Chapter 10: Kejutan

29.1K 2.7K 59
                                    

Hening

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hening. Naura dan Natasya masih tidak mau mengeluarkan suaranya membuat Bu Hesty merasa geram.

"Jadi, apa yang membuat kalian bertengkar?" tanya Bu Hesty sekali lagi.

Mereka masih tidak mau menjawab. Bu Hesty menghela napasnya. Matanya menatap bergantian Naura dan Natasya yang duduk berdampingan di hadapannya. Sudah sekitar sepuluh menit sejak mereka sampai ke ruang penuh poin keburukan itu, tetapi tak ada tanda-tanda kedua siswi itu bersuara.

"Mau sampai kapan kalian berdua tutup mulut? Jika kalian tidak menjawab, Ibu akan tambah poin kalian menjadi dua kali lipat!"

Naura tersentak. "Jangan, Bu." Bu Hesty menatap Naura.

"Tadi Natasya duluan, Bu. Dia jambak rambut saya," ucap Naura.

Natasya tidak terima mendengar pengakuan Naura itu. "Kok gue, sih!"

"Loh, emang benar, kan? Tadi juga ngata-ngatain aku di depan teman-teman satu kelas. Udah jelas di sini kamu yang salah!"

"Lo-,"

Bu Hesty menepuk-nepuk mejanya. "Stop! Stop! Kenapa kalian jadi ribut lagi, sih?"

Naura dan Natasya saling melemparkan pandangan sinis.

Bu Hesty mengeluarkan catatan hitam yang biasa ia gunakan untuk menulis poin. "Sekarang kalian saling meminta maaf. Naura, minta maaf ke Natasya dan begitu sebaliknya," titah Bu Hesty.

"Dikira lagi lebaran apa, maaf-maafan," gerutu Natasya yang masih bisa didengar oleh Bu Hesty.

Bu Hesty menatap tajam Natasya. "Jika kalian tidak mau. Ibu akan menambah poin kalian menjadi tiga kali lipat!"

Naura meremas celana olahraganya dengan erat. Ia mencoba bersabar menghadapi Bu Hesty.

Poin, poin, dan poin. Selalu itu yang digunakan Bu Hesty untuk mengancam murid-muridnya.

"Bagaimana?"

Naura dan Natasya kompak menghela napas. Mereka pun dengan terpaksa berjabat tangan. Tida ada kata maaf yang terlontar dari kedua mulut gadis itu.

"Sudah, Bu. Sekarang sudah boleh keluar kan, Bu?"

Bu Hesty menggeleng. "Belum. Masih ada satu masalah lagi yang harus kita selesaikan."

Naura mengerutkan dahinya.

"Natasya, kamu harus jelaskan kepada ibu. Kenapa kemarin kamu memasukkan alat-alat make up itu ke dalam tas Naura?"

Naura tersentak. Dengan refleks, ia menoleh ke arah Natasya. Melihat gadis itu yang terdiam kaku. Naura tidak menyangka jika ternyata pelakunya adalah gadis di sampingnya.

***

Arka menghentikan sepeda motornya di depan rumah bernuansa Jogja. Rumah yang didominasi dari kayu jati serta bata merah sebagai dinding itu terlihat sederhana namun elegan. Beberapa pohon bongsai serta beberapa jenis tanaman senantiasa menghiasi halaman rumah membuat suasana di sana terasa asri dan sejuk.

Mantan Rasa Pacar [END]Where stories live. Discover now