EMPAT

12K 675 39
                                    

4 Februari 2015

[Ariana’s POV]

.

“Hei, Dan, apa kau lihat Sissy?”

“Tidak, Ari. Sorry.”

“Oke tidak apa.”

Aku mendengus kesal. Kusapu kembali pandanganku ke sekeliling koridor. Sudah 5 orang kutanya tentang keberadaan Sissy tapi tidak ada satupun yang tahu. Ini tidak seperti biasanya Sissy absen dari penglihatanku dan teman-teman.

Dari jam pertama aku mencoba mencarinya ke kelas tapi dia tidak ada disana. Teman-temannya juga tidak ada yang tahu menahu. Apa dia tidak sekolah? Tapi kalau dia tidak sekolah biasanya dia memberitahukannya padaku sebelumnya. Apa dia sakit? Kemarin dia sehat-sehat saja kok.

Aku semakin gusar. Kemana Sissy?

Kriiinngggg!!!

Oh gawat bel masuk sudah berbunyi! Guruku di jam ini ‘killer’, ugh. Aku tidak boleh terlambat.

Cepat-cepat aku  pergi ke kelas namun… brugh! Di tengah jalan ada yang menabrakku hingga buku-buku yang kupegang jatuh semua. Sialan. Siapa sih?

Aku mendongak dan melihat… sigh, si jerk Greyson Chance berdiri tepat didepanku.

“Ugh kalau jalan pakai mata, Chance! Kau menjatuhkan bukuku.”

“Maaf, maaf. Biarkan aku…” dia menunduk dan memungut buku-bukuku yang berserakan. Cepat-cepat aku menampik tangannya. “Apaan sih? Aku nggak butuh bantuan dari—“

Ucapanku terhenti. Tanpa sengaja aku melihat ada luka cakar di punggung tangan Greyson. Bahkan luka itu masih baru dan basah; kelihatan warnanya masih sangat merah dan berdarah.

“—Tunggu dulu. tanganmu kenapa?”

Greyson langsung menyembunyikan punggung tangannya itu. “Uh, bukan apa-apa. Tadi dicakar kucing di kantin. Maunya aku memberikannya makanan tapi malah dicakar.”

Hah, memang di kantin sekolah ada kucing? Batinku.

Sejurus kemudian aku melihat si guru killer keluar dari ruang guru. Sontak aku tersadar. Cepat-cepat kupungut semua buku dari lantai dan lari menuju kelas.

>>>>><<<<< 

.

6 Februari 2015

[Ariana’s POV]

.

Tiga hari.

Sudah tiga hari Sissy tidak sekolah. Dan tidak ada yang tahu kemana sahabat cerewetku itu pergi. Jujur saja, aku sangat merindukan dia dan semua kebawelannya. Meskipun aku sering mengatainya bermuka dua, cerewet, dan apalah, tapi dia tetap sahabatku yang paling asik.

Aku pergi ke rumahnya kemarin sore, dan aku kaget karena Mr. dan Mrs. Lavender—orang tua Sissy—juga tidak tahu tentang keberadaan anak mereka. Katanya, sejak tanggal 3 Februari kemarin Sissy tidak pulang-pulang ke rumah. Mereka sudah melaporkan hal ini ke polisi dan pihak keamanan itu sedang berupaya mencari Sissy.

Jadi, Sissy resmi menghilang.. Oh Tuhan, entah sahabatku itu menyembunyikan masalah apa lagi dari kami. Sissy memang begitu orangnya. Setiap kali punya masalah pasti akan dia pendam sendiri. Tahu-tahu aku menemukannya menangis sendirian di dalam kamar mandi sekolah.

Apapun masalahnya kali ini, aku yakin itu pasti membuatnya sangat stress lalu memutuskan untuk kabur dari rumah.

Ya ampun, kenapa anak itu berpikiran sangat sempit?

Psychopath // Greyson ChanceWhere stories live. Discover now