7: Keseruan dan Tantangan di Ruang Kelas

226 16 2
                                    


"Sama gue aja, gimana?" teriak seseorang, menyulut kehebohan di antara siswa-siswa di dalam kelas. Namun, semua orang berusaha mencari sumber suara itu tanpa hasil, seolah-olah orang yang berteriak tadi telah lenyap begitu saja.

"Tadi siapa yang ngomong?" teriak Abi, mencoba mencari tahu siapa pelaku di balik teriakan tersebut.

"Ngaku woy, siapa yang ngomong!" teriak Ujang, bersikeras mencari jawaban.

"Betul toh, siapa ya?" teriak Pomo, turut mempertanyakan keberadaan pelaku.

"Setan kali! Rasanya bukan sahabatmu, deh!" teriak Fitri, dengan nada kesal.

"Lo kan sahabat gue, jadi lo setannya!" seru gue, mencoba mengalihkan perhatian ke situasi yang lebih ceria.

Tawa riang pun meledak di ruang kelas, seolah-olah semua lupa dengan kejadian sebelumnya. Orang yang berteriak tadi seakan telah lenyap begitu saja, seperti terbawa angin dan tersangkut di pohon, tak terlihat.

"Jadi, siapa yang mau duet sama gue?" teriak gue, mencoba memecah keheningan yang menyusul.

"Gue, Ra!" jawab Joni dengan mantap.

"Lain kali, Joni. Rara mau duet sama Asep yang paling kasep di kelas!" ujar Asep dengan nada percaya diri.

"Aku aja, Ra! Ganteng daripada Asep, dan pastinya lebih kasep!" timpal Ujang, tak ingin kalah.

"Gue, Ra, sang patih kahyangan siap melayani bidadari untuk duet!" tambah Abi dengan penuh semangat.

"Gue mau duet, bukan diet!" tegaskan gue, mencoba memfokuskan kembali perhatian pada tujuan utama.

"Kalian lama banget sih menentuin, ribet aja begini!" komentar Fitri, dengan nada sedikit kesal.

"Gue ikhlas, yang lain aja kalau yang duetnya sama lo," ucap Ujang, sambil menunjuk Fitri.

"Gue terlalu cantik, kan? Jadi, lo aja yang ngalah. Biar yang lebih cakep dari lo duet sama ratu seperti gue," ujar Fitri dengan nada meyakinkan.

Perdebatan antara Ujang dan Fitri berlangsung cukup lama, hingga akhirnya keduanya memutuskan untuk menghentikannya karena lelah.

"Udahlah, berhenti deh debatnya," ucap Abi, mencoba mengakhiri ketegangan.

"Jadi, siapa yang mau duet sama Rara? Sejak tadi ga kelar-kelar, ga ada yang jawab," tanya Wina, mencoba mengambil alih kendali.

"Aldo, lo mau ga?" tanya Abi, mencoba memberikan saran.

"Gue udah masuk grup boyband, nih," ujar Aldo dengan nada bangga.

"Badan gendut gitu lo jadi boyband?" goda Sarah, menciptakan tawa di ruangan.

"Gue langsing, nanti lo bakal jatuh cinta lagi sama gue," balas Aldo sambil tertawa.

Ruang kelas kembali riuh, menandakan suasana ceria yang biasa terjadi hampir setiap hari.

"Stop! Udah, hening!" panggil Wina, mencoba mengembalikan ketertiban.

"Landa?" panggil Abi, mencoba mengetahui pilihan siapa yang akan duet.

"Akhirnya, nama orang yang gue harap jadi teman duet disebut juga," pikir gue.

"Gue solo aja deh, tadi kan lo yang nyuruh biar cowoknya satu," kata Landa.

"Oh iya, gue lupa. Ya udah, gini aja, yang tadi bilang 'sama gue aja, gimana?' ngaku dong! Lo kan yang mau duet, masa kita yang ribet cuma nyariin lo," ujar Abi, mencoba menenangkan situasi.

Ruang kelas menjadi hening, tidak ada seorang pun yang ingin memulai pembicaraan. Tiba-tiba, terdengar tawa seseorang, membuat semua mata tertuju pada orang itu.

Ralanda (Classmate)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang