Bab 9 - Bertengkar [✅]

829 96 0
                                    

Yuni melangkahkan kakinya dengan anggun mendekat ke arah Aident yang tengah tersenyum sumringah, serta Kisha yang sibuk ternganga lebar menatapnya. Wanita Unicorn dengan mata ungunya yang teduh itu balas menatap Kisha lembut.

“Apa kalian baik-baik saja?” tanyanya pada keduanya, mereka pun mengangguk.

“Sejauh ini kami baik-baik saja.” Aident menjawab mewakilkan. “Apa yang kau lakukan di sini, Yuni? Lord Glacio bisa saja sedang memantauku. Jika dia melihat keberadaanmu, maka tamatlah riwayatmu. Aku tidak mau itu terjadi.”

Kisha hanya menatap mereka dalam diam. Sesungguhnya ia masih belum mengerti betul mengenai situasi saat ini. Bagaimana bisa, ia saja masih sibuk bertanya-tanya dalam hati, kenapa Aident memanggil wanita bertanduk unicorn ini dengan sebutan Yuni? Kisha kenal nama itu, tapi Yuni yang ia tahu adalah Yuni si Unicorn. Bukannya wanita cantik nan elegan seperti yang tengah berdiri di hadapan mereka saat ini. Tapi ia mengakui, suara wanita ini memang sangat mirip dengan suara yang Kisha kenal. Tidak, bukannya mirip tapi memang seperti inilah suara dan nada bicara Yuni. Tapi kenapa wujudnya berbeda? Apa para Unicorn memang memiliki wujud seperti ini juga? Itulah yang sedari tadi tengah Kisha pertanyakan dalam hati.

“Aku kesini hanya untuk memberikan sesuatu pada kalian. Tidak akan lama,” sahut Yuni, masih dengan senyum lembutnya yang membuatnya semakin terlihat menawan dan anggun.

Unicorn yang kini tengah tampil dalam wujud Mottarian itu menatap Kisha lamat-lamat, lalu ia berjalan mendekatinya. Kemudian, telapak tangannya menengadah ke atas, dan secara ajaib muncul sebuah benda di atasnya. Benda itu adalah kalung berbandul permata biru yang bercahaya redup. Yuni mengalungkannya ke leher Kisha, gadis Elves itu hanya diam terpaku dan menurut.

“A-apa ini?” tanyanya terbata.

“Ini adalah petunjuk jalan kalian,” jawab Yuni. “Kalian belum tahu pasti di mana letak Kastil Redena, bukan?”

Aident mengangguk senang. “Ya. Aku hanya tahu Kastil itu berada di barat tapi tidak tahu di mana tepatnya. Terima kasih karena lagi-lagi kau mau membantu kami, Yuni.”

“Tidak masalah. Aku hanya ingin kejayaan Mottania kembali. Aku ingin hidup bebas tanpa harus bersembunyi lagi. Dan sekarang semua ini bergantung pada kalian,” tutur Yuni dengan raut kesedihan yang mendalam.

Kata-kata Yuni barusan terus terngiang-ngiang di telinga Kisha. Dan entah setan apa yang merasukinya, tiba-tiba saja dirinya merasakan takut yang teramat sangat. Dalam benaknya memikirkan macam-macam, bagaimana kalau mereka gugur sebelum berhasil mendapatkan kejayaan Mottania kembali? Bagaimana kalau Kisha mati sebelum ia dapat melihat siapa pemilik busur yang ada di genggamannya saat ini? Entah kenapa kali ini Kisha merasa tidak siap akan semua hal yang akan mereka hadapi. Ia merasa tanggung jawab ini terlalu berat untuk ia pikul. Terlebih ketika melihat sorot mata Yuni yang terlihat begitu mengharapkan keberhasilannya.

“Bagaimana cara menggunakannya?” tanya Aident kemudian.

“Kau lihat cahaya redup pada batu permata itu?” Yuni berhenti sejenak untuk memastikan reaksi Aident yang saat ini tengah menatap bandul permata biru yang berpendar redup di leher Kisha. “Batu itu terhubung dengan pedang es legenda. Semakin terang sinar yang dipancarkannya, berarti semakin dekat pula kalian dengan keberadaan pedang es legenda. Itu juga berati, jarak kalian dengan Kastil Redena sudah semakin dekat.”

Aident mengangguk paham. Sementara Kisha terlihat gusar sendiri sedari tadi, merasa semakin tertekan dengan beban berat yang tengah dipikulnya saat ini.

Mottania : The Legend's Ice Sword [TAMAT]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora