8

30.1K 522 18
                                    

Aku tidak tahu kapan dia pulang bekerja. Yang ku tahu hanyalah, aku sudah berpindah tempat dari posisi awal aku tidur.

Bang Isman sedang asyik menonton televisi. Acara kesukaannya waktu sore adalah sepak bola. Ku lihat di samping bang Isman sudah tertata rapi pakaian-pakaian yang hendak ku setrika tadi.

"Bang..." sapaku sedikit lemas sehabis tidur.

"Eh dek udah bangun?"

"Iya bang. Abang kapan sampai sini? Kok Hilman nggak tau"

"Udah ada 30 menitan dek. Abang nggak tega bangunin kamu tadi tidur pules banget. Abang gendong kamu ke kamar biar tidurnya lebih nyaman"

'Oh... jadi bang Isman yang gendong ke kamar. Duhhh senangnya dalam hati'

"Makasih bang. Ngomong-ngomong kok pakaiannya udah rapi?"

"Iya abang setrikain. Kayaknya kamu capek beres-beres rumah seharian, sendirian pula. Kamu udah makan belum?"

"Belum bang. Tadi niat mau masak, malah tidur"

"Kalau belum itu abang beliin nasi bungkus. Abang taruh di meja makan. Kamu makan gih"

Aku senang dengan perhatian bang Isman yang melimpah hari ini. Tapi aku merasa sungkan telah merepotkannya.

Krucuk krucuk krucuk

Karena perutku sudah lapar, maka ku ambil nasi bungkus yang dibelikan bang Isman. Ku santap di samping bang Isman, sekalian menemaninya menonton televisi. Yang awalnya aku tak suka acara sepak bola, entah kenapa saat menonton bersama bang Isman nampak seru sekali.

"Bang Isman nanti nginep kan?" tanyaku.

"Iya dong kan jagain kamu. Tuh abang bawa perlengkapan buat nginep hehehe"

Padahal jarak rumah kami tidak begitu jauh, tapi bang Isman sudah membawa peralatan mandi dan beberapa baju ganti.

***

Selesai sholat Magrib, aku mulai belajar untuk persiapan UTS. Bang Isman masih di ruang keluarga menonton televisi. Sedangkan aku belajar di kamarku sendiri.

Sebuah buku yang berisi bahasa asing mulai ku buka. Ku baca tiap-tiap materinya. Ku hafal kata per kata. Hingga jam dinding di kamarku sudah menunjukan pukul 8 malam. Waktunya mengistirahatkan otak.

Ku intip dari pintu kamarku yang terbuka, bang Isman masih duduk santai. Dari belakang bang Isman terlihat seksi dengan kaos tanpa lengannya. Kaos warna merah yang mencolok perhatian. Bahunya yang lebar, tangannya yang berurat, membuat fantasiku kemana-mana.

"Bang, nggak tidur?"

"Nggak dek. Abang belum ngantuk, biasanya tidur di atas jam 10. Kamu udah mau tidur?"

"Belum bang. Hilman nemenin abang di sini boleh?"

"Iya nggak apa-apa. Ini kan rumah kamu"

Aku duduk di samping bang Isman sembari menonton acara televisi lagi.

Karena sudah malam, pintu dan gerbang rumah sudah ku kunci semua. Beberapa lampu juga sudah ku matikan. Hanya cahaya televisi yang menerangi kami berdua.

Sudah lewat pukul 10 malam. Acara televisi sudah berganti menjadi film-film aksi barat. Aku yang tidak pernah melek hingga selarut ini, tidak bisa menahan kantuk lagi.

"Bang tidur yuk"

"Ya udah kamu tidur di kamar gih. Biar abang di sini aja"

"Lho jangan gitu. Abang kan tamu. Tidur bareng di kamar Hilman aja yuk. Katanya mau jagain Hilman juga" rengekku.

"Beneran nggak apa-apa nih? Abang sungkan dek"

"Nggak apa-apa bang" sembari ku tarik tangan bang Isman menuju kamar. Layaknya menarik tangan orang tua yang anaknya menginginkan mainan.

Aku benar-benar sudah mengantuk. Langsung ku rebahkan diriku di atas kasur. Ku suruh bang Isman mematikan lampunya. Tinggal lampu tidur yang menyala. Bang Isman pun turut merebahkan tubuhnya di sampingku.

***

Puk puk puk

Aku sedikit tersadar saat ada yang menepuk pelan pantatku. Hal ini membuatku nyaman, karena saat aku masih tidur dengan ibuku, hal ini beliau lakukan agar aku tidur lebih nyenyak.

Tapi di sebelahku bukan ibuku, melainkan bang Isman. Yang ia lakukan sama persis dengan yang ibuku lakukan, menepuk pantatku.

Tiba-tiba ada yang mengelus ...


Bersambung

Bang Isman Tukang Becak IdolakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang