18

1.4K 216 4
                                    

Getaran kereta yang melaju tidak membunuh senyuman pada wajahku. Kupandang wajah wanita yang terkesan ketakutan tapi tidak terlalu kentara, kemudian beralih pada lelaki di sampingnya yang jelas-jelas menyelidiku dengan tatapannya.

"Terakhir kita bertemu ketika aku melakukan sesi terakhir dari terapi, itu juga tidak terlalu lama. Sejujurnya aku masih mengagumi suamimu yang hebat, Ryu Sujeong..." bukaku. Sujeong menyunggingkan senyum tipis seraya mengucap terima kasih dengan kecil. "Dan sepertinya aku belum mengetahui dengan dua pria yang mendampingimu hari ini?"

"Ah, mereka..." perkataan Sujeong terputus ketika hendak mengenalkan dua pria tersebut. "... mereka karyawan Taehyung yang menemaniku selama perjalanan..." jelasnya pelan, lemah dan ketakutan.

Kuberikan sebuah senyum pada dua pria tadi, tapi tetap tujuanku adalah Ryu Sujeong. Kuletakkan gelas martini-ku ke atas meja mereka. Mengubah raut wajahku menjadi berseri-seri, aku berkata, "Aku senang bertemu kembali denganmu, bisakah kita ke ruanganku untuk mendengarkan ceritaku?" Lalu kuraih lengan Sujeong dan menariknya. Tepat seperti dugaanku, dua pria tadi sontak menahan Sujeong dan berusaha melepaskan cengkramanku. Kulirik dua pria berwajah tak ramah itu sekilas, kemudian beralih pada Sujeong yang berucap dengan matanya agar aku tidak melakukan apapun. Sayangnya, aku tidak membahayakan diriku di kereta ini demi tidak mendapatkan apapun.

"Oh... apakah aku terlalu lancang?"

"Dia sedang sakit," balas seorang pria berambut cokelat dengan setelan flannel.

"Aku memiliki beberapa obat di ruanganku jika tidak keberatan."

"Dia sedang sakit dan harus mendapat pengawasan ketat, Miss Han," tegas pria lainnya yang sedikit gempal.

Kulepas cengkramanku. "Maafkan aku. Wanita tua ini memang sangat lancang... Aaaahh!!!"

Dalam satu tendangan kecil pada tumit sepatu hak tinggi yang kukenakan, benda tersebut patah hingga membuatku terhuyung ke belakang dan menabrak pelayan yang membawa sebuah teko kopi panas. Tentu saja kopi tersebut tumpah keseluruh permukaan meja dan baju yang dikenakan oleh mereka. Dengan cekatan aku turut memberi beberapa cipratan pada gaun curianku.

"Oh, ya ampun! Kau baik-baik saja?!"

Aku beralih pada Sujeong yang berteriak kepanasan karena aku sengaja menargetkan jatuhnya kopi pada wanita itu. "Ya ampun! Aku sangat-sangat minta maaf!" jeritnya seraya turut membersihkan tumpahan kopi dengan serbet. "Biar aku pinjamkan beberapa bajuku sebagai permintaan maaf!" Kutarik kembali lengan Sujeong dan lagi-lagi si pria bertubuh gempal menahanku.

"Apa yang kau lakukan?! Kau tidak lihat dia kepanasan!? Sebaiknya segera diobati sebelumny kulitnya mengelupas!"

Dengan sekali sentakan, aku melepaskan tangan si pria gempal dan menarik Sujeong menuju ruanganku. Dari luar ruangan, aku bisa mendengar deru langkah yang tergesa-gesa dan berhenti tepat di depan pintu. Kutempelkan telunjukku dan menyuruh Sujeong untuk duduk di kasur dan melepaskan bajunya. Tanganku mengambil sembarang gaun yang kucuri dan memberikannya pada Sujeong yang tengah mengelap tumpahan pada tubuhnya.

"Apa yang kau lakukan disini?"

"Bukankah itu yang seharusnya kutanyakan padamu?" balas Sujeong sinis, namun secara berbisik karena dia juga tak ingin dua pria yang berjaga di depan pintu juga mendengar pembicaraan kami.

"Apa yang terjadi? Apa yang sebenarnya Jeon Jungkook lakukan hingga kau bisa berkeliaran dengan orang-orang itu?!" Tiba-tiba aku merasa marah. Ini sangar berbelok dari perkiraanku. Jeon Jungkook sialan!

Sujeong membuang muka begitu selesai mengenakan gaun biru yang kuberikan padanya. "Taehyung mendapatkan pengacara yang hebat untukku. Kau pikir aku mau dikambing hitamkan olehmu begitu saja!?"

Kamelion - Wild Liar IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang