47

459 66 35
                                    

Wonwoo datang ke kampus dengan perasaan yang tidak menentu. Wajahnya juga kusut, ditambah ada luka disudut bibirnya.

Kemarin pikirannya sangat kacau dan ia-pun pergi ke club hanya sekedar untuk minum, berharap dirinya bisa mendapatkan sedikit ketenangan. Tapi kesialan tengah menghampiri Wonwoo. Saat sedang mabuk, sekelompok preman menyerangnya, lalu mereka mengambil motor dan uang dalam dompet.

Wonwoo bisa sekacau itu karena kehadiran seseorang yang selama ini menjadi beban pikirannya.

Kehadiran Dahyun di kampus ini sungguh mengganggu ketenangannya.

Wonwoo tidak ingin lagi melihat Dahyun.

Tapi sayang, saat ini keinginannya harus pupus.

"Sunbae... Aku membuatkan bekal untukmu. Apa kau mau makan bersama?"

Wonwoo diam sejenak dan menatap Dahyun datar.
"Tidak."

Dahyun tampak kecewa, tapi ia tetap menampilkan senyumnya.
"Kalau begitu ambil ini, semoga kau suk..."

"Tidak mau."

"Tapi, aku sudah membuatkan ini... Khusus untukmu..."

"Aku tidak menyuruhmu untuk membuatkannya. Dan kau tidak perlu lagi membuat itu."

Dahyun tertegun, ia rasa, orang yang ada dihadapannya ini bukanlah Jeon Wonwoo yang ia kenal.

Dahyun masih mencerna setiap kata yang Wonwoo ucapkan.

"Buang-buang waktu!" ujar Wonwoo yang berhasil membuyarkan pikiran Dahyun.

Setelah tidak ada lagi yang harus di urus, Wonwoo berjalan melewati Dahyun.

Dahyun membalikan badannya menghadap Wonwoo yang tengah berjalan menjauh darinya.
"Aku akan tetap membuatkan bekal untukmu... ASAL KAU TUHU, AKU MENCINTAIMU!"

Sangat jelas, Wonwoo benar-benar mendengar itu dengan telinganya sendiri. Tetapi ia berlaga tidak mendengarnya. Kakinya terus melangkah. Melangkah meninggalkan gadis yang kini tengah menangis ditempat.

Dahyun tidak bisa menahan perasaannya lagi. Kata-kata itu spontan keluar dengan sendirinya.

Jika orang lain tahu, mungkin mereka akan mengatakan kalau dirinya adalah gadis yang kegatelan, tidak punya harga diri dan apalah itu. Dahyun tidak peduli itu, yang ia pedulikan hanya perasaannya saat ini.

Ini sudah terlanjur dan Dahyun akan memperjuangkan cintanya.

Wonwoo berubah seperti itu pasti ada alasannya, dan Dahyun akan mencari tahu apa penyebab Wonwoo berubah.

'Mungkin tidak akan ada yang melarang aku untuk terus berharap. Bolehkah aku berharap jika suatu saat nanti aku bisa bersanding denganmu? Okey, positive thinking, Kim Dahyun!' jerit semangat batin Dahyun.

Sekarang, Dahyun menatap kotak bekalnya tajam.
"Berjuanglah." gumamnya.

'Set'

Kini kotak bekal itu berpindah tangan.
"Untuk apa kamu memandangi kotak bekal ini? Apa ini ada isinya?" ujar Vernon yang kini tangannya tengah bergerak membuka tutup kotak bekal milik Dahyun.
"Woahh... Bolehkah aku mencicipinya?"

Dahyun mengangguk, sebenarnya Dahyun masih sesak, seharusnya yang mencicipi bekal itu Wonwoo, bukan Vernon.

Tapi, karena Dahyun takut itu terbuang sia-sia, jadi ia memberikan bekalnya pada Vernon.

Vernon tersenyun cerah saat mencicipi makanannya, ternyata rasanya sangat enak. Tiba-tiba, senyum itu luntur kala melihat mata sembab Dahyun. Vernon baru menyadari keberadaan mata sembab itu.
"Kau menangis?"

═❖•Positive Thinking•❖═Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora