7

30.3K 482 17
                                    

Pagi ini seluruh anggota keluarga sibuk mondar-mandir. Kecuali aku. Rencananya bapak, ibu dan masku akan tamasya ke luar kota. Acara ini akan diikuti oleh keluarga besar dari ibuku. Acara rutin setiap setahun sekali. Ya bisa dibilang seperti arisan keluarga.

Aku tidak bisa ikut lantaran bentrok dengan UTS yang akan diadakan 4 hari lagi. Bapak bilang kalau nanti setelah UTS, keluarga kecil ini akan mengadakan tamsya sendiri.

Sedih juga kalau melihat bapak, ibu dan mas Arya bersenang-senang. Sedangkan aku hanya termenung melihat buku-buku pelajaran.

Tapi kesedihan itu hilang ketika ibu bilang...
"Hilman, nanti yang jaga rumah, kamu sama bang Isman ya"

Alangkah bahagianya aku. Ingin rasanya aku mengelilingi galaksi saat itu juga. Kalimat yang sangat indah.

Tepat pukul 08.00 bus sudah menunggu di depan gang rumahku. Ku lihat di sana ada sepupuku, om dan tanteku, serta nenekku tersayang.

Ku bantu bapak membawakan tas dan perlengkapan lainnya. Bang Isman juga dimintai bantuan untuk membawakan barang. Saat aku membawa satu koper yang cukup besar, bang Isman dengan paksa merebutnya dari tanganku.

"Jangan ini berat, biar abang aja"

Ternyata bukan Dilan saja yang bisa berkata seperti itu. Bang Isman pun bisa. Hahaha.

***

Aku mencium tangan bapak, ibu dan mas Arya satu-persatu untuk berpamitan. Rumah akan terasa sepi tanpa ada mereka selama 3 hari.

'Kan udah ada bang Isman'

"Hilman, kalau mau makan, kamu bisa masak sendiri ya. Masih ada sisa belanjaan di kulkas. Kalau mau makan di luar ajak bang Isman ya. Jangan ngerepotin bang Isman" pesan ibuku.

"Iya bu. Ibu, bapak sama mas Arya hati-hati di jalan ya. Jangan lupa oleh-oleh buat Hilman lho"

Mereka pun berangkat bertamasya...

***

Karena aku yang diberi tanggung jawab menjaga rumah, tugas rumahku menjadi double. Dari yang harus menyapu, mengepel, mencuci baju, dll.

"Dek, abang narik dulu ya. Mungkin nanti sore abang baru pulang. Kamu nggak apa-apa kan abang tinggal dulu?" tanya bang Isman.

"Iya bang nggak apa-apa. Abang semangat nariknya ya"

Hingga siang tiba, semua pekerjaan rumahku hampir rampung. Tinggal menyetrika baju dan memasak untuk makan siang. Tubuh ini benar-benar lelah. Biasanya pekerjaan rumah sudah dibagi setiap anggota, tapi sekarang aku semua yang mengerjakan.

Ku pisahkan baju dengan celana begitu pula dengan celana dalam. Lalu ku setrika menjadi lebih rapih dan harum. Tapi rasa lelah ini benar-benar mengalahkanku. Ku cabut kabel setrika, dan ku istirahatkan tubuhku di atas karpet ruang tamu. Ku biarkan televisiku menyala agar terasa ramai di rumah ini.

***

Ku buka mataku perlahan. Menelusuri jam dinding yang ada di ruangan itu. Dengan mata yang masih remang-remang, ku lihat jam menunjukan pukul 16.30.

'Gawat! Aku ketiduran. Belum masak buat makan siang juga. Eh tapi kok...'

Mungkin ini penyebab aku sangat nyaman tertidur hingga lupa tak memasak untuk makan siang. Aku berada di atas ranjang.

'Kok aku bisa di sini? Apa iya aku tidur sambil jalan?'

Aku tidak mendengar suara televisi menyala di ruang tamu. Lalu siapa yang mematikannya?

Rasa takut menghampiriku. Aku takut kalau ada orang yang masuk saat aku tidur. Atau aku sedang digoda oleh hantu?

'Ahhh nggak ada yang seperti itu'

Ku lihat dari belakang nampak seorang pria duduk di atas karpet yang ku tiduri tadi. Perawakan itu...

Bang Isman!

Bersambung

Bang Isman Tukang Becak IdolakuWhere stories live. Discover now