Bab 13 - Setetes Darah Pengorbanan [✅]

732 92 0
                                    

Leo terus memacu kakinya dengan kecepatan penuh sambil menopang berat tubuh Aident yang kini sedang menungganginya. Mereka terus melangkah entah kemana, berharap dapat menemukan seseorang atau sesuatu yang sekiranya dapat menolong Kisha yang tengah kritis di Kastil. Namun sampai sejauh ini, tidak ada satu makhluk pun yang terlihat oleh mata mereka, juga tidak ada sama sekali tanaman herba yang dapat digunakan untuk mengobati luka dalam Kisha.

Sebenarnya Aident sudah bisa menebak kalau pencarian mereka tentu hanya akan menjadi sia-sia, karena pastinya Lord Glacio tidak akan menyisakan seorang pun untuk tetap hidup dengan tenang. Tetapi Aident tidak tahu harus bagaimana lagi selain melakukan ini. Ia tidak mau hanya diam saja menyaksikan Kisha yang tengah menderita menahan rasa sakit. Ia tidak mau membiarkan gadis itu mati begitu saja. Aident begitu takut dan frustasi, bagaimana jika ia kehilangan gadis yang baru saja ia sadari kalau dia sangatlah berarti baginya? Tidak, Aident benar-benar tidak siap akan hal itu. Mangkanya kini ia tidak menyerah untuk menemukan apa pun itu yang akan mampu menolong Kisha. Bahkan kalau ia menemukan ahli sihir atau semacamnya, ia rela menukar nyawanya sendiri asalkan ia bisa menyelamatkan Kisha.

"Percuma saja. Tidak ada orang di sini," gumam Leo mulai memelankan langkahnya. "Kita harus memikirkan cara lain untuk menolong Kisha."

"Terus cari saja, Leo! Kisha tidak punya banyak waktu untuk menunggu perdebatan kita!" seru Aident tidak menyerah.

Kini Leo menghentikan langkahnya.

"Justru itu, Aident. Karena Kisha tidak punya banyak waktu, mangkanya lebih baik kita kembali saja ke Kastil dan memberinya pertolongan pertama," tutur Leo menasihati. "Kita belum sepenuhnya menggeledah isi Kastil. Siapa tahu masih ada sisa obat-obatan atau ramuan yang bisa kita gunakan untuk mengobati lukanya terlebih dahulu."

Aident tertegun mendengar itu. Bodoh sekali, akibat terlalu panik ia malah jadi bertindak bodoh dan membuang-buang waktu seperti ini.

"Kau benar," sesalnya. "Kenapa aku tidak terpikirkan itu sedari tadi? Kalau begitu ayo cepat kita kembali!"

Leo mengaum kencang tanda setuju. Ia lantas kembali memacu kakinya dengan kecepatan yang terbilang tidak wajar. Aident tahu, bukan hanya dirinya saja yang mengkhawatirkan keadaan Kisha. Leo juga pasti sangat mencemaskannya. Walaupun dia hanya seekor harimau, tetapi baginya Kisha adalah keluarga yang tumbuh besar bersamanya sedari kecil. Kisha pasti sangat berati baginya, sama seperti dirinya yang juga begitu berarti bagi Kisha.

Syukurlah mereka sampai di Kastil Elves tidak begitu lama. Aident buru-buru turun dari tubuh Leo dan segera berlari ke atas untuk mengambil beberapa kain dan pakaian bekas untuk menutupi luka di perut Kisha yang cukup dalam. Ia turun dengan tergesa-gesa dan segera menghampiri tubuh gadis itu yang sudah semakin memucat. Sementara Leo, dia juga ikut sibuk mengacak-acak seluruh isi Kastil, berharap dapat menemukan sisa obat-obatan. Tapi sayangnya ia tidak menemukannya.

"Kisha ...." Aident menggumam prihatin sambil mendekati gadis itu dan menggulung kain di sekitar luka di perutnya. "Kumohon bertahanlah! Aku tidak akan memaafkan diriku sendiri jika kau meninggalkanku dengan cara seperti ini."

Leo yang hanya bisa berjalan lenggang dengan keempat kakinya karena tak berhasil menemukan sisa obat-obatan di Kastil ini, ia menatap sendu pada Aident. Diam-diam ia bertanya-tanya, sejak kapan mereka jadi sedekat itu? Leo senang melihat Aident yang begitu peduli pada Kisha. Tetapi kenapa keadaan jadi begitu rumit seperti ini? Kisha semakin parah, Aident juga jadi semakin menyalahkan dirinya sendiri. Sekarang apa yang bisa di perbuat oleh seekor harimau seperti dirinya untuk membuat keadaan kembali normal seperti sebelumnya? Entahlah, yang Leo tahu ia hanya harus tetap tenang agar ia bisa mengontrol mereka jika keadaan menjadi lebih rumit.

Mottania : The Legend's Ice Sword [TAMAT]Where stories live. Discover now