3: Menemukan Kebaikan di Tengah Kesedihan

287 24 2
                                    

"Rara," panggil seseorang.

Gue menoleh ke arah sumber suara, ternyata yang manggil Kevin. Orang yang udah pernah bikin gue jatuh cinta terus dipermalukan di depan semua orang.

Gue hanya menatap Kevin, gue pikir lo lupa sama gue. Kevin masih sama kaya dulu ga ada yang berubah sedikitpun, tapi gue rasa dia udah jarang senyum apalagi buat cewe.

"Ra..." panggil Kevin.

"Gue pergi dulu," ucap gue sambil melangkah pergi tapi tangan gue dicekal sama Kevin.

"Maaf Ra..." ucap Kevin.

"Maaf lo itu ga bisa bikin hati gue sembuh vin," ucap gue sedikit sedih.

"Dengerin penjelasan gue dulu," ucap Kevin menarik tangan gue.

"Kevin lo ga usah ngejelasin apapun, semuanya udah jelas kalau gue cewe yg ga punya harga diri," ucap gue melepas tangan Kevin.

"Maaf Ra gue ga bermaksud kaya gitu," ucap Kevin berusaha menggenggam tangan gue.

"Apa maksud lo malu-maluin gue di depan semua orang waktu itu?" Tanya gue sambil menghempas tangan Kevin.

"Maaf itu ternyanta rencana temen-temen gue," ucap Kevin menyesal.

"Maaf lo itu ga bisa ngubah semuanya vin," ucap gue hampiir menangis.

"Tapi gue beneran cinta sama lo," ucap Kevin.

"Cinta! Sejak kapan lo bilang cinta sama gue! Cinta lo basi," ucap gue sambil pergi meninggalkan Kevin.

Langit mulai mendung, sepertinya hujan akan turun. Orang-orang mulai merapikan barang dagangannya agar tidak kehujanan, dan benar saja, beberapa saat kemudian hujan turun sangat deras. Gue benci hujan karena kesedihan selalu hadir saat hujan, tapi hujan itu juga yang menutupi kesedihan yang dia bawa.

Gue jalan tanpa arah di tengah derasnya hujan, mengingat peristiwa yang dulu pernah terjadi di antara gue dan Kevin. Saat selalu tertawa bersamanya, saat gue lupa caranya untuk bersedih, saat dimana gue menjadi orang paling bahagia, tapi semua itu hilang dalam sekejap. Hanya dalam satu hari semuanya sirna, tak ada lagi kebahagiaan yang dulu pernah dirasakan, tak ada lagi Kevin yang ramah dan baik hati. Sekarang hanya ada Kevin yang asing, Kevin yang beda dan bukan Kevin sahabat gue.

"Ra!" panggil Landa yang sekarang ada di depan gue sambil memegang payung pink.

Gue tersadar dari lamunan dan menatap Landa seperti orang linglung.

"Lo gila! Lo mau sakit," ucap Landa.

Gue langsung meluk Landa, gue ngerasa nyaman dan aman. Gue butuh seseorang saat gue sedih. Baju Landa basah kuyup karena gue meluk dia.

"Ra udah dong meluk guenya," ucap Landa.

"Masih nyaman Lan," ucap gue degan polosnya.

"Lo yg nyaman, ga liat apa baju gue basah kuyup gara-gara lo," ucap Landa.

"Ya udh sekalian aja hujanan," ucap gue sambil mengambil payung di tangan Landa dan biarkan Landa kehujanan.

"Awas lo ya," ucap Landa yang berusaha mengambil payung pink dari tangan gue.

Terjadilah kejar-kejaran di tengah hujan yang deras. Walaupun menjadi tontonan bagi para Jomblo yg ada disana, gue sama Landa ga peduli sama mereka lagian suruh siapa ngeliatin orang yang lagi bahagia kaya ga ada kerjaan aja.

Landa berhasil merubah pemikiran gue tentang hujan dan dia juga bisa membuat sakit hati gue menjadi sedikit terobati.

"Ra barang-barang yg lo beli mana?" tanya Landa.

"Eh ya Gue lupa Lan," ucap gue malu.

"Lupa gimana?" ucap Landa.

"Ketinggalan Lan di toko tadi," ucap gue sambil menunduk.

"Lo gimana sih, mau lo dimarahi Bu kity," ucap Landa.

"Maaf," ucap gue.

"Ya udah ayo ke toko tadi," ucap Landa lalu menggenggam tangan gue dan berlari menuju toko itu di tengah hujan.

Tiba di Toko Perabotan, Gue dan Landa sudah basah kuyup oleh hujan deras. Para pengunjung toko dan pegawai menatap gue dan Landa dengan tatapan yang aneh.

Landa dan gue sambil menatap satu sama lain dari atas kebawah siapa tau ada yang aneh diantara gue dan Landa.

"Lo pake baju putih, pantesan pada ngeliatin," ucap Landa memakaikan jaketnya yang basah ke gue.

"Basah Lan masa dikasih gue," ucap gue kesal.

"Baju lo transparan sedikit," bisik Landa.

Gue yang malu karena hal itu memutuskan untuk diam di depan toko. Landa yang mengambil semua peralatan. Gue menatap hujan yang masih mengguyur bumi.

"Ra lo gapapa?" Tanya Landa sambil membawa semua peralatan.

"Gapapa," ucap gue yang menahan malu.

"Kita pulang sekarang atau nunggu reda?" Tanya Landa.

"Terserah," ucap gue.

"Cewe suka banget sih bilang terserah," ucap Landa.

"Terserah maksud gue itu, Mau pulang sekarang Ayok, Mau abis reda juga Ayok," ucap gue.

"Sekarang aja deh, kita udah basah kuyup juga," ucap Landa.

Kami berdua pulang bersama dengan membawa peralatan kebersihan dan sebagainya. Landa mengantar gue pulang dan menyimpan semua peralatan di rumah gue. Kemudian Landa pulang dan tak lupa gue mengembalikan jaketnya karena Landa tidak mau gue menyuci Jaket tercintanya.

Setelah selesai membersihkan diri, gue menulis beberapa kalimat untuk dipajang tetapi bukan sebuah puisi seperti itu, lebih ke arah ungkapan hati.

Dear hujan,
Hadirmu selalu membawa kesedihan.
Kesedihan yang hadir karena luka lama kembali terasa.
Luka yang perlahan pulih oleh waktu.
Luka yang membekas pada hatiku karena Rindu kembali bersama luka.

Hujan...
Hadirmu mengingatkanku pada dia,
dia yang menyebabkan luka ini ada.
Dia yang dulu sangat berarti bagiku.
Dia yang sekarang asing bagiku.
Aku rindu dia yang dulu.

Hujan...
Kini hadirmu membawa kebahagiaan.
Membuat luka ini sedikit terobati karena hadirnya seseorang.
Seseorang yang membuat aku bahagia,
walaupun dengan hal yang sederhana.
Dirinya yang mampu membuatku tersenyum bahagia,
membuatku bangkit dari keterpurukan.

Akhirnya gue bisa menyelesaikan tulisan buat di mading sekolah. Mungkin ini salah satu kebiasaan gue yang suka mengungkapkan apa yang dirasa dalam tulisan. Walaupun banyak tulisan gue di mading, orang yang baca ga akan tau kalau itu tulisan gue karena di setiap tulisannya ga ada nama gue, jadi kaya misterius gitu. Untungnya besok hari Minggu, jadi gue bisa beristirahat dengan tenang tanpa gangguan, apalagi tugas udah beres semua.

-----

Hallo Readers!

Semoga kalian suka bab yang direvisi ini.

Memang ceritanya tidak jauh berbeda dengan versi yang pertama. Jangan lupa vote dan komen ya! 😊

Ralanda (Classmate)Where stories live. Discover now