Seven [ Hellfix ]

710 169 39
                                    

Jungkook terbangun dan merasakan pening luar biasa dalam kepalanya. Ia memerhatikan sekeliling dan begitu terkejut melihat keadaan mobil yang mereka tumpangi hancur. Pikirannya kembali mengingat kejadian saat mereka mengunjungi makam orangtua mereka.

"Hahh- Seokjin hyung !?" teriaknya dan memandang sekeliling.

Jungkook keluar dari mobil dan tersadar jika ternyata sudah malam hari. Matanya memicing, begitu gelap ditambah pening di kepalanya membuat Jungkook kesusahan melihat kedepan. Sampai pening di kepalanya kian bertambah, Jungkook terduduk dan meremas rambutnya dengan kuat.



"Akh!!!" Jungkook berteriak dan seketika pandangannya kembali memudar. Bersamaan dengan itu juga Jungkook merasa badannya akan tumbang dan bertepatan dengan itu matanya menatap satu objek yang tak jauh darinya. Pandangan mereka saling bertemu, Jungkook berharap orang itu akan menolongnya.



"To- tolong,," sebelum Jungkook kehilangan kesadarannya ia melihat objek itu mendekat dan mensejajarkan posisinya sama dengannya.

Jungkook yakin yang didepannya adalah manusia akan tetapi, ini pertama kalinya Jungkook melihat seringaian yang menyeramkan.



~ ~ ~ ~





"Apa maksudmu dengan kau adalah golongan lemah ?"

Setelah insiden saling terpesona itu, Jimin dan Yoongi menjaga jarak dan merasa canggung. Namun, keduanya berusaha menutupi desiran aneh dalam dada mereka. Yoongi yang terduduk diatas ranjang memandang Jimin yang duduk dibawah sambil membelakanginya.

"Delfark- golongan bawah, lemah. Wajar jika kau tidak mengetahuinya. Apa yang manusia sepertimu pahami tentang kejamnya dunia." ucap Jimin dengan lirih. Tangan kanannya tergepal kuat.



Yoongi menggeser duduknya agar semakin dekat dengan Jimin. Matanya menatap kedepan dimana sebuah cermin tinggi berada tepat di depan mereka. Pantulan cermin membuat mata mereka kembali saling menatap. Tampilan keduanya sama acaknya tapi bagi Jimin, meski tidak ia ucapkan, ia memuji parasYoongi yang entah kenapa membuat tenang untuknya.

"Aku sama sekali tidak paham dengan kata lemah yang kau sebutkan. Kau menyembuhkan kakiku yang lumpuh dengan darahmu. Itu ajaib," ujar Yoongi. Tanpa sadar tangannya tergerak mengelus surai abu-abu Jimin. Sunggingan senyum tipis terpatri di bibir Jimin, tangannya ikut tergerak dan menggenggam tangan Yoongi yang mengelus rambutnya.



Masih pada posisi yang sama,

Jimin dan Yoongi yang saling menatap di cermin. Jimin mengecup dengan lembut punggung tangan Yoongi.



"Jika bagimu itu adalah ajaib maka aku akan dengan sukarela memperlihatkanmu hal yang ajaib setiap saat."

Yoongi mengerutkan dahinya, "Apa maksudmu ?"

Cukup lama terdiam hingga Jimin berbalik masih menggenggam tangan Yoongi.

"Tetaplah disisiku, bersamaku, hanya denganku saja maka kau akan tahu apa maksud kata-kataku tadi." Ucap Jimin dengan raut wajah begitu serius. Jimin kembali mengecup punggung tangan Yoongi.





"Please stay in my life, Yoongi."



~ ~ ~ ~





"Ugh, kepalaku."

Sulli terbangun dengan pening yang terasa hebat dikepalanya. Dan satu hal yang ia sadari adalah dia tidak tahu sedang berada dimana saat ini. Sulli berdiri dengan nafas tersenggal ia merasa panik. Ia ingin keluar dari kamar yang ia tempati akan tetapi, langkahnya terhenti ketika melihat sosok pemuda yang berdiri di ambang pintu.

P A I NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang