5

31.5K 496 10
                                    

Tibalah kami di Taman Kota. Walaupun hari sudah siang dengan teriknya matahari, tapi di sini kami merasakan sejuknya udara. Pepohonan yang rimbun menghiasi sekeliling taman. Dedaunan pun melambai memberi salam pada kami dengan meniupkan angin sepoi-sepoi.

Hari ini Taman Kota nampak sepi. Hanya beberapa orang yang lalu lalang di sekitar sini. Rasanya aku bisa bebas memiliki Taman Kota ini sendiri, tentunya dengan bang Isman.

"Bang di sini enak ya adem" aku mencoba memecah keheningan.

"Iya. Makanya abang ngajak kamu ke sini sekalian refreshing"

Kemudian kami menuju sebuah danau buatan yang ada di tengah Taman Kota. Airnya sangat jernih. Ada seekor induk bebek yang sedang membimbing anaknya berenang. Ada bunga Lotus yang mekar merekah sangat indah.

'Andai aja aku punya handphone kan bisa foto buat kenang-kenangan sama bang Isman'

"Dek ayo foto di sini, bagus nih pemandangannya" ajak bang Isman.

Entah mungkin bang Isman bisa membaca pikiranku, tapi memang itu yang aku inginkan.

Kami foto berdua, selfie. Aku memang belum boleh menggunakan handphone karena bapak bilang hal itu akan mengganggu proses belajarku. Kalau bapak yang bicara, aku hanya mengiyakan saja.

Setelah lelah berjalan, kami duduk di rumput dekat danau. Aku tidak tahu apa yang bang Isman pikirkan, tiba-tiba saja dia meraih tanganku.

"Kenapa bang?"

"Tangan kamu putih mulus ya. Nggak kayak tangan abang dekil. Hahaha"

"Halah nggak masalah bang. Malah cowok tuh kelihatan keren kalau tangannya kayak abang, berurat. Hahaha"

"Tangan ceweknya abang aja nggak sebagus kamu dek"

Aku sedikit tersentak. 'Kenapa coba tiba-tiba bahas cewek itu? Udah enak-enak berdua malah bahas orang lain. Hmm' gerutuku dalam hati.

Tanganku masih saja digenggaman bang Isman. Masih dielus-elus. Seperti kagum akan karya seni yang begitu indah. Padahal cuma tangan. Aku tak mau menarik tanganku dari genggaman bang Isman karena aku juga nyaman dengan yang ia lakukan.

"Dek tunggu di sini bentar ya. Abang mau ke sana dulu sebentar aja"

Aku mengiyakan. Aku tidak bertanya apa yang akan ia lakukan. Aku masih terlena dengan pemandangan di sini.

***

Mungkin sudah ada 10 menit berlalu, bang Isman akhirnya kembali lagi duduk di sebelah ku.

"Ini dek" dengan menyodorkan suatu benda yang memecahkan lamunanku.

"Apa ini bang?"

"Ya es krim dong. Masa pacul? Hahaha"

"Hehehe iya tau. Tapi.." belum genap aku menjawab bang Isman memotong pembicaraanku.

"Udah makan aja. Abang yang traktir. Siang-siang kan enak makan es krim"

Es krim rasa coklat. Kesukaanku. Aku sangat suka dengan hal-hal yang berbau coklat. Sangat manis >.<

Mungkin bang Isman adalah dukun atau peramal yang sudah tahu apa kesukaanku dan keinginanku.

Bukan.

Bang Isman adalah tukang becak idolaku.

Bersambung

Bang Isman Tukang Becak IdolakuWhere stories live. Discover now