Sequel (5)

256 38 7
                                    

Sequel Special Couple [1]


       
       
       
        
Karmel side

Aku pernah merasakan bahagia. Tapi perasaan sedih lebih mendominasi kehidupanku.

Dulu.

Karena sekarang aku sudah melupakannya. Aku tidak lagi dikucilkan ataupun dispesialkan. Aku juga tidak sendirian. Aku punya keluarga. Oppa yang perhatian dan kakak sepupu yang sangat menyenangkan.

Di sekolah, aku juga punya dua teman yang agak gila namun tidak pernah meninggalkanku. Aku juga punya rival yang sekarang jadi sahabatku. Lalu aku punya dua teman namja dari kekasihku. Dan yang paling utama tentu kekasihku sendiri, Lee Jihoon.

Aku mencintainya. Aku tidak tau sejak kapan. Namun ketika aku mulai mengenalnya, aku baru menyadari itu.

Kisah kami begitu panjang. Bahkan aku juga tidak menyangka ada kata putus dalam beberapa menit diantara kita.

Aku selalu tertawa mengingat itu. Entah aku harus menyalahkan siapa. Diriku sendiri atau Jihoon. Tapi kita berdua memang sama-sama salah.

Aku tidak mendengarkan penjelasannya dan main pergi. Sedangkan Jihoon juga salah karena dia menggunakan kata-kata yang kurang tepat. Namun sepertinya aku juga bisa menyalahkan situasi yang membuat kata 'Putus' itu menjadi lebih bermakna menyakitkan.

Aku tidak akan menyalahkan Jihoon seutuhnya. Aku tau dia sulit mengungkapkan isi hatinya. Dia pria yang pendiam dan cuek. Kalau aku mengharapkan dia jadi pria romantis, itu sama saja mengharapkan orang lain dihidupku.

Aku mencintainya. Maka dari itu aku juga harus mencintai semua yang ada didirinya termasuk kelemahannya.

Tapi ada yang tidak akan pernah ku melupakan. Apa itu?

Yaitu ketika rasa bersalah terlalu dalam Jihoon. Sejak saat itu, Jihoon berubah jadi pria yang lebih lembut dan perhatian. Sifat to the point-nya memang tidak menghilang, tapi dia sungguh lebih romantis dengan sikap-sikap kecil. Seperti sekarang ini.

"Kenapa senyum-senyum?" Tanyanya. Karena sejak daritadi dia memang memperhatikan gerak-gerikku. Aku tau itu. Aku hanya sengaja terus tersenyum di depannya. Aku ingin menunjukkan kebahagiaanku karena keberadaannya.

"Gwaenchana." Namun aku tidak bisa mengatakan alasan sebenarnya. Jihoon akan malu dan memalingkan mukanya. Itu menggemaskan bagiku, tapi bagi Jihoon tidak akan begitu.

Dia sangat anti dengan penyebutan lucu. Teman-temannya juga sudah tau. Termasuk Soonyoung. Namun Soonyoung tetap saja menggodanya. Alhasil Jihoon jadi marah dan melampiaskan kekesalannya dengan fisik.

Aku tau Jihoon tidak akan menyakitiku, tapi aku tetap ingin menjaga ketidaksukaannya itu.

"Jinjja? Tapi kau terus tersenyum-senyum sejak tadi. Apa kau mengingat sesuatu?" Tebaknya.

Aku menggeleng. "Sungguh tidak ada." Ku eratkan peganganku di tangan Jihoon untuk membuktikan keseriusanku.

Orang-orang mungkin tau Jihoon tidak suka skinship. Tapi denganku dia bisa melakukannya. Dia sering memegang tanganku. Dan sejak aku menangis hebat setelah dia bicara putus untuk mengerjaiku, dia lebih banyak memberikan sentuhan langsung.

Contohnya seperti sekarang. Dia mengecup tanganku. Menggenggamnya erat dan menunjukkan senyum tertulus yang selalu ku suka setiap kali dia melihatku. Hatiku sungguh meleleh dibuatnya. Tidak pernah sehari tidak dihangatkan oleh senyumnya.

"Sebenarnya ada yang ingin ku tunjukkan padamu. Apa kau punya waktu?" Tanyanya begitu lembut.

Padahal tanpa ditanya pun, aku akan selalu punya waktu untuknya. Aku ini hanya siswi SMA biasa, bukan sepertinya yang seorang siswa sekaligus produser rekaman. Aku akan selalu punya waktu demi bisa berlama-lama dengan produser super sibuk di depanku ini.

"Tentu. Aku selalu punya waktu untukmu." Jawabku.

Dia mengulurkan tangannya mengusap kepalaku, mencium pundak kepalaku dan meninggalkan bekas yang begitu menghangatkan. "Kamu selalu punya waktu untukku. Aku merasa jadi pria yang jahat karena mengabaikanmu."

"Aku sudah terlatih sejak lama. Kau dulu juga selalu menghindariku. Tapi aku memang suka yang seperti itu. Tidak pernah mudah didekati." Ku tunjukkan deretan gigi putihku dihadapan Jihoon. Dia pun itu tertawa.

"Kau memang gadis yang unik. Ayo ke studioku. Hadiahmu di dalam." Ucapnya sambil terus membawa tanganku digenggamannya.

"Kamu mau menyanyikan lagu untukku?" Tebakku.

"Hampir benar." Singkatnya.

Dia memintaku duduk dikursi kerajaannya. Memasangkan headphone kesayangannya ditelingaku dan menggerakan jarinya pada keyboard. Aku hanya diam saja melihat layar monitor itu.

Begitu banyak file yang tidak ku mengerti dan mungkin memang rahasia perusahaannya. Jadi aku memilih tidak memikirkannya lebih lanjut.

Ketika Jihoon sampai disebuah file terakhir, ada suara ombak yang berderu begitu menenangkan. Sedikit sunyi namun menyegarkan. Lalu suara yang ku kenal mulai terdengar.

Aku tersenyum pada Jihoon untuk memberitahu jika aku sudah mendengar suaranya. Aku terus mendengarnya sampai reff. Tapi reff itu tidak ada suaranya.

Keningku berkerut. Aku meminta penjelasan pada Jihoon, namun dia memintaku terus saja mendengarnya. Selama semenit, aku hanya mendengar suara beat dan gitar dengan melodi lainnya. Lalu suara Jihoon kembali terdengar, namun sepotong-sepotong.

Aku semakin tidak mengerti. Ketika sampai diakhir lagu, aku melepaskan headphone itu. "Jihoon-ah, apa lagunya rusak atau belum selesai? Kenapa putus-putus?"

"Sengaja." Cengirnya. "Aku sengaja membuatnya putus-putus. Ini yang aslinya. Seluruh lirik lagu aslinya sudah kusiapkan. Besok kau tinggal rekaman."

Aku semakin dibuat tidak mengerti. "Maksudmu? A-aku tidak bisa bernyanyi. Aku bahkan tidak tau apa-apa soal musik."

Jihoon kembali menggenggam tanganku. "Aku sengaja membuatkan lagu ini untukmu. Aku ingin membuatkan hadiah khusus untuk merayakan anniversary kita yang sebentar lagi. Aku tidak mampu mengungkapkan kata-kata romantis dengan ucapan, tapi mungkin dengan sebuah lagu ini kau bisa mengerti perasaanku."

"Ini lagu hanya untuk kita berdua. Tidak akan dirilis ataupun ku publish. Hanya denganmu saja. Karena lagu ini memang untukmu. Just for you."

Entah bagaimana lagi aku harus berekspresi. Dadaku begitu hangat. Mataku pun mulai sedikit kabur, namun ku tahan untuk tidak menangis. "Apa itu judulnya?"

"Bukan." Dikecupnya kembali tanganku. "Judul sebenarnya adalah 'Love Letter'. Semua perasaan dan ungkapanku tertuang di sana. Surat-surat cinta yang sulit kuungkapkan. Semua akan tergambar disini." Dia menyentuh dadanya.

"Hingga hal-hal yang membuatmu sedih menghilang dan kembali pun, aku akan tetap bersamamu."

Aku tidak kuat lagi. Jika aku tidak ingin Jihoon melihat air mataku, aku akan mendekapnya. Seperti lirik pada lagunya. Aku akan mendekapmu dan tidak akan melepaskannya.

Aku tidak akan mau melepas dekapan ini. Bahkan aku berpikir, mungkin aku tidak akan bisa lagi lepas dari dekapan ini.

◇🌸◇

Makin sweet aja couple ini.. tunggu ya.. masih ada couple yang satu lagi 😁 Mungkin agak siangan menjelang sore. Setelah itu aku akan kasih tau sesuatu.

See you 😘

Sweet LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang