11

2K 314 17
                                    

Sepinya pemakaman terpecah oleh doa-doa dan tangisan yang datang dari sekelompok manusia berbaju hitam. Pelan-pelan dan perlahan, aku ikut membaur dengan kelompok tersebut tanpa mengalihkan perhatian mereka dari kuburan. Baju hitam yang kupinjam dari bibi pengangkut sampah beberapa hari sebelumnya sukses membuatku menjadi seorang penduka. Kusembunyikan tatapanku di balik kacamata hitam saat seseorang meletakkan sebingkai foto besar di atas nisan.

Lalisa Manoban. Seperti itulah nama yang terukir dalam batu perhentian terakhir. Gadis gila dengan senyum manis itu telah termakan oleh tanah, akan membusuk untuk menjadi tulang belulang. Hidupnya begitu singkat. Gadis yang malang.

Saat suasana mulai mereda, tangisan mulai berhenti dan doa-doa semakin menggema, Jimin ikut berdiri di sampingku. Lelaki itu sebentar melirik sendu padaku seolah aku ikut terpukul dengan kepergian Lisa, kemudian menggenggam tanganku sebagai wujud penghiburannya.

"Aku turut berduka cita..." bisik Jimin kecil tepat di telingaku. Bukan. Bukan itu yang ingin ku dengar. Bukan perkataan dari Jimin.

Yang sangat ingin ku dengar saat ini adalah bisikan kecil Carol dari kejauhan. Dengan mata merah serta sembabnya, Carol menatapku lama. Sorotnya seakan menyalahkanku atas kepergian salah satu penghuni rumah sakit jiwa mereka. Lalu bibir kecilnya yang sering melafalkan hujatan-hujatan pada Tuhan mulai bergerak. Sebuah bisikan. Untukku.

"Pembunuh... Pembunuh... Pembunuh..."









Kata-kata yang sangat ingin ku dengar adalah bisikan Carol....









"Pembunuh..."









....agar aku bisa tersenyum di pemakaman yang sunyi ini.



###



Aku di temani oleh Jimin berkunjung ke rumah Namjoon. Sebenarnya aku sempat protes padanya karena terus menerus menempel padaku selama beberapa hari ini, persis setelah kejadian terbunuhnya Lisa. Jimin mengalasankan bahwa mungkin aku akan melakukan hal-hal yang aneh karena terpuruk setelah di tinggal oleh teman sendiri. Ayolah, aku bahkan tidak menganggap Lisa sebagai seorang teman. Dan tidak ada hal-hal aneh yang akan kulakukan. Aku ini bukan gadis berpemikiran sempit.

Seperti biasanya, rumah Namjoon terlihat rapih dan bersih. Cocok dengan perannya sebagai seorang guru sekolah dasar, yang omong-omong, merupakan pekerjaan sampingannya karena pekerjaan utamanya adalah sebagai anak buahku.

Kamelion - Wild Liar IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang