2

37.6K 533 23
                                    

Di perjalanan pulang...

Aku lebih banyak diam. Ya karena aku pendiam. Tapi tidak kali ini aku diam karena aku sangat lelah dengan rangkaian acara hari ini.

"Dek kamu capek ya?" tanya bang Isman.
"Emmm iya bang" jawab ku singkat. Kemudian hening kembali.

Entah mengapa pada waktu itu aku melamunkan kejadian saat pertama kali aku melihat wajah bang Isman. Dia manis, apalagi saat dia tersenyum, semakin manis. Kulitnya sawo matang akibat aktifitasnya yang seharian bergelut dengan panasnya sinar matahari. Tingginya mungkin 175 aku tidak tahu pastinya. Hanya mengira-ngira. Karena dibandingkan denganku, anak SMP yang tingginya 169, dia memang lebih tinggi dari ku.

Yang aku kagumi lagi adalah wajahnya mulus tak ada sedikit pun jerawat yang hinggap di sana.
'Mungkin dia lebih cocok jadi supermodel'
'Apa iya bang Isman perawatan? Mana mungkin? Enggak mungkin deh'

Tampangnya memang garang, namun dia sangat sedap dan manis untuk dipandang. Memandangnya saja bisa membuatku seketika nyaman dan tentram.

"Eh! Kenapa bang?" tanyaku kaget, membuyarkan lamunanku.
"Ditanya kok diem aja kamu? Ngelamun apa hayo?"
"Enggak bang. Emang abang tanya apa?"
"Hmm abang tanya kamu udah makan siang belum?"
"Oh... belum bang hehe maaf tadi Hilman capek aja jadi nggak kedengeran"
"Lho kok belum makan? Gimana kalo abang traktir makan bakso?"

Dalam hati
'Terima nggak ya? Kalo nggak diterima nanti bang Isman sakit hati, tapi kalo diterima disangka ngerepotin'

"Gimana dek? Kok ngelamun lagi, ntar kesambet loh" tanya bang Isman lagi.
"Abang juga laper nih soalnya belum makan siang hehehe" imbuh bang Isman.
"Emmm tapi Hilman nggak mau ngerepotin abang"
"Ngerepotin apa sih dek? Kamu ini kayak sama siapa aja. Udah gapapa ayo abang traktir. Tuh di situ ada warung bakso enak banget" sambil menunjuk sebuah warung dekat pertigaan.

Mau bagaimana lagi. Aku menuruti saja kemauan bang Isman. Takut dia sakit hati. Seketika hati ini luluh akan kebaikan bang Isman.

Kami pun duduk berhadapan di warung tersebut. Menunggu pesanan kami datang, kami mengobrol sana sini.

"Dek kamu udah punya pacar belum? Udah SMP tuh gapapa lho pacaran hahaha"
"Apa sih bang baru masuk SMP masa udah mau pacaran. Nanti Hilman kena marah ibu malahan" jawabku sedikit cemberut.
"Hahaha ya gapapa anak muda jaman sekarang tuh harus gitu. Dinikmati"

'Dinikmati? Apa ini?'

Iseng aku bertanya balik
"Emang abang udah punya pacar?"
"Udah dong baru sebulan abang jadian" jawabnya dengan bangga.
Mendadak hati ini seperti ditutupi awan mendung. Gelap.

Makanan sudah datang~

Tidak napsu.
Tidak lapar.

"Hey kamu kenapa kok cemberut gitu? Tambah imut aja" dicubitnya pipi kananku.
"Eh enggak bang" aku masih berusaha menutupi apa yang barusan aku dengar.

Sebenarnya aku juga tidak tahu apa yang sedang terjadi pada diriku. Kenapa mendengar jawaban seperti itu saja seperti disambar petir bertubi-tubi.

Apa ini yang orang-orang sebut dengan CEMBURU?

Aku tidak pernah merasakan yang namanya pacaran. Tidak tahu apa itu cinta. Tapi kali ini aku merasa ada sesuatu yang bergejolak dalam hati dan pikiranku.

Makananpun kami santap hingga mangkuknya bersih tak bersisa. Tadi memang aku tidak napsu, tapi ya aku tidak bisa berbohong. Aku lapar.

Kami pun melanjutkan perjalanan pulang ke rumah...

Bersambung

Bang Isman Tukang Becak IdolakuWhere stories live. Discover now