13. Kunjungan surprise

13.1K 1K 17
                                    

"Tradaaaaaaaa....." teriak Mbak Rena dan Sinta saat masuk kamar Tiar.
"Pucet banget lo." Tumben Tomas yang datang paling akhir itu tidak membuat keributan.
"Namanya juga sakit." Tiar merubah posisi tidurnya sambil mengecilkan volume televisi.
"Kok di kecilin?" Lagi - lagi Tomas protes.
"Kalian berisik banget. Kasian pasien di ruang sebelah."

"Tomcat. Ada gosip apa di kantor?"
"Wah, hari ini beneran deh. Tuh kucing garong blingsatan."
"Siapa kucingnya?"

Kenapa Maya yang bertanya, seharusnyakan aku. "Citra ya?" Tebakan Tiar benar. "Kenapa dia?"

"Si kucing kehilangan ikan asin tuh. Si bos kan datang telat,jadi buas dia, ga dapet mangsa, kaya orang kelaparan. Udah gitu kerjaan nggak beres." Tiar mengerutkan dahi. Dia bingung dengan penjelasan Mbak Rena.

"Jadi, job yang di kasih Alex ke gue tempo hari kan sudah di acc tuh. Dia dapet tugas nyiapin surat kontrak buat customer, eh, nggak di kerjain sama sekali."
"Parah banget tuh. Trus si bos gimana?"
"Ya marah besarlah. Seharusnya besok seluruh team marketing bisa langsung terjun, jadi terhambat gara - gara dia."

"Hemmm, gitu ya." Tiar mengangguk, dia mulai paham situasinya.
"Iya Mbak Tiar. Baru kali ini saya lihat Pak Alex sangat mengerikan." Mungkin ini pertama kali Sinta melihat amukan Alex.
"Oooo..." jawabku datar. Beda sekali dengan Alex yang disini semalam.
"Berarti lembur donk dia." Dasar Tiar, kenapa menanyakan pertanyaan yang sudah jelas jawabannya?

"Lo nanyain siapa? Citra atau Alex?" Kali ini pertanyaan Tomas terdengar meledek.
"Yang kerjaannya belum kelarkan Citra." Jawab Maya galak.

"Lembur semua. Citra praktis mengerjakan suratnya saat itu juga lalu di susul meeting antara si bos dan all team marketing." Jelas Tomas sambil memasukkan biskuit yang ada di nakas samping tempat tidur Tiar.
"Kalian nggak kebagian tugas?"
"we are the planer." Tomas terlihat sombong banget waktu mengatakan itu.
"Gaya lo." Kata Tiar setengah tertawa kepada Tomas.

"Gimana sih Tiar, kok lo bisa sampai masuk sini?" Nah ini nih pertanyaan yang Tiar hindari dari tadi. Ingatan Mbak Rena tajam juga.
"Ya gue sakit trus gue ke rumah sakit." Mereka menatap Tiar tidak percaya. Tiar sengaja mengulur waktu  supaya mereka cepat pulang.
"Kemarin gue demam."
"Pas dikantor?" Tanya Maya seolah seperti terdengar 'kencan sama siapa?'
Tiar mengangguk pelan.
" Trus lo periksa sendiri atau gimana?" Mbak Rena terus mencecar Tiar.
"Ceritanya jangan setengah - setengah woi." Tomas mulai sewot. Tiar tidak bisa menahan tawa.
"Ok. Ok." Kata Tiar sambil mengangkat tangan tanda menyerah.

"Jadi nih ya, malem itukan hujan. Gue tahu kalau gue nggak enak badan. Trus gue nunggu hujan reda sambil nyari - nyari taksi online. Sialnya sinyal aja gue nggak dapet." Tiar menarik napas sebentar.
"Terus?" Cecar Sinta dan Maya bersamaan.
"Kalian semangat banget."
"Cerita lo muter - muter. Mencurigakan. Sakitnya bukan karena kebanyakan cari cowok kan?" Mbak Rena ikut nggak sabar. Tiar pura - pura mengganti siaran tv.

"Jangan bilang lo pingsan di kantor." Tuduh Tomas sambil menuding gadis yang terkulai lemah itu..
"I.. iya." Jawab Tiar sambil nyengir.
"Buseetttt, Tiar lo beneran nggak apa - apa?" Maya tampak khawatir. "Maaf ya, gue nggak baca wa lo."
"Santai May."

"Trus Mbak, yang nganter mbak kesini siapa?" Tanya Sinta.
"Alex." Jawab Tiar secepat dan sepelan mungkin. Tapi telinga mereka itu terbuat dari apa ya? Heran gue. Tetep kedengeran.
"What?" Mbak Rena merasa nggak percaya. "Tapi pingsannya bukan gara - gara Alex kan?"
Tiar menggeleng. "Dia yang nolongin gue."

Tiar melihat ke arah pintu saat pintu di buka. Jantung ini serasa ingin berhenti ketika Alex melangkah masuk.
"Hai guys? Kalian disini rupanya." Kata - katanya seolah menyiratkan dialah yang empunya tempat ini. Mendominasi seperti biasa. Sebel dengernya. Apalagi teman - temannya adalah tipe yang mulutnya usil.
Dia langsung berdiri bersandar di nakas sambil melihat ke arah televisi.

"Malam Pak," sapa Sinta.
"Lex, gimana ceritanya Tiar sampai sini?" Alex mengerutkan dahi mendengar pertanyaan Tomas.
"Malam itu dia jalan udah sempoyongan. Pas gue tanya malah pingsan."
"Nih bocah." Gerutu Tomas. "Lo sengaja cari - cari kesempatan kan, biar di gendong si bos?" Tuduh Tomas. Tiar melihat tiga cewek yang lain cuma cengar - cengir sambil meledek dan Alex masih dengan gaya santainya menghadapi ricauan mereka.
"Nggak. Siapa yang di gendong? Gue jalan sendiri."
"Dalam keadaan pingsan?" Tomas kembali mencecar.
"Tuh kan bego di rawat." Mbak Rena yang spontan tertawa. Dia selalu klop untuk membuli Tomas..

Tiar menengok ke nakas dan ingin mengambil air mineral. Tapi tangan Alex lebih cepat mengambilnya. "Nih." Katanya setelah membukakan segelnya. Dan seluruh mata beserta telinga sudah siaga merekam kejadian asing di depan mereka. Damn!

Alex duduk di tepi tempat tidur Tiar dengan satu kaki masih menggantung menahan berat badannya di lantai. Fokusnya berganti pada televisi saat dia berhasil mengambil remotenya dari tangan Tiar.

"Makasih... pak?" Ucap Tiar setelah menerima air mineral dari Alex. Dia memerhatikan gadis di sebelahnya  seolah mengatakan 'nama saya A-lex'.
Dan Tiar juga melakukan hal yang sama dambil menjawab 'saya tahu' dalam hati.

"Kok bapak kesini?" Sekeras apapun dia berusaha untuj mencairkan suasana, tetap saja terasa sedikit canggung. Hanya supaya para anggota geng jomblo tidak berpikir macam - macam.
"Trus kamu berharap yang kesini siapa?" Tiar melihat Maya memasang telinga sambil menahan senyum.
"Radit?" Lanjut si bos skakmat. Tiar bisa melihat Sinta dan Maya menelan senyumnya. Dan Mbak Rena sudah membekap mulutnya..

Maya : "Cie yang di perhatiin si bos.."

Dan sebuah foto mampir di hp Tiar ketika ponselnya berbunyi. Fotonya  bersama Alex yang di ambil dari samping.

Gila di kirim ke group pula. Hello guys, orangnya duduk di sebelah gue.

Tiar terpaksa menggeser posisi duduknya agar Alex tidak bisa melihat ke layar ponselnya.

Sinta: "apa kabar kalau mbak sekretaris tahu ya??"😋😋😋😋

Tiar melotot ke arah mereka.

"Kenapa?" Alex menyadari keresahan Tiar.
"Nggak papa." Tiar menggeleng cepat sambil menutup ponselnya. Dan Alex mengerutkan keningnya.

Resolusi Love  (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang