9

2K 308 19
                                    

Hari-hari kuhabiskan sendirian dengan bermain mata-mata. Disaat Namjoon sibuk dengan pekerjaannya, aku juga harus bergerak. Untuk sementara ini aku berfokus pada Lisa. Sibuk mengamati gadis itu dari kejauhan yang terkadang secara sengaja membuat kontak mata.

Lisa tahu aku mengamatinya. Dia tahu aku menginginkannya.

Kali ini aku tidak mengunjungi Lisa. Kubelokkan mobil kearah yang berlawanan. Berhenti di depan rumah sederhana yang juga merangkap sebagai bengkel mobil. Siang hari terlihat begitu sepi dan panas. Hanya ada satu orang yang sibuk dengan semua peralatan besi, Min Yoongi.

Aku melangkah masuk, kemudian bersender pada mobil yang tengah dibongkar oleh Min Yoongi. Lelaki berkulit pucat itu terlihat lebih kotor dari sebelumnya. Baju yang dikenakannya sudah menghitam.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanyanya tanpa menoleh padaku. Dasar sombong.

"Berkunjung," jawabku singkat.

Dengan dengusan sinis, Min Yoongi kembali berkata, "Kau lebih baik dari Jimin ternyata." Tentu saja ucapan itu tidak memiliki makna yang bagus. Aku hanya balas tersenyum seraya menatap sebuah mobil yang memasuki pekarangan. Seorang gadis keluar dengan dua kantong fastfood berlogo. Gadis itu sedikit bingung saat melihatku lalu melirik pada Min Yoongi.

"Oppa, aku membeli makan siang," ucapnya dengan suara yang manis. Biar kutebak....

"Kau pacarnya Min Yoongi?"

Gadis itu menoleh padaku. Wajahnya tidak ramah, namun masih menunjukkan sisi manis. Saat ia berbicara, aku bisa melihat gigi kelinci yang membuatnya benar-benar terlihat manis. Aku sedikit tidak percaya dengan tipe gadis Min Yoongi yang jauh dari perkiraanku.

"Ya. Dan kau?"

Kuulurkan tanganku sambil tersenyum. "Kang Seulgi...."

"Dia kekasih Jimin," sambung Min Yoongi yang sedang mengelap tangannya dengan kain. Aku hendak protes, tapi wajah gadis didepanku langsung berubah. Sepertinya dia mengenal Jimin dan hal itu membuatku menjadi tidak begitu asing baginya.

Menyambut tanganku, gadis itu menyunggingkan senyum manis. "Im Nayeon."

Kuperhatikan dengan seksama gadis itu. Mungkin terlalu jelas karena Nayeon terlihat sedikit risih. Atau mungkin saja ia berpikir bahwa aku menyukainya. Yang jelas, aku menjadi tidak tega untuk melakukan hal-hal buruk pada gadis manis seperti Nayeon.

"Seberapa banyak Seungwan melakukan hal buruk padamu?" tanyaku tanpa basa-basi. Aku tidak bermaksud untuk mengungkit masa lalunya, aku bermaksud untuk melempar pancingan. Kudengar Min Yoongi sedikit kaget dengan pertanyaanku yang tajam. Lelaki itu berusaha untuk menjawab pertanyaanku, tapi di sela oleh Nayeon lebih dulu. Dengan wajah tak bersahabat, Nayeon balas bertanya padaku, "Tahu apa kau mengenai gadis-gadis itu?"

Alis kananku terangkat. Gadis-gadis itu?

"Sepertinya pelaku bukan hanya seorang..." cetusku yang menyebabkan rahang Nayeon mengeras. Matanya sedikit melebar menandakan bahwa ia baru saja melontarkan kalimat yang salah. Biar kutebak lagi, ada sesuatu yang tidak di ceritakannya pada Min Yoongi karena jelas-jelas lelaki itu juga mengeryit bingung.

"Nayeon..."

Tangan Min Yoongi ditepis begitu saja ketika hendak menyentuh Nayeon. Gadis itu kemudian meletakkan sembarangan makan siang yang ia bawa. "Aku lelah. Aku ingin beristirahat," elaknya lalu berbalik pergi. Tepat sebelum kakinya menginjak sisi dalam rumah, aku kembali melontarkan pertanyaanku, "Apakah dia adalah si pirang dengan senyum semanis boneka?"

Tanpa berbalik, Nayeon mengangguk kecil. Lalu bergumam, "Senyumnya lebih manis dari boneka hingga membuat siapapun yang melihatnya ketakutan."

Sudah kuduga, Lisa bukanlah sekutu.

Kamelion - Wild Liar IIWhere stories live. Discover now