[𝟏𝟕] : 𝐔𝐊𝐒

2.6K 408 36
                                    

Aku berjalan dengan lemas menuju kelas. Membiarkan orang-orang menatapku aneh. Karena semalam pulangnya kelamaan aku jadi ngantuk berat dan lupa mengambil pakaian di laundry.

Mengesalkan. Gara-gara party kemarin semuanya jadi tidak terurus.

Seharusnya memakai blazer tapi aku hanya memakai kemeja dan dasi. Menyebalkan.

"Sibuk ngurusin anak bu? Makanya salah baju," sindir Lisa menertawakanku saat aku sampai di kelas.

Aku hanya memutar bola mata dan duduk di bangkuku.

Lisa memegang bahuku memutar tubuhku menjadi menghadapnya, "Lo tau enggak sih Val, Kemarin Ten ngajak gue cari persiapan camping."

"Tidak tau dan tidak mau tau!" tegasku kesal.

Bagaimana tidak?
Jelas-jelas dia yang menganggu quality timeku dengan Ten. Dan sekarang dia bilang Ten mengajaknya.

Doyan bohong dasar cicak kering.

Lisa tersenyum miring dan menyentuh hidungku dengan jarinya. "Cemburu ya. Makanya jangan jomblo terus."

Sabar. Kelakuan makhluk seperti dia ini tidak perlu terlalu diambil pusing. Aku hanya diam dan menghadap depan.

"Btw udah ngerjain PR sejarah belum?" Lisa menyikut pundakku.

"Me- memangnya ada?"

"Ada- lah." Lisa mendorong kepalaku dengan jari telunjuknya.

Tidak sempat jika aku kerjakan sekarang. Yang aku ingat PR-nya essay semua, dan sepuluh soal. Jawabannya masing-masing mungkin akan habis selembar.

Mana gurunya galak lagi.
Berpikir Valerie pikirkan.

Bolos? Jangan sudah terlalu sering.

Jawaban dari pertanyaanku yang belum terjawab harus terhenti karena pak Hyunsuk datang dengan senyum gembira namun membawa petaka bagi muridnya.

Mungkin dia berpikir langkah gemulainya memasuki kelas akan penuh dengan aura bahagia serta merta bunga sakura beguguran yang menyambutnya. Namun jika dilihat dari sisi muridnya, mereka akan melihat sadako datang dengan cara khayang disertai awan hitam dan petir di sekelilingnya.

Penuh deran keseraman menyambutnya. Bulu kudukku meremang hanya melihatnya. Apa yang harus aku lakukan sebaiknya?

"Valerie!"

Aku mendongak terkejut saat dia menyebut namaku dengan lengking. Baru saja masuk sudah kena.

"I—iya pak?"

"Kenapa pakai salah pakai baju?!" teriak pak Hyunsuk membuat sepenjuru kelas hening tidak berani bersuara.

"Sa—saya. Saya-"

"Saya, saya, saya. Kamu keluar sekarang, lari keliling lapangan 10x!" Pak Hyunsuk menunjuk keluar kelas.

"Tapi pak?!" tanpa sengaja nadaku meninggi.

Pak Hyunsuk menatapku tajam. Dengan penuh ketakutan dan jiwa yang pasrah aku hanya dapat berdiri dan melangkah pelan bak bergerak ke altar pernikahan dengan secercah kebahagiaan karena tidak perlu dipermalukan karena tidak mengerjakan PR.

Aku berlari mengelilingi lapangan di bawah matahari yang lumayan terik pagi ini. Walaupun keringat mulai membasahi bajuku tapi tidak apa-apa, kelas Ten sekiranya sedang berolahraga yang memotivasi aku untuk berlama-lama saja di bawah terik mentari ini.

Cultivar | Ten NCT Where stories live. Discover now