[𝟑𝟖] : 𝐒𝐨𝐦𝐞𝐭𝐡𝐢𝐧𝐠 𝐍𝐞𝐰

2.8K 357 61
                                    

"Kalau masih bising, kalian gue kaduin Bu Kim!" seruku pada iblis-iblis di hadapanku.

Emosiku sudah memuncak. Bagaimana tidak, seenak jidatnya Chu dan Yujin berkelahi pagi-pagi untuk memutuskan siapa yang lebih berhak bersanding dengan para oppa-oppa mereka itu. Belum lagi Yooa yang mengeluh betapa cantik dirinya.

Singkatnya, aku tidak bisa tidur karena kehebohan mereka.

Kemarin setelah perjalanan dari Korea-Jakarta dan sekarang telah memijakkan kaki di Bali badanku serasa rapuh dan ingin istirahat. Tapi kalau begini caranya, bagaimana mungkin.

"Santai... Kita bakal diam kok." Chu menunduk takut, begitu juga Yujin.

"Tau gini mending gue cari kamar sendiri. Kalau enggak berdua pun jadi. Bareng cowok sekalipun. Daripada sama setan bocil kayak kalian!"

Yeji menatapku tajam. "Hei, sudahlah. Mereka juga berhak di kamar ini. Mana ada privasi jaman sekarang."

Aku menyinisinya. "Dan lo, gue enggak pernah takut sama lo."

Yeji bergedik. "Ya gue tau itu. Orang macam lo... ah sudahlah, nyari kelahi saja."

Aku meninggalkan diri dari neraka itu. Aku keluar dari kamarku. Bodohnya. Aku keluar kamar begini baru sadar hanya memakai piyama dan sendal hotel.

"Ini style jalan lo?"

Aku menoleh. Ternyata ada Minhyun yang berdiri tak jauh disana. Dia berkata sambil memasukkan tangannya ke dalam saku. Menatapku dengan tajam, tapi tidak setajam kemarin. Menilai penampilanku dari atas ke bawah.

Plis, dia menganggap aku kuman atau apa?

"Lo penguntit, ya? Mesum! Pergi sana!" teriakku padanya.

Akhirnya dia bereaksi. Segera dia menyekap mulutku dan menyuruhku untuk diam. Bermain-main seperti ini ternyata menyenangkan. Aku menggigit tangannya.

"Argh!" Dia melepaskan tangannya. "Hais!"

Aku bergedik lalu melipat tangan di dada. "Jangan usik gue lagi."

"Huh?" Dia mendekat padaku, aku memundurkan diri. "Ngapain gue ngusik hidup lo? Atas dasar apa?"

"Enggak dasar apa-apa sih. Tapi cowok-cowok mesum hidung belang kayak lo... gue tau apa yang bakal lo lakuin selanjutnya," jawabku lantang.

Minhyun mengernyit. "Terserah lo mau bilang gue mesum atau apalah.. yang penting gue bukan kayak yang lo pikir." Dia mendorong kepalaku menggunakan jari telunjuknya.

Greb

Aku tersentak. Minhyun kaget. Tiba-tiba saja ada yang menarikku menjauh. Aku melihat siapa orangnya. Ku mohon jangan dia.

"Ten... Gimana kabar lo?" Minhyun tersenyum lalu mengulurkan tangan. Melihat tidak ada balasan dia menarik kembali tangannya.

"Jangan dekat-dekat sama Valerie."

Pardon?

Ini manusia ingat perkataannya atau tidak? Bukannya dia berkata untuk tidak saling kenal lagi setelah kejadian kemarin?

Aku benci orang yang tidak berkomitmen. Walaupun aku berbohong aku tidak senang. Aku tersenyum miris.

"Memangnya lo siapa?" Minhyun menaikkan alisnya.

"Gue—"

Aku melepaskan tautan tangan kami. "Maaf, tuan. Tapi gue ingat... kita memang tidak punya hubungan apapun. Jadi mohon jangan ikut campur."

Wah, seru sekali. Aku dapat melihat wajah kesal dari Ten. Kenapa Ten dan Taeyong menyuruhku menjauhi Minhyun. Apa salahnya?

Apa Ten cemburu?

Cultivar | Ten NCT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang