10: Modus dan Paket Misterius

122 11 4
                                    

"Gue suka ---" ucap Landa.

"Gue nya ga suka, gimana dong?" ucap gue berbohong.

"Gue suka liat lo marah maksudnya," ucap Landa sambil ketawa.

"Tau," ketus gue sambil ninggalin Landa.

Pulang dari Mall, Landa ngajak gue ke rumahnya sambil ngasih kado buat adiknya. Adik Landa lagi nonton TV dan bundanya lagi masak di dapur.

"Ra, lo kasih aja ke ade gue," ucap Landa.

"Terus lo mau kemana?" tanya gue.

"Mau ke kamar, kenapa mau ikut?" ucap Landa.

"Ya udah sana," usir gue.

"Ga mau ikut nih?" ucap Landa.

"Ngga, ngapain juga ke kamar lo," ucap gue.

"Cuman sebentar kok, gue tau lo ga bisa jauh kan dari gue, takutnya rindu," ucap Landa sambil tertawa.

Gue memutuskan untuk menghampiri Vio. Vio lagi asik nonton film hantu sambil ditutupin bantal. Beda banget sama Landa yg seneng nonton minion. Gue pegang pundak Vio karena takut mengganggu jika memanggilnya.

"Aaaaaaaa!" teriak Vio karena terkejut.

Bunda Landa datang tergesa-gesa menuju Vio sambil membawa Panci dan Landa datang sambil berlari hanya dengan handuk saja."Kenapa Vio?" ucap Bundanya Landa.

"De lo kenapa?" ucap Landa.

"Hahahahaha," tawa Vio pecah ketika melihat Landa.

"De lo kemasukan setan yang di TV," ucap gue panik.

"Bunda panggilin orang pinter ya," ucap bundanya Landa.

"Landa juga pinter bun, ga usah pamer deh," ucap Landa dengan sombong.

"Bang ga ada niat mau bersihin rambut," ucap Vio.

Semua mata kini tertuju pada Landa. Landa yang hanya memakai handuk, rambut yang masih ada shampo nya dan busa sabun yang masih menempel.

"Landa cepet masuk kamar mandi lagi!!" teriak bunda Landa.

Landa yang menyadari itu langsung kembali lagi ke kamar mandi dan bunda Landa kembali ke dapur.

"De ini kado dari abang Landa," ucap gue sambil memberikan kado yang tadi dibeli.

"Kenapa ngasih kado?" tanya Vio bingung.

"Kata abang kamu, sekarang kamu ulang tahun," ucap gue.

"Kak aku ulang tahunnya masih lama 3 bulan lagi," ucap Vio.

"Terus ini buat siapa?" tanya gue heran.

"Abang Nda bilangnya gimana kak," tanya Vio.

"Beli kado buat kamu, udah gitu aja," ucap gue.

"Modus kali," ucap Vio.

Landa datang setelah selesai mandi tadi dan bunda Landa baru selesai memasak. Kini semuanya duduk bersama di ruang makan. Terjadi banyak perbincangan yang selalu mengundang tawa selama makan dan ini hal yang paling gue rindu kalau makan bareng sama keluarga. Setelah selesai makan, Landa nganter gue pulang dan nyampe rumah dengan selamat.

"Ra jangan dulu masuk," ucap Landa.

"Kenapa?" tanya gue.

"Gue mau bayar utang," ucap Landa.

Landa langsung mengambil dompet dari saku celananya. Gue liat dompet Landa tebel banget tapi dia suka ditraktir aja sama temennya.

"Perasaan kemarin uang gue ga sebanyak ini deh, banyak lagi yang warna merahnya," ucap Landa.

"Terus kenapa tadi harus gue yang bayarin?" ucap gue.

"Nih ngegantiin yang tadi, ga usah kembalian," ucap Landa sambil menyerahkan uang 100.000.

Gue ambil uangnya dan melakukan 3D, dilihat, diraba, diterawang. Setelah gue melakukan 3D, ternyata uang yang Landa kasih uang mainan dan disana tertulis uang mainan tapi Landa ga sadar. Gue ketawa dong pasti, dompet tebel isi uang mainan.

"Ra lo kenapa ketawa ketawa? Lo gila ya karena gue," ucap Landa.

"Lan lo mau bayar gue pake uang mainan," ucap gue.

"Lo pikir gue mau nipu lo, ini uang asli liat deh yang bener," ucap Landa.

"Ngapain juga gue bohong, lo baca deh ini," ucap gue sambil menunjukan bagian tulisan uang mainan pada uang itu.

"Wah!! Jangan-jangan gue punya ilmu penggandaan uang bisa kaya gue kalau jualan uang mainan eh eh," ucap Landa sambil mengecek semua uang yang ada di dompetnya.

"Uang lo ada ga?" tanya gue.

"Yah Ra, bayar utangnya nanti aja ya. Adik gue kayanya make dompet gue buat main tadi," ucap Landa.

"Emang kenapa?" tanya gue.

"Ini semua isinya uang mainan," ucap Landa.

"RA!!!ADIKKUH," panggil seseorang.

Siapa lagi yang manggil gue kaya gitu, kalau ga abang Damar yang lebay, alay, melehoy. Gue melihat kearah pintu yang terdapat makhluk astral eh abang gue yang memakai celana pendek motif bunga-bunga berwarna pink.

"Berisik abang bangke," teriak gue.

"Ihh kasal kamu," ucap bang Damar.

Landa menatap gue tak percaya dengan keadaan ricuh bersama abang. Kadang gue pikir kenapa gue punya abang kaya gitu.

"Lan lo pulang ya cepet pulang," ucap gue sambil mendorong motor Landa.

"Eh ngapain dorong-dorong," ucap Landa.

"Cepet pergi," ucap gue karena malu.

"Iya gue pergi dan lo ga usah dorong karena ga mogok jadi ga perlu di dorong," ucap Landa.

"Sana Lan," paksa gue.

"Iya," ucap Landa.

Landa menyalakan motornya dan berlalu pergi. Gue melangkah mendekat pada abang gue di depan pintu dan disana abang gue masih setia menunggu.

"Bang ke ruang mutilasi sekarang," ucap gue.

"Lah sejak kapan rumah kita jadi tempat mutilasi," ucap bang Damar.

"Ruang tamu maksud Rara abang Kimprit," ucap gue.

"Apaan mau mutilasi semut," ucap bang Damar.

"Udah ayo," ucap gue sambil menarik Abang gue menuju ruang mutilasi eh ruang tamu.
Disana gue nunggu penjelasan abang gue yang hari ini secara tiba-tiba untuk pertamakalinya menunggu di depan rumah untuk adiknya yang paling imut ini.

1 detik...1 menit...1 menit 30 detik...3 menit ...

"Abang lo kok diem aja sih," ucap gue kesal.

"Emang kenapa?" tanya bang Damar.

"Gak peka," ucap gue.

"Ihhh lo adikk gue terbangsit dasar cewe ter---," ucap abang terpotong.

"Terbaik, terimut, tersayang, banyak omong bang," ucap gue kesal.

"Jadi gini..." ucap abang gue."Apaan" ucap gue kesal."Gini nih..." ucap abang gue."Gini gitu kali" ucap gue."Jadi---" ucap abang damar menggantung.

1 detik2 detik3 detik10 detik

"Apaan sih abang Pangsit," ucap gue kesal.

"Jadi gini de," ucap bang Damar.

"Gitu terus sampe abang gue terdampar," ucap gue.

"Lah ade lucknut, gue ada info penting yang menggemparkan dunia untuk ketergantungan," ucap Bang Damar.

"Makanya cerita," ucap gue.

"Jadi gini.." ucap bang Damar.

"Mulai lagi kan," ucap gue kesal.

"Abang mau cerita adikk tersayang," ucap Bang Damar.

"Ok," ucap gue singkat.

"Tadi ada cowo pake topi hitam, jaket hitam, celana hitam, sepatu hitam, serba hitam gitu deh pokoknya," ucap Bang Damar.

"Terus terus," ucap gue penasaran.

"Terus dia ngasih surat sama kotak gitu kecil sih dan yg paling shok pas abang liat tulisan To Rara."

"Siapa yang ngasih? abang tau?" tanya gue.

"Dia..."

-----
Hallo readers semuanya

Semoga kalia suka bagian part yang sudah direvisi ini

Memang tidak jauh berbeda dengan versi yang pertama

Makasih selalu mendukung cerita ini

Jangan lupa vote dan komen ya!

Vous avez atteint le dernier des chapitres publiés.

⏰ Dernière mise à jour : Mar 16 ⏰

Ajoutez cette histoire à votre Bibliothèque pour être informé des nouveaux chapitres !

Ralanda (Classmate)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant