4. Bicara

430 74 31
                                    

Karmel berjalan dengan cepat menuju taman belakang sekolah.

Dia sangat bersemangat untuk segera ke sana. Walaupun tempat itu agak menyeramkan karena dekat gudang yang angker, Karmel jadi tidak menghiraukannya sedikit pun dengan alasan Jihoon mengajaknya bertemu.

Tidak menyangka orang seperti Jihoon yang biasanya mengabaikan dan kabur darinya, bisa mengajak bertemu sekarang. Memang tidak langsung. Tapi itu saja sudah membuat Karmel bersemangat.

Ketika teman Jihoon mendatanginya dan mengatakan jika Jihoon menunggunya sepulang sekolah di taman belakang. Ada yang tau seberapa terkejutnya Karmel?

Yang pasti tidak seterkejut teman-temannya yang langsung melongo saat tau Jihoon yang pemalu bisa meminta Karmel bertemu dengannya. Karmel hanya tersenyum sambil menahan rasa keterkejutan di dalam diri.

Siapa sangka Jihoon bisa mengajaknya bertemu? Bicara di tempat ramai saja Jihoon selalu gagap dan tidak pernah menatap matanya langsung. Bagaimana jika berdua?

Karmel tersenyum-senyum kegirangan membayangkan apa reaksi Jihoon selanjutnya. Masih tidak membayangkan jika Jihoon bisa memberikan efek yang menggemberikan seperti ini.

Tidak salah jika aku mengejar-ngejarnya.

Karmel berjalan lebih cepat lagi menuju tempat yang diarahkan Jihoon. Semangatnya meningkat saat memikirkan ekspresi menggemaskan Jihoon lainnya. Wajahnya sungguh membekas dan membuat ketagihan.

Tinggal satu belokan lagi, Karmel sudah sampai ke tempat itu. Karmel tidak langsung memunculkan dirinya. Dia mengintip dulu ke arah taman itu. Berjaga-jaga dari makhluk lain bukan manusia yang ada di sana juga.

Tapi bukan makhluk halus yang dia lihat. Tetapi Jihoon yang serius menatap layar ponselnya.

Karmel terdiam sesaat. Jihoon memasukan salah satu tangannya ke saku celana miliknya. Berdiri menyandar tembok dengan wajah datar dan tatapan tajam.

Karmel melihat sosok berbeda dari Jihoon yang sekarang dipandanginya. Terlihat cool walau dengan pakaian yang terlalu rapi dan kacamata yang masih bertengger di hidungnya. Tidak ada kesan kuno dan menggemaskan seperti yang biasa Karmel lihat.

Seketika pipi Karmel memanas. Karmel menepuk-nepuk pipinya untuk menyadarkan diri. Ada apa denganmu Hong Karmel?

"K-karmel?"

Panggilan Jihoon mengalihkan perhatian Karmel yang sedang menyadarkan dirinya sendiri. Cepat-cepat Karmel mengubah rautnya berubah biasa lagi. Melupakan pikiran anehnya tadi tentang Jihoon.

"Kenapa tiba-tiba memintaku ke sini?" Tanya Karmel. Terlihat manis.

Jihoon mengusap tengkuknya sambil menunduk ke bawah. Tidak menatap mata Karmel secara langsung.

Karmel hanya tersenyum menunggu Jihoon menjawab pertanyaannya. Lama juga tidak masalah karena dia suka dengan ekspresi menggemaskan Jihoon.

"K-kenapa kau mengatakan hal tadi?" Tanya Jihoon balik.

"Tadi? Yang mana ya?" Tidak tau Karmel. Lebih tepatnya tidak ingat.

"Ten-tentang kamu yang menjadikanku namchin-mu."

Karmel mengangguk-angguk mengerti. "Tentu saja karena aku ingin kau menjadi namja chingu-ku." Jawab Karmel ceria.

Jihoon memberanikan diri untuk menatap Karmel lurus. Menatap langsung ke kedua mata cantik Karmel. "Kau tidak salah? Aku ini pastinya sangat jauh dari kriteriamu. Apalagi status kita juga jauh berbeda."

Karmel menjawabnya dengan santai, "Apa salahnya? Kalau aku benar-benar menyukaimu, apa itu akan berpengaruh dengan status? Lagipula bagiku tidak ada salahnya jika aku suka dengan pria yang berbeda dari biasanya."

Jihoon menghembuskan nafasnya. Kali ini dia sudah mengumpulkan keberanian yang lebih lagi dengan melihat gambar matahari yang dibuat Mira di tangannya. Gambar itu memang sudah tidak terlalu terlihat, tapi masih bisa untuk menyemangati Jihoon.

"Aku tidak menyalahkan jawabanmu. Aku juga tidak menolak semua perkataanmu. Tapi harusnya kau bisa sadar jika aku ini tidak akan cocok denganmu. Aku memang tidak tau siapa saja mantanmu. Tapi aku yakin mereka semua berbeda jauh dariku." Kata Jihoon sangat tegas dan tanpa gagap.

Karmel yang mendengarnya juga terkejut. Ini pertama kalinya Karmel mendengar Jihoon mengatakan beberapa penggal kalimat dengan lugas tanpa putus-putus. Pandangannya juga lurus menatap Karmel.

Seketika suasana menjadi lebih serius hingga Karmel juga terbawa suasana.

"Lalu kenapa jika mantanku semuanya berbeda denganmu? Aku memilihmu juga bukan hanya karena tampang atau status. Aku memilihmu karena dirimu sendiri. Bukan orang lain ataupun suruhan orang lain." Jawab Karmel.

"Kau masih tidak sadar? Dengan kau mengatakan ini padaku, semuanya hanya akan berpengaruh buruk padaku. Kau memang bisa memilikiku. Tapi aku akan selalu ada di bawah bayang-bayangmu dan aku akan terus menjadi korban bully orang-orang yang menyukaimu." Kata Jihoon. Dia mulai putus asa.

Sebenarnya dengan langsung mengatakan dia tidak suka dengan Karmel, mungkin semuanya selesai. Tapi dia tidak tega. Dia masih punya hati untuk menjaga perasaan perempuan.

Dia seorang pria. Tidak ada pria yang menyakiti hati perempuan.

Tapi dengan status yang tidak jelas begini, apa itu tidak menyakiti perasaan juga?

Tidak ada yang tau. Karena perasaan seseorang tidak ada yang tau jika orang itu tidak mengatakannya langsung.

Jika mengatakannya pun, belum tentu apa yang dikatakan adalah yang sesungguhnya.

"Apa karena kau takut dibully jadi selalu menghindariku?" Jihoon mengangguk yakin.

Karmel menekuk wajahnya. Memperlihatkan ekspresi sendu.

Inilah yang Jihoon tidak suka. Melihat ekspresi menyedihkan karenanya. Apa yang harusku lakukan sekarang??!

"Mianhae." Hanya itu yang Jihoon katakan.

"Gwaenchanayo. Aku tidak apa. Kalau itu yang kau khawatirkan, aku yang akan tangani. Tidak boleh ada yang menyakitimu. Apalagi karena status kita." Jihoon menghembuskan nafas kecewa karena Karmel sama sekali tidak memikirkan apa yang Jihoon rasakan.

"Aku tau kau mengatakan semua ini secara terbelit-belit karena kau tidak suka denganku. Tapi apa kita bisa menjalaninya dulu?" Jihoon menatap wajah Karmel dengan tatapan bingung.

"Setidaknya sebulan atau beberapa minggu untukku atau kau mengenal masing-masing. Kalau selama sebulan itu kau masih tidak nyaman denganku, kau boleh memutuskanku secara sepihak? Ottokae?"

Jihoon memikirkan jawabannya matang-matang. Selama Jihoon berpikir, Karmel kembali berkata.

"Alasanku seperti memaksamu begini karena aku merasa ada yang berbeda darimu. Sesuatu yang mungkin akan mengejutkanku dan mengubahku. Sebuah kejutan yang selalu ku tunggu-tunggu. Aku tidak bisa menggambarkannya dengan jelas, tapi itu yang ku rasakan." Kata Karmel.

Dan akhirnya Jihoon hanya menjawabnya dengan anggukan.

Semoga aku tidak salah bertindak. Batin Jihoon.

◇🌸◇

Bagaimana ini?? Jihoon mengangguk. Kira-kira Jihoon beneran akan suka tidak dengan Karmel?

Hmm..

Tapi liat interaksi Jihoon dan Mira juga menarik ya 😃

Vote dan comment aja yuk.. sambil menunggu chapter selanjutnya 😁

Annyeong~

Sweet LieDonde viven las historias. Descúbrelo ahora