih!” Kisha mencibir sambil memutar bola mata, merasa geli dengan sikap 'sok' Aident.

Setelah perbincangan super singkat itu, pandangan mereka kembali fokus ke depan. Kemudian mata Kisha menangkap samar-samar ada sebuah pucuk menara yang tertutup kabut dingin. Ia terus memicingkan matanya, berusaha melihat lebih jeli ke arah itu. Jika benar itu adalah pucuk menara, di bawahnya pasti ada bangunan entah itu istana atau semacamnya yang tentunya bisa dijadikan tempat bersinggah sementara. Siapa tahu juga di sana mereka akan menemukan mantel atau pakaian hangat. Walau Aident terus bersikap sok cool, tetap saja Kisha tidak tega melihatnya menggigil seperti itu.

Setelah merasa yakin kalau yang dilihatnya memang benar pucuk menara, Kisha pun segera bertanya pada Aident untuk memastikannya langsung.

“Aident, kau lihat pucuk menara di depan sana itu? Menurutmu itu bangunan apa?”

Mata Aident ikut memicing menatap sesuatu yang ditunjukkan Kisha padanya. Mulutnya pun seketika menganga lebar, air mukanya mendadak terlihat senang bukan main.

“Leo, ayo cepat kita kesana!” serunya tiba-tiba, mengacuhkan pertanyaan Kisha barusan.

Tanpa protes, Kisha menurut saja mengikuti Aident naik ke punggung Leo dan bersama-sama melaju menuju bangunan yang sampai saat ini Kisha masih belum tahu itu bangunan apa. Tetapi perlahan, matanya mulai melihat jelas bagaimana bentuknya.

Bangunan megah ber-cat putih yang setiap atapnya tertutup salju itu memiliki banyak menara. Di salah satu menaranya terdapat sebuah benteng yang sepertinya digunakan untuk senjata jarak jauh. Kisha menangkap detilnya dengan jelas. Bangunan itu cukup besar untuk ukuran sebuah rumah, tapi juga terlalu kecil untuk disebut istana. Entahlah itu disebut apa, tetapi yang pasti bangunan itu memiliki gerbang yang terbuat dari bebatuan kokoh.

Ketiganya menatap takjub bagian luar bangunan itu ketika sudah tiba tepat di hadapannya. Terlebih Aident dan Leo. Mereka pasti sudah tahu ini dulunya bangunan apa. Kisha jadi semakin penasaran, kira-kira makhluk seperti apa yang menghuni tempat ini? Apa para Mottarian juga? Atau makhluk jenis lain?

“Bangunan apa ini?” tanya Kisha sekali lagi.

Tapi lagi-lagi pertanyaannya tidak dijawab. Ia pun melipat tangannya di dada, merasa sebal dengan kedua temannya yang mendadak jadi seperti orang bisu.

 Kemudian, Leo mengambil langkah inisiatif membawa Aident dan Kisha memasuki gerbang yang otomatis terbuka sendiri jika mendeteksi ada seseorang yang ingin masuk.

Sesampainya di dalam, Kisha menatap takjub melihat halaman yang begitu luas, juga ada deretan patung-patung berbaju besi yang memegang busur dan panah.

“Ini Kastil Elves,” gumam Aident tiba-tiba, baru menjawab pertanyaan Kisha. “Disinilah kaum Elves tinggal. Jumlah mereka memang tidak banyak, tapi karena mereka memiliki kemampuan memanah yang handal, kekuatan mereka jadi setara dengan pasukan Mottarian dari Istana Kristal. Aku tidak menyangka bangunan ini masih berdiri kokoh setelah ditinggal bertahun-tahun.”

Mottania : The Legend's Ice Sword [TAMAT]Where stories live. Discover now