17. Wisuda Jomblo

13.4K 967 8
                                    

Tiar sedang duduk di meja makan bersama Maya ketika Tomas datang. Dia tidak mengerti, bagaimana senyumnya bisa selalu mengembang bahkan saat situasi sangat genting melanda.
"Seneng banget? Ada apa?" Lagi - lagi Tomas mampu membuat dua wanita yang duduk di sana penasaran.
"Ada yang mau wisuda." Tiar menatap Maya yang membalas tatapannya. "Rena!" Kata Tomas dengan mata berbinar. "Rena mau lamaran."
"Lo dengar gosip darimana?"
"Udah, lo tunggu aja. Bentar lagi pasti doi nyebar undangan."
Tiar dan Maya mencibir bersamaan.

"Tomcat, giliran lo kapan?" Selalu. Tiar bertanya jahil pada Tomas.
"Kalau gue di panggil bebeb, langsung gue kasih tahu."
"Beeebbbb, kapan nikah?" Tiar bertanya dengan nada yang dibuat semanis mungkin untuk menjawab tantangannya.
"Lo siapnya kapan beb?"
"Setan lo." Tiar tak berhenti memaki Tomas sampai pesanan makanan mereka datang.

Acara makan siang selesai ketika ponsel Tiar berbunyi. Gadis itu  menjawab sambil berjalan kembali ke kantor karena letaknya dekat.
"Hati - hati beb." Kata Tomas sambil menarik Tiar kebelakang saat sopir ojek online hampir menyerempetnya. Maya ikut memekik kaget. Tapi berungtung dia di tarik Tomas, dan selamat dari sosoran tukang ojek.
"Thank's beb." Tiar memasukkan ponsel ke saku roknya.

***

"Tiar, Tiar." Yang dipanggil pura - pura tidak mendengar panggilan Mbak Rena sampai dia menjewer telinga Tiar. "Aduuuuhhhhh." Tiar kesakitan lalu mengusap telinganya kasar. "Sakit tau." Dia masih meringis kesakitan. "Apaan sih?" Dia bertanya penasaran.
"Jangan ngambek donk. Gue bawa martabak nih." Katanya sambil menyodorkan sekotak martabak ke muka Tiar.
"Mau." Emang dasar perut karet, begitu lihat makanan tidak ada jaim - jaimnya sama sekali. Tiar mengambil sepotong dan langsung memasukkan ke mulut.

"Anak gadis makan maruk banget ya?" Tomas masuk sambil mencibir ketika melihat mulut Tiar masih penuh. Alex ikut masuk di belakang Tomas.

Tumben si bos berduaan sama Tomas.

Tiar masih berusaha bersikap wajar kepada si bos. Tidak. Bukan wajar. Dia cenderung menghindar. Ada secuil perasaan yang sulit di jelaskan telah menjalar di hatinya ketika melihat Alex.

Jangan berpikir berlebihan, cuma jaga jarak supaya aman. Tiar tidak mau kejadian seperti kemarin terulang lagi. Walapun dia sudah mendengar berkali - kali makian dari Alex, semua terasa biasa sebelum dia menunjukkan sikap, yang menurutnya jauh dari kata wajar. Tetapi berbeda dengan hari itu. Mungkin Tiar kelewat sensitif. Dia tidak mau memupuk perasaan asing yang belum dia sadari sepenuhnya. Dan Tiar ingin mengabaikan saja rasa itu.

"Mau beb? Sini gue suapin." Tiar berbicara dengan mulut yang masih berisi makanan. Sehingga omongannya tidak jelas.
"Mau beb kalau di suapin." Tetapi Tomas masih bisa menangkap kata - kata yang keluar dari mulut Tiar.
"Aaaak." Tiar mengambil garpu dan menyuruhnya membuka mulut. Memang dasar Tomcat, seneng cari - cari kesempatan.

"Lex." Mbak Rena memanggil si bos.
"Lex,.... mau?" Si bos menoleh pada panggilan kedua. Tiar bisa melihat reaksi Alex dari ekor matanya . Wajahnya mengeras dan menatap gadis itu dengan sorot mata yang teduh.
"Udah, masih kenyang." Tolak Alex halus sambil meletakkan berkas di meja Maya.

"Ren, mana undangannya?" Tembak Tomas tepat sasaran.
"Sabar donk. Lamaran aja belum."
"Lo mau nikah, Ren?" Tanya Alex sambil mengangkat alis.
"Doain ya Pak Bos dan teman - temanku... semoga acara lancar."
"Nggak batal di tengah jalan....." Lagi - lagi Tomas memotong seenaknya. Tiar tidak bisa menahan tawa melihat Mbak Rena memaki Tomas sangat ganas.

"Kalau gue nikah, lo mau dateng sama  siapa?" Cibir Mbak Rena tidak mau kalah.
"Sama bebeb. Iyakan beb?" Tanyanya pada Tiar dan gadis itu memberi jempol kepada Tomas karena mulutnya masih penuh dengan martabak manis. Mbak Rena menggedikkan bahu ngeri.
"Bos, datangkan?" Alex hanya mengulum senyum dan masih menatap Tiar lekat. "Beeeeb, mau lagi?" Tiar sengaja mengalihkan pandangannya pada Tomas untuk menutupi rasa canggung yang datang mendadak.
"Ogah, ntar diet gue gagal gara - gara elo."
" Ya-elah, takut amat."

"Kalian akrab banget ya." Komentar Alex. Kali ini Tiar benar - benar melihat tepat di mata Alex. Ada bayangan kemarahan yang tertahan di sana. Apa? Tiar melempar tatapan seolah bertanya.

Memang aku salah apa? Dan seolah Alex menjawab 'kamu salah besar'.

Damn! Bukan hak kamu untuk melarangku dekat dengan siapapun. Tidak ada yang bisa melarangku, termasuk pacarku. Kecuali kalau orang itu adalah calon suamiku. Itu yang terlintas di pikiranku. Kalau memang yang meminta aku menjauh dari temanku adalah calon suamiku, akan kulakukan dengan syarat. Alasannya harus masuk akal.

"Nih." Alex mengulurkan sebuah sapu tangan untuk Tiar. "Belepotan." Tambahnya sebelum meninggalkan mereka dan kembali ke ruang kerjanya sendiri.

***

T

erkadang kita tidak tahu kemana arah hati berlabuh. Semoga ketika tiba di dermaga, bukan tangan yang salah yang akan menyambut kita. Tiar menekuri pekerjaannya, tetapi pikirannya terbang entah kemana.

Sangat sulit baginya untuk menghindari sesuatu yang sudah tumbuh. Tapi sulit juga baginya untuk mengakui apa yang ada di hatinya. Sesuatu yang begitu membuatnya bahagia, tetapi sesuatu itu bisa juga sangat menyakitinya.

Dan kamu Alex, kamu adalah sesuatu yang sulit untuk dihindari. Dan kamu juga adalah sesuatu yang membuatku sangat menanti hari esok.

Tiar menggeleng keras di meja kerjanya. Dia tidak mau memikirkan hal yang mustahil. Dia tidak mau terombang - ambing terhadap sesuatu yang tidak pasti.

Meskipun kamu tidak tahu apa yang tumbuh di hati ini, tapi ketahuilah, rasa ini mulai membuatku tidak nyaman ketika berlama - lama menatapmu. Rasa ini terlalu indah, terlalu mengharap. Dan aku tidak mau jatuh di dalamnya. Aku tahu, semua itu mustahil. Untuk kita.

Aku bersedia menyimpannya sendiri. Jadi jangan muncul di depanku dengan sikapmu selama ini. Hatiku terlalu rapuh, hatiku mudah jatuh. Bahkan dengan secuil perhatian saja.

Tiar mengerjap berkali - kali melihat tulisannya sendiri di layar komputernya. Dia segera menghapus lalu menutup aplikasi word yang, entah sejak kapan muncul di layar.

Resolusi Love  (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang