🌹3🌹

3.6K 335 57
                                    

Aku nyaris pingsan di ambang pintu saking syok melihat pemandangan tak pantas yang ada di depan mataku. Aku tidak menemukan seorang wanitapun kecuali dua pria yang bertelanjang dada.

Bagaimana bisa mereka saling berpelukan dan berciuman?

Antara percaya dan tidak, antara ingin menangis dan mengamuk, namun semuanya luapan emosi itu tertahan di kerongkongan, hingga akhirnya aku hanya bisa meremas dadaku, batinku berteriak...

‘Ini terkutuk,’

🌹

Aku terduduk pada sisian tempat tidur, tubuhku masih gemetaran, emosiku masih bergemuruh di dalam dadaku, namun tak mampu untuk mengucapkan sepatah katapun.

Baik Neji atau Sasuke, keduanya berlutut di hadapanku. Mereka tampak menunjukan rasa bersalah yang dalam dan juga kecemasan.

Mungkin mereka malu perbuatan terkutuk mereka terbongkar atau mungkin mereka takut aku akan mengadukannya ke dewan pengadilan kerajaan.

Hukuman untuk perbuatan seperti ini sangatlah berat, lebih berat dari hukuman yang melakukan pembunuhan.

Jika yang melakukan pembunuhan akan dihukum mati dengan cara dipancung, maka untuk hukuman perbuatan asusila ini akan dihukum dengan cara diarak di jalanan ibu kota dan dilempar batu sepanjang jalan oleh rakyat yang dilaluinya sampai mati, sungguh suatu hukuman yang teramat buruk.

“Yang,” Sasuke hendak mengatakan sesuatu tapi aku tak sudi mendengar sepatah kalimatpun darinya.

“Keluar!” ucapku sarkatis yang seketika langsung membuatnya terbungkam.

Dengan menundukan kepalanya Sasukepun keluar meninggalkanku dan juga Neji.

Neji masih tertunduk, melihatnya seperti itu membuatku tak tega, setelah Sasuke menghilang, aku langsung terduduk di lantai menyamakan posisiku dengan Neji.

Kemarahanku kepada Neji sama besarnya seperti kemarahanku kepada Sasuke, namun aku tak sanggup untuk bersikap keras padanya, setidaknya aku harus meminta penjelasannya lebih dulu.

“Katakan bahwa semua ini hanyalah lelucon, katakan bahwa semua ini tidak benar!” ucapku dengan kedua tanganku menangkup wajahnya berharap Neji mau menatapku, namun ia malah melemparkan pandangan ke segala arah.

Neji bukannya segera menjawab, malah terdiam seolah mengiyakan perbuatannya.

“Katakan Neji, mengapa kau diam saja,” pintaku lagi lebih halus, aku tak ingin Neji merasa terintimidasi atas pertanyaanku.

“Apa kau tidak pernah berfikir, mengapa selama ini aku tidak pernah bisa untuk menyentuhmu?” akhirnya Neji buka suara.

Terdengar seperti sebuah pengakuan, namun aku belum ingin meyakininya.

“Aku tahu, alasannya pasti karena kau tidak pernah mencintaiku, tapi haruskah dengan cara seperti ini? Jika ada orang lain yang kau cintai, katakan saja aku rela asal jangan melakukan ini lagi,” ucapku putus asa.

“Jika ada wanita yang kucintai tentu aku akan memilihmu untuk menjadi satu-satunya yang ku cintai, dan nyatanya sampai detik inipun aku tidak memiliki hubungan dengan wanita manapun,” ucap Neji seolah memberi penegasan.

“Jadi semua ini benar?” ucapku mulai pasrah.

Neji tak menjawab, hanya tertunduk dan ku artikan itu sebagai jawaban ‘ya’

“Apa kau tidak berfikir perbuatanmu ini sangat buruk?” tanyaku untuk membuka setitik kesadaran dalam hatinya.

“Aku tahu, tapi apa yang harus kulakukan, semua ini sudah takdir,” ucap Neji membela diri.

Frozen FlowerWhere stories live. Discover now