LIMA

9.2K 594 34
                                    

7 Februari 2015

[Ariana’s POV]

Khusus hari ini sekolah liburkan, karena kami menghadiri upacara pemakaman Jai Brooks pukul 10 pagi. Memang tidak semua siswa, tapi cukup banyak yang datang ke pemakaman. Jai orang yang baik. Dia ganteng, terkenal, pemain basket—hampir semua kalangan di sekolah tahu tentangnya.

Sampai proses pemakaman selesai, pertanyaan yang muncul dibenakku tetap sama: Kenapa Jai?

Sissy masih belum ditemukan, lalu sekarang Jai meninggal. Jai orang yang baik. Aku suka padanya. Kami bahkan baru mengobrol sehari, dan sekarang kami tidak akan pernah bisa mengobrol apapun lagi—benar-benar obrolan pertama dan terakhir. Apa yang sebenarnya terjadi?

Kemarin itu suasana belajar masih berjalan biasa. Banyak murid yang bosan mendengarkan materi geografi dari Mrs. Breanne, termasuk aku. Stevan Manley, teman yang duduk dibelakangku pergi ke depan kelas lalu ijin ke kamar kecil.

Saat itu semuanya masih berjalan biasa. Sampai ketika Stevan kembali…

Cowok berkacamata dengan rambut tak pernah disisir itu muncul di ambang pintu kelas dengan napas terengah-engah. Kedua telapak tangannya bahkan sampai perlu bertumpu pada lututnya. Mrs. Breanne berhenti menjelaskan, begitu juga dengan semua orang di kelas langsung menaruh perhatian pada Stevan. Matanya jelas menyiratkan ketakutan sekaligus syok. Tidak ada yang pernah melihat Stevan setakut itu sebelumnya. Tadinya aku mengira Stevan melihat ular di kamar mandi, karena siapapun tau cowok itu phobia pada ular.

Namun dugaanku salah.

“Mr. Manley, tenangkan dulu dirimu. Ada apa?” Mrs. Breanne mendekati Stevan yang masih gelisah sendiri di pintu. Kami makin penasaran apa yang terjadi padanya.

“Di-di t-toilet…” ucapnya terbata-bata. Kutebak dia memang benar-benar telah melihat ular, batinku.

Lalu, setelah berhasil membuat kami penasaran setengah mati, Stevan memelintir kenyataan dari dugaanku: “J-Jai Brooks… mem—meninggal…”

Isak tangis memang hal yang biasa terjadi di pemakaman. Kami semua kehilangan Jai. Kesedihanku kehilangan Sissy justru makin bertambah dengan kini kehilangan Jai.

Kejadian berikutnya yang aku ingat, polisi datang ke sekolah. Mereka melakukan identifikasi, meski siapapun yang melihat kondisi Jai di toilet waktu itu bisa langsung menyimpulkan dia meninggal dibunuh.

Mataku menangkap Greyson—dia juga hadir di pemakaman ini, menggunakan pakaian serba hitam termasuk jaket serta kacamata. Dia berdiri di bawah salah satu pohon, dibelakang beberapa gadis yang masih menangis berduka. Pandangan matanya terarah ke bawah, ke batu nisan Jai.

Aku tidak akan heran kalau Greyson lah pembunuhnya. Karena dia telah membunuh James dan Aspan sebelum ini. Aku jadi bertanya-tanya apa kiranya yang akan dikatakan Sissy begitu mengetahui cowok yang dia gilai ternyata seorang pembunuh?

Psikopat. Greyson Chance adalah psikopat.

“Memikirkanku, nona Grande?”

Seketika aku terlonjak karena tiba-tiba mendengar seseorang berbicara di belakangku. Greyson Chance berdiri dibelakangku. Kapan dia pindah kemari?!

“Pergi. Aku tidak ingin melihatmu,” ucapku ketus lalu bergegas pergi.

**

[Greyson’s POV]

Yah, dia pergi. Sayang sekali.

Tapi tenang saja, Ariana Grande, aku akan mendapatkanmu. Dan aku akan melakukan segala cara untuk itu.

**

ps: wah tumben Psychopath update iya soalnya udah lama juga sih banyak yg minta ff ini update. MAAF YA BARU UPDATE ._. maaf ya pendek, maaf ya chapter ini jelek :( karena semua ide masih nempel di AITN -_-)v

Vote + Comment? :) btw gue ganti judul + cover ff ini wkwkw xD

have a happy sunday :3 @kikikristi98

Psychopath // Greyson ChanceWhere stories live. Discover now