Nine

728 99 15
                                    

Arkem,






Mereka golongan tertinggi, buas, tak mengenal belas kasih—bahkan untuk kaum mereka sendiri, mereka yang ingin menghancurkan manusia. Sosok manusia begitu dibenci oleh Arkem. Tak ada penjelasan yang logis dan bukan karena takut tapi, mereka menganggap manusia adalah sampah yang merusak tempat mereka.









Wajah yang pucat itu masih setia menutup matanya. Enggan untuk ikut menyapa balik cahaya matahari yang menyapa wajahnya. Terlalu lelah dan kehilangan banyak darah. Satu hal yang berbeda dari semalam hanyalah punggungnya yang sudah merasakan ranjang yang empuk. Bahkan dia terlalu lelah hanya untuk memikirkan siapa yang baru saja memindahkannya. Dipikirnya dia sudah mati.

“Bangunlah,”

Suara itu tatkala membuat matanya terbuka dengan paksa. Menatap sosok yang sedang berdiri di depannya tanpa ekspresi, masih sama seperti semalam. Yang dibangunkan meringis pelan tatkala merasakan nyeri pada bahunya. Menatap sekelilingnya yang juga masih sama.

“Aku tidak tahu kalau surga mirip dengan bumi.”  Sang Arkem memandang dengan heran.

“Kau sedang tidak disana.”

Si manis berbalik, “Apa kau juga sudah mati hingga mengikutiku sampai ke surga ?”

Percakapan di pagi hari yang konyol, pikir si Arkem. Sesungguhnya tak ada yang mati bahkan Jungkook, meskipun bahunya terkoyak cukup dalam. Taehyung merasa memanglah aneh Jungkook masih hidup sampai saat ini. Bukan kehendak Jungkook melainkan dirinya sendiri. Terlepas dari niatnya, ia memandang bangkai golongan Delfark yang semalam ia mangsa. Itu alasan Jungkook masih hidup.



“Tak ada yang berada di surga. Tempat ini masih lah sama seperti semalam.”  Jungkook mendengus pelan. Kenapa ia tidak mati saja, pikirnya. Sekilas ia melirik bahunya yang masih terasa nyeri. Tak menyadari jika Taehyung sudah mendekati dirinya dan menenggelamkan wajahnya pada perpotongan leher mulusnya.

“A—Apa yang kau lakukan !?”  dengan tenaganya yang masih tersisa ia mencoba untuk menahan lelaki yang semalam sudah membuatnya terluka. Tenaganya tak cukup ternyata. Sehingga si manis mendongak dan memejamkan matanya ketika Taehyung sudah bermain dengan lidahnya disana. Mengecap rasa yang memabukkannya dari semalam. Telinganya menangkap lenguhan indah dan juga merasakan jari lentik yang sudah bermain di rambutnya.

Taehyung semakin tenggelam dalam euphoria barunya. Merasakan lawannya yang pasrah saja, Taehyung mendorong Jungkook cukup kuat. Meniduri si manis dan menatap wajahnya. Yang di kukung menatap sayu tanpa menarik jarinya yang sudah tenggelam dalam surai coklat gelap si werewolf ini. Dirinya tenggelam pada tatapan sang Arkem yang begitu dominan.

“Kau akan membunuhku ?”  Jungkook mendapat satu gelengan pelan untuk pertanyaannya. Dan ketika ia melihat seringai itu muncul, ia tersipu dan menyadari sosok yang berada di atasnya begitu menawan.

“Sebaliknya, aku akan menikmatimu sampai kau tidur.” Semakin mengeratkan genggamannya pada si manis. Menuntut agar si manis paham ia tidak bisa melarikan diri begitu saja. Maka Jungkook kembali mendongak ketika kali ini Taehyung semakin bermain di lehernya dan turun
pada bahunya.

a—anh, berhenti..” 

Dan satu gelengan pelan ia dapatkan kembali. Si manis merasakan sesuatu yang menggelitik di dalam perutnya.


Begitu panas dan,



memabukkan





Jungkook dengan pelan membuka matanya dan tersadar bagian atasnya sudah tak tertutup lagi—sejak kapan ?, membuang waktu untuk membukanya si dominan lebih memilih untuk merobeknya. Hingga keduanya terdiam. Sepersekian detik Taehyung mengagumi pahatan indah yang berada di depannya. Sampai ia ragu jika di depannya sekarang adalah lelaki. Jungkook yang merasa bodoh karena begitu pasrah saat ini mengalihkan pandangannya ke arah lain.

P A I NМесто, где живут истории. Откройте их для себя