14

1.5K 264 5
                                    

"Kurasa ini bukan rencana seperti yang kau katakan di mobil tadi..." bisik Jonas. Aku tersenyum mendengarnya. Lelaki ini terdengar sedikit ketakutan. Wajar saja, ini adalah kali pertama Jonas berpetualang bersamaku. Selama aku yang memimpin petualangan, rencana selalu berubah karena aku menyukai kejutan. Namjoon yang sudah lama menjadi pengikutku mungkin telah menangkap kejutan apa yang akan kulakukan kali ini.

"Rencana berubah. Kita buat kota ini menjadi ramai sehingga tikus akan berlari ke rumahnya."

Dua orang lelaki berbadan besar dengan cepat menyerang kami. Namjoon yang berada di barisan paling depan harus terkena pukulan pertama sedangkan aku langsung berlari menuruni tangga kembali. Jonas yang berada bersama Namjoon terdengar menembakkan peluru secara acak, mungkin karena kaget dengan serangan tiba-tiba. Dengan sabar aku menunggu di bawah tangga sambil sesekali melirik pada luar jendela siapa tahu ada komplotan lainnnya. Tak lama, terdengar langkah kaki berlari menuruni anak tangga. Jonas muncul paling pertama diikuti oleh Namjoon yang terlihat berbalik terus menerus untuk menembak. Dari jarak dekat, dua orang berbadan besar itu mengejar kami sambil mengayunkan parang di tangannya.

Aku berlari keluar gedung, diekori oleh Jonas dan Namjoon. Jonas berlari sekuat tenaga, sedangkan aku memelankan lariku. Mulut pistol kuarahkan pada jendela-jendela gedung di sekelilingku, menyebabkan kericuhan di tengah malam. Teriakan dari dua orang berbadan besar terdengar menggema. Beberapa lampu di gedung mulai hidup dan orang-orang mulai menyebulkan kepala dengan wajahnya yang marah. Aku menoleh pada Namjoon yang dengan sengaja menendang tong-tong sampah di pinggir jalan. Dengingan besi yang jatuh tersebut sangat memekakkan telinga.

Sampai di sebuah gang gelap dan sempit, aku membelokkan diriku, kemudian berjongkok dan menahan nafas. Keringatku bercucuran mengingat betapa kencang aku berlari demi menghindari dua lelaki berbadan besar tersebut. Namun senyumku malah muncul karena rencanaku berjalan dengan sempurna. Dari kejauhan, aku dapat mendengar teriakan orang-orang yang marah karena keributan yang kami buat. Bahkan jika aku benar, dua lelaki berbadan besar itu kini tengah ditahan oleh masyarakat yang merasa terganggu.

Tidak berhenti sampai disini, samar-samar aku dapat mendengar suara deburan yang keras dari bawah tanah kuberpijak. Tanah sedikit bergetar seperti sedang gempa. Orang-orang mulai menjadi panik dan berlarian kesana kemari. Sebuah mobil berhenti tak jauh dari gang dimana aku bersembunyi, yang mana dapat kulihat bahwa pengemudinya adalah Namjoon. Dengan bergegas aku berlari menuju mobil tersebut.

"Cepat atau kita akan terkena banjir!" seru Namjoon. Keningku langsung berkerut. "Banjir!?"

Tak butuh jawaban dari mulut Namjoon karena aku dapat melihat air yang meluap dari lubang gorong-gorong jalan. Holy shit!

Ketika aku sudah duduk dalam mobil, Namjoon langsung melajukan benda ini seperti kesetanan. "Kau yang melakukannya!?" pekikku seraya melihat ke belakang kota yang mulai tergenang air. "Bukankah kau mengatakan untuk membuat kota semakin ramai?" balas Namjoon. Kepalaku tergeleng tak percaya. Lelaki ini bisa memiliki ide yang gila juga rupanya.

"Bagaimana kau bisa melakukannya?" tanya Jonas dari kursi belakang. Namjoon hanya menjawab simpel, "Saat aku dikejar oleh orang-orang itu, aku melihat tanda perusahaan distribusi air, jadi aku masuk kesana dan membuat kekacauan."

"Tenang saja, ini tidak akan menjadi banjir bandang. Aku sudah mengaturnya hanya untuk menjadi genangan saja. Tidak akan ada korban jiwa," lanjut Namjoon lagi. Mendengar hal itu membuatku menjadi ragu, siapakah sebenarnya yang gila disini?

"Sekarang apa yang akan kita lakukan, Kang Seulgi?" tanya Namjoon seraya memadamkan lampu sorot mobil, membuat mobil berjalan dalam kegelapan. Dengan bantuan cahaya bulan, aku menunjuk pada pohon besar di seberang jalan, "Berhenti disana!"

Kamelion - Wild Liar IIحيث تعيش القصص. اكتشف الآن