50

495 63 29
                                    

Dahyun diam ditaman, ia menangis sejadi-jadinya. Hatinya benar-benar sakit.

Lagi-lagi Dahyun harus melepaskan orang yang dicintainya.

Dahyun menyesal terus meledek Tzuyu yang terus cemberut gara-gara di tinggal kekasihnya. Sekarang karma berlaku padanya. Nyatanya, kehilangan orang yang dicintai begitu menyakitkan dan menyedihkan.

"Gwenchana?" tanya seorang pria yang entah datang darimana.

Dahyun mendongak menatap orang yang bertanya menggunakan bahasa Korea ditanah LA ini. Tapi saat mengetahui orang itu adalah seorang pria, Dahyun langsung menundukan kepalanya lagi. Ia malu menunjukan wajah kusut dan mata merahnya.

"Bolehkah aku duduk disampingmu?" tanya pria bermasker dan bertopi itu.

Dahyun menunduk, ia tidak berkata apapun. Ada segelintir rasa takut dihatinya.

Tanpa izin dari Dahyun, pria mencurigakan itu, kini telah duduk disampingnya.

"Ka-kau siapa? Ja-jangan macam-macam." ujar Dahyun takut.

Pria itu membuka masker dan topinya.
"Namaku Jeon Mingyu, kalau kau?"

'Deg'

'Min-min Oppa?'

Dahyun melirik pria yang mengaku bernama Jeon Mingyu itu.

Dahyun melirik pria yang mengaku bernama Jeon Mingyu itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dahyun berdiri dari duduknya.
"Min-min Oppa?"

Mingyu tersenyum kepada Dahyun.
"Kau mengenalku? Pantas saja, saat pertamakali melihatmu dimalam itu, aku merasa mengenalimu. Tapi aku tidak ingat siapa dan apa posisi kamu dihidupku."

Dahyun kehabisan kata-kata, ia tidak tahu lagi. Entah senang, takut, sedih atau apalah itu, semuanya bergabung menjadi satu.

Kenapa Dahyun senang? Tentu saja ia senang, karena kakaknya yang telah lama menghilang kini berada dihadapannya.

"Oppa masih hidup? Haha... A-apa ini mimpi?" tanya Dahyun masih belum percaya.

Dahyun takut jika semua ini hanyalah mimpi. Walaupun ini mimpi, ia tidak ingin terbangun dari tidurnya. Jika ia terbangun, pasti kakak yang selalu dirindukannya akan pergi menghilang lagi.

Tangan Dahyun bergerak mencubit lengannya sekeras mungkin.

Dan rasanya, sangat sakit.

Dahyun tersenyum senang saat merasakan sakitnya cubitan itu. Ya, Dahyun senang karena ini bukanlah mimpi. Hingga tanpa sadar, ia terus mencubit lengannya sendiri.

"Hentikan itu! Kenapa kau menyakiti dirimu sendiri? Aku hampir saja menilaimu gila." ujar Mingyu yang entah sejak kapan sudah berdiri dihadapan Dahyun dan menggenggam tangan Dahyun agar berhenti dengan aksi tidak bermanfaatnya.

═❖•Positive Thinking•❖═Where stories live. Discover now