Four

911 204 61
                                    

Pagi yang cerah dan Seokjin sudah siap dengan setelan Jasnya yang terlihat formal. Pemuda itu nampak tampan sekaligus cantik juga. Seokjin menatap pantulan dirinya di cermin dan tiba-tiba saja matanya tak sengaja melihat pada lemari kecil tua yang dari kemarin menarik perhatiannya itu.

Seokjin berbalik dan berjalan mendekati lemari itu. Namun, saat tangannya hampir membuka lemari itu ia teringat Sulli yang melarangnya beberapa hari yang lalu.

"Tolong jangan buka lemari itu meskipun kau penasaran. Aku jamin saat kau membukanya kau menyesal, lemari itu isinya sangat kotor."

Detik kemudian Seokjin menggelengkan kepalanya, "Aku tidak suka hal yang kotor dan menjijikkan untuk dilihat."

Tok tok

Itu Sulli yang sudah siap dengan dress yang ia kenakan. Ada mantel yang ia bawa di tangan kanannya, Sulli nampak cantik tak seperti biasanya. Sulli tersenyum dan berjalan mendekati Seokjin. Tangan Sulli terangkat dan memperbaiki dasi Seokjin.

"Kau terlihat cantik noona."  ujar Seokjin dan lantas Sulli tersipu malu.

"Jangan menggodaku, aku memang terlahir cantik."

Keduanya saling melempar senyum. Namun, detik berikutnya senyuman Sulli luntur menjadi ekspresi wajah yang serius.















"Seokjin-ssi , ada hal yang harus kita bicarakan."

• • • •

Masih ada beberapa menit untuk berangkat dan Jungkook menggunakan kesempatan itu untuk menyelesaikan ketikannya. Ketikan yang beberapa hari yang lalu Seokjin katakan hanyalah sekedar mimpi.

Jika hanya mimpi, mengapa hal itu terus mendatangi Jungkook layaknya film ?

Terkadang tangannya berhenti bergerak jika merasa ada sesuatu yang tertinggal. Jungkook tidak ingin ada satupun yang tertinggal, semua harus sesuai dengan mimpinya itu. Seperti tadi malam-  dimana ia bermimpi sesosok werewolf yang terkurung.

Bukan hanya satu, ada 4 werewolf.

"Astaga, sebenarnya apa yang sedang terjadi denganku. Harusnya aku tidak terlalu memikirkan ini tapi kenapa mimpinya begitu nyata ?"  gumam Jungkook pada dirinya. Jungkook melepas kacamatanya dan segera menutup laptopnya.

Ia sendiri lelah dengan apa yang terjadi sekarang ini. 

"Jungkook-ah," 

Lantas Jungkook berbalik dan sedikit terkejut saat mendapati Pamar Eric menghampirinya sembari tersenyum.

"Ada apa paman ?" 

"Paman hanya ingin meminta maaf karena tidak bisa menemani kalian ke makan orangtua kalian. Ada hal yang harus paman urus."

Jungkook mengangguk, "Tidak apa paman. Lagipula Yoongi hyung dan Sulli noona juga ikut dengan kami." 

"Tidurmu nyenyak kan ?"  tanya pria itu sambil duduk di depan Jungkook.

"Lumayan Paman, aku sering bermimpi akhir-akhir ini. Aku tidak bisa menyimpulkan mimpiku itu buruk atau tidak." 

"Mungkin hanya bunga mimpi. Sulli dan Yoongi pun sering bermimpi ketika mereka pertama kali kesini, entah mengapa itu terjadi. Padahal paman biasa saja." 

Jungkook tersenyum canggung dan setelahnya tak ada percakapan lagi. Paman Eric menepuk bahu Jungkook pelan dan melangkah keluar dari kamar. Jungkook merasa ada hal yang tidak biasa tapi dia tidak tahu apa.  Jungkook menatap jejak kaki Paman Eric yang begitu terlihat.

P A I NWhere stories live. Discover now